SBD -
Dinas Sosial Kabupaten Sumba Barat Daya mulai serius mendampingi Kelompk Usaha
Bersama (KUBE) Fakir Miskin yang dibentuk dan didanai oleh Kementerian Sosial
sejak tahun 2014 yang lalu. Menurut data yang dimiliki terdapat 361 KUBE yang
tersebar di seluruh Kabupaten SBD baik kelomok PKH maupun kelompok KUBE yang
lainnya. Dana kementerian Sosial yang sedang beredar di kelompok adalah
sebanyak 5 milyard.
Kepala
Dinas Sosial Kabupaten Sumba Barat Daya Derry Laka ketika ditemui wartantt
(08/05) mengatakan bahwa dari 361 kelompok yang tersebar di Kabupaten
SBD tersebut setelah ditelusuri banyak yang macet. Kemacetan kelompok
disebabkan oleh kurangnya pendampingan
dari Dinas Sosial sendiri maupun dari nstansi terkait lainnya. Hal ini
mengakibatkan anggota kelompok kesulitan
dalam menemukan solusi apabila ada persoalan mengenai usaha yang sedang
dijalankannya. “Ada banyak kelompok yang mati, ada juga yang mati suri. Ini
saya lihat akibat dari tidak ada
pendampingan. Seandainya ada tim kita yang secara berkala mengunjungi saja,
mungkin usaha mereka pasti tetap jalan. Karena kalau ada masalah dalam usaha
seperti penyakit misalnya mereka tidak tau mau mengeluh kemana? Akhirnya mereka
pasrah saja dan ternak mereka mati, akibatnya usaha mereka macet.” Demikian
kata Derry.
Fenomena
inilah yang mendorong Kepala Dinas Sosial ini membentuk tim pendampingan dan
pengembangan kelompok usaha bersama yang melibatkan berbagai sektor terkait.
“Tim pendamping berasal dari beberapa dinas teknis terkait sesuai dengan jenis
usaha yang dijalankan KUBE, ada Dinas Peternakan untuk usaha ternak, kita juga
libatkan Dinas Perindag dan Dinas Koperasi karena ada usaha tenun ikat dan perkiosan di sana.”
Demikian kata Derry Laka.
Sementara
itu pendamping kelompok PKH Melkianus Dangga ketika ditemui wartantt mengatakan
bahwa para anggota kelompok sangat bersyukur dengan adanya bantuan modal usaha
dari Kementerian Sosial. Untuk meminimalisir permasalahan yang mungkin terjadi sejak awal kelompok diarahkan untuk beternak
kambing. “Kami arahkan kelompok untuk beli kambing. Sebab pemeliharaan kambing mudah, karena hijauan di
desa sangat berlimpah. Kemudian daya tahan kambing terhadap penyakit juga lebih
besar. Oleh karena itu sekarang kelompok dampingan kami berkembang, kambing
yang awalnya 20 ekor sudah menjadi 40 ekor, tidak terhitung yang sudah dijual.”
Demikian kata Melki.
Senada
dengan itu ketua KUBE Lolo Ole Yohana Gole yang didampingi oleh Melki
mengatakan bahwa pihaknya sangat bersyukur dengan adanya bantuan tersebut. “Kami
sangat senang, pemerintah suda bantu kami beli kambing. Kambing kami sekarang
sudah beranak dan anaknya ada juga yang sudah jual untuk bayar anak sekolah”.
Demikian katanya. Sementara mengenai kendala yang dihadapi Yohana mengatakan
bahwa pencurian masih menjadi momok yang ditakuti oleh mereka. “banyak pencuri
hewan di sini. Jadi kami tidak bebas ikat kami punya kambing. Kalau penyakit
tidak ada, hanya koreng koreng saja”. Demikian tutupnya.
Kenyataan
berbeda dialami oleh anggota kelompok
Dappa Sangka. Kelompok yang menjalankan usaha ternak babi ini hampir
mengalami kemacetan karena banyak ternak mereka yang mati akibat terkena
penyakit. Ina Kii, ketua KUBE Dappa
Sangka mengatakan bahwa ternak babi mereka terserang penyakit dan mati. “Babi
yang kami beli dengan uang bantuan itu suda mati banyak karena kena penyakit.
Babi malas makan, menceret lalu mati. Mantri hewan datang suntik tetapi
terlambat. Kami harus beli ganti babi
supaya tetap ada”. Demikian kata Ina Kii.
Peryataan
Ina Kii ini menunjukkan bahwa pendampingan yang diberikan oleh pemerintah masih
lemah. Solusi yang ditawarkan oleh Dinas
teknis terkait ternyata terlambat sehingga usaha yang dijalankan macet. (EDY)
KOMENTAR