Rabu, 21 Juni 2017 kita kembali menyaksikan dua sosok ulama sejati yang hidupnya sangat menginspirasi banyak orang. Bukan hanya mereka yang muslim, bagi orang-orang non muslim pun dua sosok ini sungguh sangat menginspirasi. Saya sendiri banyak belajar bagaimana kehidupan beragama dari kedua sosok ini. Sosok yang mengajarkan bahwa ilmu agama bukan menjadi alat kesombongan.
Tidak bisa dipungkiri, kedua sosok ini
memiliki hidup yang sangat bersahaja dan memberikan keteduhan serta
kesejukan bagi siapapun. Meski ilmu mereka sudah sangat tinggi, sikap
yang mau terus belajar bukan hanya pada yang pintar tetapi juga bagi
yang masih belajar,
Dua sosok yang bersahabat sejak sama-sama
studi di Kairo, Mesir ini tampil dalam acara Mata Najwa dengan tema
“CERITA DUA SAHABAT”. Episode kali ini dibagi menjadi dua bagian. Meski
baru menampilkan satu episode, sudah banyak ilmu dan inspirasi yang
disampaikan oleh kedua sosok ini.
Dalam episode kali ini, Najwa Shihab
membahas mengenai persahabatan mereka serta isu-isu terkini dalam sudut
pandang dua sosok ini. Ada dua hal yang menarik dibahas dalam acara
tersebut. Yang pertama adalah saat Najwa bertanya mengenai kata yang sedang popular sekarang ini, yakni kafir. Siapa yang bisa disebut kafir?
Berikut jawaban Quraish Shihab yang saya kutip dari akun twitter @MataNajwa“Kata kafir, maknanya itu banyak sekali.Kafir,bisa berarti yang mengingkari agama,mengingkari Islam,Aqidahnya kafir,”@quraishihab#MataNajwa”Kafir, bisa berarti yang tidak sholat, walaupun dia syahadat, tidak sholat itu kafir. Kafir bisa berarti munafik,”@quraishihab#MataNajwa“Kafir itu pada dasarnya berarti menutup. Kalau Anda menutup kebenaran, Anda kafir,”@quraishihab#CeritaDuaSahabat#MataNajwa“Kalau Anda menutup uang Anda sehingga Anda berkata “saya tidak punya uang” padahal ada, (berarti) kafir,”@quraishihab#MataNajwa“Ketika saya membaca, ketika kita membaca, satu kata kafir dalam Al-Qur’an, hati-hati menafsirkannnya,”@quraishihab#MataNajwa“Bisa jadi seorang itu mengucapkan dua kalimat syahadat, tetapi dia durhaka. Bisa jadi dia dinamai kafir,”@quraishihab#MataNajwa“(Larangan Nabi) siapa yg mengkafirkan seseorang, padahal orang itu tdk kafir, maka tuduhannya kembali kepadanya,”@quraishihab#MataNajwa
Yang kedua adalah saat
Najwa Shihab bertanya soal agama yang dibawa ke ranah politik. Berikut
pernyataan Gus Mus yang menjawab pertanyaan tersebut.
“(Ketika ada)yg berkali-kali mengatakan Allahu Akbar itu, Anda kira Allah itu seberapa besar?,”@gusmusgusmu#MataNajwa“Kalau kita katakan Allahu Akbar&blm bs mengecilkan diri sendiri, kita blm menghayati Allahu Akbar.Kecuali utk demo sj,”@gusmusgusmu“Jadi kalau ada orang yang sombong, petentang petenteng, merasa benar sendiri, itu saya ketawa,”@gusmusgusmu#MataNajwa“Kita sok penting,kita sudah shalat,kita sdh Allahu Akbar,kita sudah Subhannalah,-keliatannya kita itu sudah hebat. Ndak itu,”@gusmusgusmu
Saya pikir penjelasan mengenai kafir dan
penggunaan kata “Allahu Akbar” dari kedua sosok ini menjadi sebuah
penangkal yang tepat terhadap maraknya penyalahgunaan pernyataan kedua
kata tersebut. Pemahaman yang dalam dan tepat dari kedua sosok ini tentu
saja membuat kita semua bisa menanggapi dengan benar pernyataan kubu
sebelah yang suka menyalahgunakan kedua kata tersebut.
Kita terlalu sering mendengar orang yang
mengkafir-kafirkan orang lain dan bahkan menggunakan kata “Allahu Akbar”
untuk melakukan demo. Mereka seperti tidak lagi bisa membedakan mereka
sedang melakukan aksi demo atau sedang membesarkan nama Tuhan.
Membawa-bawa nama Tuhan untuk demo malah sedang mengkerdilkan nama Tuhan
itu sendiri.
Pemahaman yang disampaikan oleh kedua
sosok ini menjadi sangat penting saat ini. Karena nilai-nilai keagamaan
saat ini sudah banyak tidak lagi ditempatkan pada tempatnya, tetapi
sudah terseret dalam ranah politik dan bahkan sudah digunakan untuk
melakukan pembelaan terhadap kepentingan pribadi dan mengejar hal-hal
duniawi.
Kita bersyukur bahwa Indonesia masih
memiliki dua sosok yang menunjukkan diri bagaimana sebenarnya ulama itu.
Pemahaman dan ilmu yang menenangkan dan menyejukkan serta memberikan
teladan hidup seorang ulama yang sesungguhnya. Dua sosok ini bahkan
tidak pernah terdengar melakukan pelanggaran hukum dan tidak pernah
menjadi sosok yang disebut mengalami “kriminalisasi ulama”.
Karena seorang ulama memang tidak
sepantasnya terkena persoalan hukum karena pernyataan dan arogansinya.
Tetapi menjadi seorang yang menginspirasi dan menuntun dengan tulisan
dan pernyataan yang memberikan keteduhan bukan kebencian. Karena itu
saya sangat setuju dengan pernyataan politisi Zuhairi Misrawi berikut
ini.
Kita bersyukur untuk tayangan mata najwa ini yang memberikan kepada kita tontonan yang sangat inspiratif.Gus Mus dan Quraish Shihab adalah ulama sejati. Keilmuannya luas dan mengalirkan kearifan seluas samudera.Nonton@MataNajwa malam ini, kita jadi tahu sosok yang benar-benar ulama dan sosok yang hanya mengaku-ngaku ulama.
KOMENTAR