wartantt.com, JAKARTA -- Musyawarah Besar
Pemuka Agama Untuk Kerukunan Bangsa yang digelar di Jakarta, selama tiga
hari, Kamis-Sabtu (8-10 Februari), telah menghasilkan tujuh pokok
rumusan, diantaranya pandangan dan sikap umat beragama tentang Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
Tampak hadir dalam kesempatan itu antara
lain Menko Polhukam Wiranto, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin,
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Koordintor Staf Khusus Presiden Teten
Masduki, dan Utusan Khusus Presiden Untuk Dialog dan Kerja Sama
Antaragama dan Peradaban Din Syamsudin.
“Pemuka agama di
Indonesia meneguhkan kesekatapan para pendiri bangsa, bahwa NKRI yang
berdasarkan Pancasila adalah bentuk terbaik dan final bagi bangsa
Indonesia, dan oleh karena itu harus dipertahankan keutuhannya,” kata
Din Syamsudin, Utusan Khusus Presiden Untuk Dialog dan Kerja Sama
Antaragama dan Peradaban, yang membacakan rumusan tersebut dalam
pertemuan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi), di Istana Kepresidenan
Bogor, Jawa Barat, Sabtu (10/2) petang.
Pemuka Agama di
Indonesia, lanjut Din, meyakini bahwa Pancasila yang menjadi dasar
NKRI merupakan kenyataan historis, sosiologis, antropologis, pengakuan
teologis,dan kristalisasi nilai-nilai agama.
“Indonesia adalah
rumah bersama bagi semua elemen bangsa Indonesia yang majemuk. Oleh
karena itu, umat beragama harus berkomitmen mempertahankan NKRI melalui
pengamalan sila-sila dalam Pancasila secara sungguh-sungguh dan
konsisten,” tegas Din.
Ditambahkan Din,
Pemuka Agama di Indonesia memandang bahwa semua upaya yang ingin
mengubah NKRI yang berdasarkan Pancasila merupakan ancaman serius bagi
eksistensi bangsa dan negara Indonesia.
“Terhadap mereka yang
ingin melakukan hal demikian perlu dilakukan pendekatan yang dialogis
dan persuasif melalui pendidikan dan penyadaran untuk memahami dan
menerima NKRI berdasarkan Pancasila,” ucap Din saat membacakan hasil
rumusan Musyawarah Besar Pemuka Agama Untuk Kerukunan Bangsa itu.
Bisa Digaungkan
Mengenai etika
kerukunan antar umat beragama, peserta Musyawarah Besar Pemuka Agama
Untuk Kerukunan Bangsa menyatakan, setiap pemeluk agama memandang
pemeluk agama lain sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan dan saudara
sebangsa.
Karena itu, setiap
pemeluk agama memperlakukan pemeluk agama lain dengan niat dan sikap
baik, empati, penuh kasih sayang, dan sikap saling menghormati.
“Setiap pemeluk agama
bersama pemeluk agama lain mengembangkan dialog dan kerjasama
kemanusiaan untuk kemajuan bangsa,” bunyi kesepakatan itu.
Selain itu, setiap
pemeluk agama tidak memandang agama orang lain dari sudut pandangnya
sendiri dan tidak mencampuri urusan internal agama lain.
Menanggapi hal itu,
Presiden Jokowi menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada seluruh pemuka agama, peserta musyawarah besar agama atas
komitmennya untuk memperkuat kerukunan bangsa, serta atas komitmennya
untuk memperkokoh NKRI, memperkokoh Pancasila, serta memperkokoh
Bhinneka Tunggal Ika.
Presiden meminta
kepada Utusan Khusus Presiden Untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan
Peradaban, Din Syamsudin, agar butir-butir kesepakatan ini betul-betul
disiapkan, jangan sampai hanya pada tataran di atas tapi lapisan tengah,
tataran bawah itu bisa mendengar semuanya.
“Kesepakatan ini akan
menjadi sebuah gaung yang baik, mengingatkan kepada kita semuanya betapa
nilai-nilai persaudaraan nilai-nilai kerukunan dan persatuan dan
kesatuan itu harganya tidak bisa diukur dengan materi,” tegas Presiden
seraya mengingatkan, bahwa perdamaian, kerukunan, persaudaraan,
stabilitas, persatuan, kesatuan, yang paling dasar untuk bernegara dan
pondasi paling berharga dalam bernegara.
“Pondasi yang paling
dasar untuk menjadikan rakyat pondasi dasar untuk memenangkan persaingan
bila kita saling berkompetisi dengan negara lain,” sambung Presiden
Jokowi.
KOMENTAR