wartantt.com, EKONOMI - Keseluruhan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
pada semester I 2018 menunjukkan capaian positif. Tercermin dari
realisasi pendapatan negara sebesar Rp 833,44 triliun atau 44,00% dari
target APBN.
Komposisi pendapatan negara bersumber dari realisasi penerimaan perpajakan semester I 2018 sebesar Rp 653,5 triliun atau 40,39% dari target dengan pertumbuhan 14,26% dibandingkan capaian periode sama 2017 lalu (year on year/yoy). Penerimaan perpajakan sampai akhir 2018 diproyeksi mencapai Rp 1.548,48 triliun.
Adapun penerimaan pajak tumbuh 13,99% (yoy) dengan realisasi Rp 581,54 triliun atau 40,84% dari target. Jika tidak memperhitungkan efek uang tebusan amnesti pajak, maka pertumbuhan penerimaan pajak semester I 2018 mencapai 16,73% (yoy) atau tertinggi dalam tiga tahun terakhir.
Pertumbuhan positif tersebut dipengaruhi pertumbuhan Pajak Penghasilan (PPh) non migas sebesar 14,85% (yoy) dengan realisasi Rp 329,34 triliun, berikut pertumbuhan PPN dan PPnBM sebesar Rp 218,12 triliun yang tumbuh 13,63% (yoy).
Secara keseluruhan, penerimaan pajak sepanjang 2018 masih ditopang jenis-jenis penerimaan pajak yang berasa dari aktivitas impor dan produksi. Di antaranya PPh Badan, PPh Pasal 21 dan PPN impor.
"Target pendapatan negara kita yakini dapat dipenuhi di mana semester I 2018 realisasinya sudah 44,00%. Dari realisasi penerimaan perpajakan, untuk penerimaan kepabeanan dan cukai sebesar Rp 71,95 triliun atau 37,07% dari target dengan pertumbuhan 16,66% dibandingkan periode sama tahun lalu," jelas Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KITA di kantornya, Selasa (17/7).
Kinerja penerimaan kepabeanan dan cukai semester I 2018 mencatatkan pertumbuhan tertinggi dalam tiga tahun terakhir, yakni 16,66%. Capaian positif penerimaan kepabeanan dan cukai dipengaruhi membaiknya aktivitas perdagangan internasional, berikut penertimban impor berisiko tinggi dan penertiban cukai berisiko tinggi.
Pun, sambung dia, pertumbuhan positif terjadi di semua komponen, baik penerimaan bea masuk, bea keluar maupun cukai yang didukung efektivitas kebijakan tarif. Di satu sisi, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sampai akhir 2018 mencapai Rp 176,83 triliun atau 64,20% dari target dengan pertumbuhan 21,02% (yoy).
Kenaikan penerimaan PNBP sektor sumber daya alam (SDA) dipengaruhi peningkatan harga komoditas, terutama harga minyak dunia (crude oil) dan batubara. Pergerakan harga minyak mentah acuan Indonesia (ICP) semester I 2018 mencapai US$ 66,55 per barel dan harga batubara acuan (HBA) tercatat US$ 82,21 per ton.
"Sedangkan realisasi belanja negara sampai akhir Juni 2018 mencapai Rp 944,01 triliun atau 42,51% dari target. Sampai akhir tahun, belanja negara diperkirakan sebesar Rp 1.453,63 triliun. Untuk belanja negara ini termasuk belanja pemerintah pusat sebesar Rp 558,44 triliun atau 38,39% dari pagu anggaran," kata Bendahara Negara.
Menurutnya, penyerapan belanja pemerintah semester I 2018 menunjukkan kinerja yang lebih baik. Perbaikan tersebut tidak lepas dari berbagai upaya yang meliputi penyiapan sebelum anggaran berjalan, percepatan kegiatan dan monitoring program atau kegiatan.
