Bekerja di negara tetangga tidak membuat
saya lupa dengan tanah air tercinta, terutama sanak saudara dan makanan
Indonesia yang tidak ada bandingannya. Walaupun sudah tinggal di
Malaysia selama beberapa tahun, setiap seminggu sekali pasti saya makan
di restoran Indonesia yang membuka cabang di sini. Akhir-akhir ini
banyak teman yang bertanya tentang kondisi Indonesia kepada saya. Apakah
Indonesia sedang ricuh? Apakah aman untuk berkunjung ke Jakarta saat
ini? Yang bertanya bukan hanya sekedar ingin jalan-jalan, tapi juga
karena ada urusan kantor. Sedih sekali mengingat bahwa negara yang
terkenal dengan penduduknya yang ramah kini terkenal karena keadaan
sosial dan politik yang mencekam. Saat ini saya bekerja di perusahaan
startup bernama iPrice,
maka dari itu kontribusi yang bisa saya lakukan untuk membuat Indonesia
lebih baik adalah lewat tulisan. Semoga melalui artikel ini Indonesia
menjadi damai kembali. Berikut adalah lima hal yang bisa kita lakukan:
1. Stop Membagikan Berita-berita Hoax
Hoax adalah kebohongan publik yang
disebarkan melalui berbagai media informasi, baik cetak maupun online.
Banyak oknum-oknum tidak bertanggung jawab yang senang menyebarkan hoax,
entah karena ingin menjatuhkan nama seseorang, ingin membuat rakyat
ribut atau ingin mencari uang. Berkat kemajuan teknologi, keberadaan
media sosial dan sikap masyarakat Indonesia yang super aktif dalam media
sosial (lihat saja om telolet om dan Fitsa Hats), hoax dengan mudah
menyebar ke seluruh penjuru negeri. Setiap kali ada berita yang
mengandung kontroversi dimuat pada Facebook, pasti banyak sekali jumlah
share dan komennya. Tak jarang banyak pengguna Facebook saling
bertengkar melalui kolom komen, masing-masing mengutarakan pendapat
sambal disisipi kata-kata tidak mengenakkan. Lain kali jika Anda melihat
berita yang isinya menghasut, kontroversial, membawa-bawa nama agama,
SARA dan lain-lain, STOP. Jangan terbawa emosi, cek dulu apakah berita
tersebut benar sebelum Anda membagikan artikel tersebut kepada
teman-teman Anda. Tahukah Anda setiap 100 ribu klik, oknum yang membuat
hoax tersebut bisa meraih 1,3 juta rupiah? Lalu apa yang Anda dapatkan?
Kepuasaan mengutarakan pendapat? Sadarkah Anda bahwa Anda sendiri
mungkin salah satu provokator terjadinya ricuh di Indonesia?
2. Saling Menyayangi Tanpa Melihat Latar Belakang SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan)
Saat pertama kali menginjakkan kaki di Malaysia, banyak yang bertanya apakah saya keturunan Cina. Jawaban saya? “I’m an Indonesian”,
saya orang Indonesia, walaupun benar saya keturunan Cina. Di Malaysia,
penduduknya terbagi menjadi tiga ras yaitu Melayu, Cina dan India.
Orang-orang di sini memperkenalkan diri mereka berdasarkan ras/suku
mereka, kecuali ketika mereka ditanya mengenai tempat asal baru mereka
menjawab dari Malaysia. Ini membuat saya bangga, Indonesia dengan
ratusan suku dan berbagai macam ras ketika ditanya penduduknya kompak
menjawab “Saya orang Indonesia”. Hal ini juga mengundang pujian dari
teman-teman saya di Malaysia, bagi mereka orang-orang Indonesia yang ada
di sini terkenal sangat bersatu-padu, baik di kampus maupun tempat
kerja. Apa yang terjadi dengan Indonesia saat ini? Mengapa hal tersebut
tidak saya lihat di negeri sendiri? Salinglah menyayangi tanpa melihat
latar belakang SARA.
3. Jangan Mengambil Keuntungan dari Media
Seperti yang telah saya katakan
sebelumnya, sekarang berita mudah sekali tersebar baik secara cetak
maupun online. Saran saya (terutama kepada tokoh-tokoh politik atau
orang yang berpengaruh di Indonesia), kalau ada hal yang tidak ‘klop’ di
hati jangan sedikit-sedikit unjuk rasa, dimuat dalam media sosial atau
mengadakan konferensi pers sebelum masalahnya jelas. Konfirmasi dulu
kepada orang yang bersangkutan baru membuat pernyataan kepada media.
Masalah yang awalnya bisa diselesaikan baik-baik akhirnya jadi menarik
banyak perhatian rakyat sehingga menimbulkan kubu pembela si A, B, C.
Misalnya, masalah agama yang masih berlanjut dari tahun lalu hingga
sekarang. Sebegitu pentingnyakah mendapat dukungan rakyat atas pendapat
yang subjektif? Bagaimana dengan sebagian orang yang tidak setuju dengan
Anda, meskipun berasal dari SARA yang sama? Siapa yang akan bertanggung
jawab atas kerugian atau nyawa yang melayang dari aksi ricuh?
Gunakanlah media sebagai sarana untuk membangun negara, bukan
memecah-belah bangsa.
4. Fokus Membangun Masa Depan
Banyak orang Indonesia ingin Ibu Pertiwi
maju dan berkembang seperti negara-negara adikuasa lainnya, tapi apa
yang terjadi? Bukannya fokus belajar, bekerja dan mengurus keluarga tapi
sibuk mengurusi orang lain. Yang tak beragama diceramahi dan dikutuk,
yang menyinggung hati berbondong-bondong dihujat, yang tidak sependapat
diserang lewat media. Daripada Anda membuang-buang tenaga, uang dan
waktu, doakan saja orang tersebut dan fokuslah membangun masa depan.
Apakah dengan ikut berdemo dan menghujat orang lain bisa membuat Anda
naik kelas, rejeki lancar dan keluarga bahagia? Bukahkah hanya Tuhan
yang berhak menghakimi seseorang? Mengutip lirik lagu Man in the Mirror dari mendiang Michael Jackson, “If you wanna make the world a better place, take a look at yourself then make a change” - kalau Anda ingin membuat dunia menjadi lebih baik, lakukan refleksi dan ubahlah sikap Anda sendiri.
5. Ingatlah Perjuangan Para Pahlawan
Indonesia adalah negara yang berdiri
sendiri, itu semua berkat jasa para pahlawan. Ketika mereka bertarung
mempertaruhkan nyawa, mereka tidak memilih-milih untuk siapa mereka
mengorbankan diri. Mereka hanya ingin agar anak cucu mereka kelak hidup
bahagia. Jangan sia-siakan perjuangan para pahlawan, mari kita semua
bersatu dan melanjutkan perjuangan para pahlawan dengan menjadikan
Indonesia negara yang rukun dan maju.
Nah, itulah saran-saran dari saya. Bagaimana, saudara-saudara? Setuju? Make Indonesia peace again, jadikan Indonesia damai kembali!
KOMENTAR