wartantt.com, Nagekeo -- Pedagang ikan di Pasar Danga, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo,
Nusa Tenggara Timur memilih berjualan di jalan raya daripada di los
pasar modern yang sudah diresmikan Bupati Nagekeo Elias Djo 2014 lalu.
Salah seorang pedagang ikan di Pasar Danga, Adimad Daeng (35) saat ditemui, Selasa (23/1) mengaku lega setelah pindah berjualan di jalan raya.
Adimad menjelaskan, los ikan modern yang telah dibangun oleh pemerintah tersebut memang bagus, namun tidak ditempati oleh ia dan pedagang ikan lain karena tidak ada pembuangan limbah ikan dan berdampak negatif bagi para pedagang jenis bahan dagangan lain yang berjualan di los pasar tersebut.
‘’Kami pernah berjualan di dalam los ikan modern yang telah disediakan oleh pemerintah, namun baru berjalan enam bulan kami mengalami keributan dengan para pedagang lainnya, karena limbah air ikan tidak mengalir secara baik sehingga menimbulkan bau busuk, dan jarang dikunjungi pembeli. Daripada timbul masalah terus menerus lebih baik kami berpindah dari dalam los pasar ikan ke jalan raya,’’ungkapnya.
Adimad mengaku pedagang ikan enggan kembali berjualan di dalam los ikan modern itu, dengan alasan omset jual beli mereka menurun tajam. Bahkan, banyak di antara pedagang yang mengaku merugi. Akhirnya para pengawas Pasar Danga membiarkan kondisi demikian terjadi hingga saat ini.
‘’Kami mau pindah berjualan ke dalam los ikan modern, tetapi jangan dibangun di dalam pasar bersama dengan pedagang sayur dan pedagang pakaian. Karena jika kami gabung bersama di dalam itu memang sangat mengganggu kenyamanan, namanya pasar ikan tentu semua orang tahu, apalagi kami pedagang ikan semuanya SDM rendah hanya berpatok pada untung dan rugi dampak yang lain-lain tidak dipikirkan,’’paparnya.
Menurutnya, ia dan pedagang ikan lain memilih menggelar lapak di pintu masuk Pasar Danga tepatnya di depan jalan raya.
Pantauan pewarta, lapak penjual ikan dibagi dua yakni di kiri dan kanan jalan. Akibatnya, masalah baru terjadi lagi karena jalan menjadi macet dan menebarkan aroma tak sedap karena limbah ikan.
Sementara Camat Aesesa, Pius Dhari, saat dikonfirmasi, Selasa (23/1) menyampaikan, pihaknya sudah berulangkali berupaya memasukan para pedagang ikan ini kedalam los pasar ikan modern, namun hanya bertahan berjualan sehari di hari berikutnya kembali lagi ke jalan raya.
Pius mengakui setelah mengamati pasar ikan modern yang dibangun pemerintah memang tidak begitu baik karena pembuangan limpahnya tidak dibuat dengan baik sehingga berdampak buruk baik bagi pedagang ikan maupun pedagang lainnya.
‘’Saya tidak tahu pembangunan los pasar ikan ini dikerjakan oleh siapa dan mengapa bisa begini bentuknya. Memang saya sebagai Camat Aesesa yang bertugas untuk mengelola Pasar Danga ini seringkali dihadapkan antara logis dan legal, saya menjabat sebagai Camat Aesesa sejak pada pertengahan bulan Desember 2017, jadi yang mengerjakan bangunan los pasar ikan ini saya tidak tahu,’’ katanya.
Salah seorang pedagang ikan di Pasar Danga, Adimad Daeng (35) saat ditemui, Selasa (23/1) mengaku lega setelah pindah berjualan di jalan raya.
Adimad menjelaskan, los ikan modern yang telah dibangun oleh pemerintah tersebut memang bagus, namun tidak ditempati oleh ia dan pedagang ikan lain karena tidak ada pembuangan limbah ikan dan berdampak negatif bagi para pedagang jenis bahan dagangan lain yang berjualan di los pasar tersebut.
‘’Kami pernah berjualan di dalam los ikan modern yang telah disediakan oleh pemerintah, namun baru berjalan enam bulan kami mengalami keributan dengan para pedagang lainnya, karena limbah air ikan tidak mengalir secara baik sehingga menimbulkan bau busuk, dan jarang dikunjungi pembeli. Daripada timbul masalah terus menerus lebih baik kami berpindah dari dalam los pasar ikan ke jalan raya,’’ungkapnya.
Adimad mengaku pedagang ikan enggan kembali berjualan di dalam los ikan modern itu, dengan alasan omset jual beli mereka menurun tajam. Bahkan, banyak di antara pedagang yang mengaku merugi. Akhirnya para pengawas Pasar Danga membiarkan kondisi demikian terjadi hingga saat ini.
‘’Kami mau pindah berjualan ke dalam los ikan modern, tetapi jangan dibangun di dalam pasar bersama dengan pedagang sayur dan pedagang pakaian. Karena jika kami gabung bersama di dalam itu memang sangat mengganggu kenyamanan, namanya pasar ikan tentu semua orang tahu, apalagi kami pedagang ikan semuanya SDM rendah hanya berpatok pada untung dan rugi dampak yang lain-lain tidak dipikirkan,’’paparnya.
Menurutnya, ia dan pedagang ikan lain memilih menggelar lapak di pintu masuk Pasar Danga tepatnya di depan jalan raya.
Pantauan pewarta, lapak penjual ikan dibagi dua yakni di kiri dan kanan jalan. Akibatnya, masalah baru terjadi lagi karena jalan menjadi macet dan menebarkan aroma tak sedap karena limbah ikan.
Sementara Camat Aesesa, Pius Dhari, saat dikonfirmasi, Selasa (23/1) menyampaikan, pihaknya sudah berulangkali berupaya memasukan para pedagang ikan ini kedalam los pasar ikan modern, namun hanya bertahan berjualan sehari di hari berikutnya kembali lagi ke jalan raya.
Pius mengakui setelah mengamati pasar ikan modern yang dibangun pemerintah memang tidak begitu baik karena pembuangan limpahnya tidak dibuat dengan baik sehingga berdampak buruk baik bagi pedagang ikan maupun pedagang lainnya.
‘’Saya tidak tahu pembangunan los pasar ikan ini dikerjakan oleh siapa dan mengapa bisa begini bentuknya. Memang saya sebagai Camat Aesesa yang bertugas untuk mengelola Pasar Danga ini seringkali dihadapkan antara logis dan legal, saya menjabat sebagai Camat Aesesa sejak pada pertengahan bulan Desember 2017, jadi yang mengerjakan bangunan los pasar ikan ini saya tidak tahu,’’ katanya.
KOMENTAR