Kupang. Indonesia belakangan terus diterpa isu SARA. Beberapa konflik yang
timbul justru dilatarbelakangi masalah agama. Hal inilah yang harus
dihadapi bersama seluruh elemen bangsa.
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan, cara beragama dan
beribadah di Indonesia sudah diatur pada Sila Pertama Pancasila, yakni
Ketuhanan Yang Maha Esa. Cara berinteaksi di Indonesia dengan
memperlakukan manusia Indonesia dengan adil dan beradab.
Hal itu disampaikan dalam Workshop Pengawasan Inpektorat Jenderal
Kementerian Agama Tahun 2017 dengan tema 'Pengawasan Melalui Peneguhan
Pancasila bagi Aparatur Sipil Negara (ASN)'.
"Sebagai Muslim, kita harus yakin bahwa agama saya adalah paling benar. Untuk yang lain, lakum diinukum waliyadin (untukmu
agamamu, untukku agamaku), semua agama mengajarkan perdamaian dan
kebaikan. Jangan jadikan negeri ini ajang konflik agama," kata Gatot
melalui siaran pers, Rabu (31/5/2017).
Indonesia saat ini menghadapi kompetisi dan ancaman global. Untuk
menjadi bangsa pemenang, sejumlah tantangan dan peluang akan dihadapi
bangsa Indonesia di era globalisasi. Gatot mengatakan, energi yang
dipakai saat ini akan habis, produksi minyak menurun, dan teori
selanjutnya gaya hidup akan berubah juga.
"Perubahan juga terjadi dalam konteks bisnis, saya ilustrasikan,
perusahaan taxi online, tapi perusahaan tersebut tidak memiliki armada
taxi atau sepeda motor, juga bisnis berbasis online lainnya, kekuatan
ekonomi bukan pada besarnya negara tapi siapa cepat negara tersebut
memiliki inovasi," tambah Gatot.
Konflik negara di seluruh dunia sejatinya dilatarbelakangi oleh
perebutan energi, seperti Arab Spring. Ke depan, konflik akan bergeser
ke daerah ekuator, yang tadinya berlatar belakang energi, berubah karena
alasan pangan.
"Inilah kompetisi global, orang yang tinggal di luar negara-negara
ekouator akan terjadi krisis pangan, energi, dan air, dan di negeri
ekuator termasuk Indonesia memiliki segalanya," imbuh dia.
Negara yang kalah dalam kompetisi, maka negara tersebut akan menjadi
negara krisis. Sebab hanya jadi negara pasar yang juga berimbas pada
krisis sosial. Kompetisi yang tadinya antarnegara menjadi antarmanusia.
Hal ini terjadi ketika ada konflik tanah antarwarga.
"Migrasi tidak lagi bukan karena semata pengungsi, tapi ingin mencari
pencaharian yang lebih baik. Maka bila kita lengah menjaga bangsa ini,
maka akan dampak migrasi tersebut," tutur dia.
Gatot mengingatkan, Indonesia harus siap menghadapi berbagai ancaman
lainnya seperti migrasi, terorisme, radikalisme, penjajahan media
sosial, dan narkoba. Saat ini hampir 5 juta orang atau 2 persen penduduk
terjerat narkoba.
"Kita ini sudah berada dalam darurat narkoba," ujar Gatot.
Media sosial juga harus menjadi poin penting dan menjadi perhatian
bersama. Masyarakat tidak terasa telah dijajah oleh media sosial. Untuk
melawan segala ancaman itu, TNI tidak bisa sendiri. Perlu peran aktif
dari masyarakat guna memperkokoh NKRI.
Indonesia Bangsa Religius
Sementara itu Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, di
tengah tantangan kompleks, ekspektasi publik semakin besar kepada
Kemenag karena mengemban amanah mengelola hal ihwal agama. Dia ingin
membangun optimisme di semua kalangan, mayoritas bangsa Indonesia masih
mempunyai komitmen terhadap Pancasila, NKRI, Bineka Tunggal Ika, dan UUD
1945.
Ketahanan bangsa Indonesia saat ini tak terlepas dari warisan yang
dirumuskan para pendiri bangsa tersebut. Warisan-warisan tersebut
dicetuskan dari budaya dan identitas lokal Indonesia sebagai bangsa
religius dan agamis.
Dengan demikian hasil rumusannya kental dan berpijak pada nilai-nilai
agama yang luhur. Betapapun Pancasila adalah pengejawantahan dan wujud
manifestasi nilai agama itu sendiri.
"Inilah yang menjadi kewajiban kita wariskan warisan ini ke generasi
penerus. Indonesia yang religius damai dan rukun harus jadi perhatian
kita," kata dia.
Selanjutnya, disaksikan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin,
Panglima TNI menuliskan ungkapan (quote) di atas kanvas komitmen
meneguhkan Pancasila.
Di samping itu pula sebagai pamungkas kegiatan ini, para peserta yang
terdiri pejabat eselon I dan II Kemenag Pusat, Kanwil se-Indonesia,
Kemenag Kab/ Kota se-Pulau Jawa, Lampung, dan Bali, perwakilan Kemenag
Kab/ Kota di luar Jawa, Lampung, dan Bali, rektor dan ketua perguruan
tinggi agama negeri se-Indonesia, seluruh auditor Kemenag, dan pejabat
Itjen Kemenag, membaca deklarasi kesetiaan terhadap NKRI dan merawat
bersama Pancasila dan kebinekaan.
KOMENTAR