Dari belanja Kementerian atau Lembaga (K/L), serapan hingga akhir Juni 2018 mencapai Rp 295,99 triliun atau 34,93% dari pagu anggaran. Rincian belanja K/L mencakup belanja pegawai dengan realisasi sepanjang semester I 2018 sebesar Rp 103,77 triliun atau 45,62% dari target, belanja barang sebesar Rp 106,39 triliun atau 31,40% dari target dan belanja modal mencapai Rp 40,75 triliun atau 19,99% dari target.
"Memang belanja K/L keseluruhan ini meningkat atau tumbuh 12,14% (yoy). Kalau melihat belanja modal, pagunya lebih rendah dari tahun lalu karena ada realokasi ke belanja barang. Dalam belanja barang termasuk belanja untuk human capital, seperti belanja pendidikan dan belanja pendidikan," jelasnya.
Lebih lanjut dia mengemukakan kinerja Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) hingga akhir 2018 sebesar Rp385,57 triliun atau 50,33% dari target. Capaian itu lebih rendah dibandingkan periode sama 2017 lalu yang mencapai Rp 394,76 triliun.
Ani, sapaan akrabnya, turut menyoroti realisasi Dana Desa semester I 2018 mencapai Rp 35,86 triliun atau 59,77% dari target. Kinerja penyaluran Dana Desa yang lebih baik dari periode sama 2017 lalu, dipengaruhi perbaikan ketentuan batas penyaluran tahap I dan tahap II, maupun upaya intensif dari pemerintah untuk mempercepat penyaluran.
Dengan capaian dari berbagai komponen tersebut, pelaksanaan APBN 2018 diyakini terjaga postur defisitnya di level 2,12% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) atau sebesar Rp 314,2 triliun. Sepanjang semester I 2018, realisasi defisit anggaran tercatat 0,75% dari PDB atau sebesar Rp 110,56 triliun. Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut turut menggarisbawahi realisasi keseimbangan primer sampai 30 Juni 2018 sebesar Rp 10,04 triliun.
"Capaian semester I 2018 membawa optimisme bagi pemerintah bahwa APBN 2018 akan terjaga postur defisitnya 2,12% dari PDB atau lebih rendah dari asumsi 2,19%. Ini yang membuat kami tidak mengajukan APBN Perbahan 2018, karena keseluruhan postur masih menampung," tandas dia.
Komposisi pendapatan negara bersumber dari realisasi penerimaan perpajakan semester I 2018 sebesar Rp 653,5 triliun atau 40,39% dari target dengan pertumbuhan 14,26% dibandingkan capaian periode sama 2017 lalu (year on year/yoy). Penerimaan perpajakan sampai akhir 2018 diproyeksi mencapai Rp 1.548,48 triliun.
Adapun penerimaan pajak tumbuh 13,99% (yoy) dengan realisasi Rp 581,54 triliun atau 40,84% dari target. Jika tidak memperhitungkan efek uang tebusan amnesti pajak, maka pertumbuhan penerimaan pajak semester I 2018 mencapai 16,73% (yoy) atau tertinggi dalam tiga tahun terakhir.
Pertumbuhan positif tersebut dipengaruhi pertumbuhan Pajak Penghasilan (PPh) non migas sebesar 14,85% (yoy) dengan realisasi Rp 329,34 triliun, berikut pertumbuhan PPN dan PPnBM sebesar Rp 218,12 triliun yang tumbuh 13,63% (yoy).
Secara keseluruhan, penerimaan pajak sepanjang 2018 masih ditopang jenis-jenis penerimaan pajak yang berasa dari aktivitas impor dan produksi. Di antaranya PPh Badan, PPh Pasal 21 dan PPN impor.
"Target pendapatan negara kita yakini dapat dipenuhi di mana semester I 2018 realisasinya sudah 44,00%. Dari realisasi penerimaan perpajakan, untuk penerimaan kepabeanan dan cukai sebesar Rp 71,95 triliun atau 37,07% dari target dengan pertumbuhan 16,66% dibandingkan periode sama tahun lalu," jelas Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KITA di kantornya, Selasa (17/7).
Kinerja penerimaan kepabeanan dan cukai semester I 2018 mencatatkan pertumbuhan tertinggi dalam tiga tahun terakhir, yakni 16,66%. Capaian positif penerimaan kepabeanan dan cukai dipengaruhi membaiknya aktivitas perdagangan internasional, berikut penertimban impor berisiko tinggi dan penertiban cukai berisiko tinggi.
Pun, sambung dia, pertumbuhan positif terjadi di semua komponen, baik penerimaan bea masuk, bea keluar maupun cukai yang didukung efektivitas kebijakan tarif. Di satu sisi, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sampai akhir 2018 mencapai Rp 176,83 triliun atau 64,20% dari target dengan pertumbuhan 21,02% (yoy).
Kenaikan penerimaan PNBP sektor sumber daya alam (SDA) dipengaruhi peningkatan harga komoditas, terutama harga minyak dunia (crude oil) dan batubara. Pergerakan harga minyak mentah acuan Indonesia (ICP) semester I 2018 mencapai US$ 66,55 per barel dan harga batubara acuan (HBA) tercatat US$ 82,21 per ton.
"Sedangkan realisasi belanja negara sampai akhir Juni 2018 mencapai Rp 944,01 triliun atau 42,51% dari target. Sampai akhir tahun, belanja negara diperkirakan sebesar Rp 1.453,63 triliun. Untuk belanja negara ini termasuk belanja pemerintah pusat sebesar Rp 558,44 triliun atau 38,39% dari pagu anggaran," kata Bendahara Negara.
Menurutnya, penyerapan belanja pemerintah semester I 2018 menunjukkan kinerja yang lebih baik. Perbaikan tersebut tidak lepas dari berbagai upaya yang meliputi penyiapan sebelum anggaran berjalan, percepatan kegiatan dan monitoring program atau kegiatan.
Dari belanja Kementerian atau Lembaga (K/L), serapan hingga akhir Juni 2018 mencapai Rp 295,99 triliun atau 34,93% dari pagu anggaran. Rincian belanja K/L mencakup belanja pegawai dengan realisasi sepanjang semester I 2018 sebesar Rp 103,77 triliun atau 45,62% dari target, belanja barang sebesar Rp 106,39 triliun atau 31,40% dari target dan belanja modal mencapai Rp 40,75 triliun atau 19,99% dari target.
"Memang belanja K/L keseluruhan ini meningkat atau tumbuh 12,14% (yoy). Kalau melihat belanja modal, pagunya lebih rendah dari tahun lalu karena ada realokasi ke belanja barang. Dalam belanja barang termasuk belanja untuk human capital, seperti belanja pendidikan dan belanja pendidikan," jelasnya.
Lebih lanjut dia mengemukakan kinerja Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) hingga akhir 2018 sebesar Rp385,57 triliun atau 50,33% dari target. Capaian itu lebih rendah dibandingkan periode sama 2017 lalu yang mencapai Rp 394,76 triliun.
Ani, sapaan akrabnya, turut menyoroti realisasi Dana Desa semester I 2018 mencapai Rp 35,86 triliun atau 59,77% dari target. Kinerja penyaluran Dana Desa yang lebih baik dari periode sama 2017 lalu, dipengaruhi perbaikan ketentuan batas penyaluran tahap I dan tahap II, maupun upaya intensif dari pemerintah untuk mempercepat penyaluran.
Dengan capaian dari berbagai komponen tersebut, pelaksanaan APBN 2018 diyakini terjaga postur defisitnya di level 2,12% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) atau sebesar Rp 314,2 triliun. Sepanjang semester I 2018, realisasi defisit anggaran tercatat 0,75% dari PDB atau sebesar Rp 110,56 triliun. Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut turut menggarisbawahi realisasi keseimbangan primer sampai 30 Juni 2018 sebesar Rp 10,04 triliun.
"Capaian semester I 2018 membawa optimisme bagi pemerintah bahwa APBN 2018 akan terjaga postur defisitnya 2,12% dari PDB atau lebih rendah dari asumsi 2,19%. Ini yang membuat kami tidak mengajukan APBN Perbahan 2018, karena keseluruhan postur masih menampung," tandas dia.
KOMENTAR