Ujang Komarudin: Punya Banyak Program Solid, Jokowi Lebih Diuntungkan

wartantt.com -- Pengamat Politik Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Ujang Komarudin, mengatakan calon presiden (capres) nomor urut 01, Joko Widodo (Jokowi), lebih diuntungkan lantaran posisinya sebagai petahana.
 Menurut Ujang, selama ini Jokowi sudah punya begitu banyak program-program solid yang riil, sehingga itu bisa menjadi 'kartu as' bagi perjuangan meraup simpati masyarakat.
 "Jokowi punya banyak program solid, di antaranya kartu-kartu sakti yang telah dikeluarkan, karena dia petahana. Sebagai petahana, posisinya sangat lebih diuntungkan‎," kata Ujang, Jumat (1/3).
 Belum lama ini, Jokowi mengeluarkan tiga 'kartu sakti' lagi. Yakni, Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah, Kartu Sembako Murah, dan Kartu Pra Kerja. Sebelumnya, sudah ada lima 'kartu sakti': Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Program Keluarga Harapan (PKH), Kartu Beras Sejahatera (Rastra), dan Kartu Keluarga Sehat (KKS).
‎
Menurut Ujang, dalam konteks program incumben akan sangat diuntungkan, bila dapat dikelola dengan baik. Pastinya, sambung dia, itu akan ada berdampak signifikan terhadap elektroal.
 "Namun, kalau dalam implementasinya masyarakat sulit mengakses, itu justeru akan mejadi kontraproduktif. Program itu penting, tapi yang paling penting aktualisasinya," tandas Direksur Eksekutif ‎Indonesia Political Review‎, itu.
 Dituturkan lebih lanjut, ‎siapa pun sosok yang mampu meyakinkan swing voters dengan gagasan dan pemaparan program, itulah yang akan mendulang elektoral.‎ "Saya pikir dalam konsteks ini 01 peluangnya lebih besar dari 02," tutur Ujang.
 Sebab, menurutnya, hingga saat ini Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, tidak punya program yang solid untuk mengambil swing voters or undicided voters.
 "TKN sudah didukung gelombang alumni dan intelektual yang bekerja dan berpendapat dalam diam, tapi sangat firm akan pilihannya," ucapnya.
 Menurut dia, selama ini‎ BPN hanya bergerak sporadis dalam isu yang terkesan usang seperti Jokowi komunis, anti-China, dan lainnya. "Yang karena exposurenya berlebihan membuat orang mencari tahu sebenarnya, dan akhirnya menjadi peduli bahwa ini hanya isu belaka, bukan fakta," ujar dia.

Sementara itu‎, Peneliti Departemen Politik dan Perubahan Sosial Centre for Strategic and International Studies (CSIS), ‎Arya Fernandes‎, mengatakan ada yang berbeda antara model kerja relawan di 2014 dan 2019 ini.
 Menurut dia, dulu relawan mau bekerja secara tulus karena didorong oleh gagasan yang dinilai bagus.
 Karena itu, menurutnya, ‎pada Pilpres sebelumnya relawan dibentuk dari bawah ke atas. Sementara saat ini justeru sebaliknya, dari atas ke bawah.
 "Disain pemilu kita menyebabkan relawan mengalami perubahan. Dulu relawan dibentuk dari bawah ke atas, sekarang top down, bisa cek ke relawan. Relawan juga kerjanya menunggu," paparnya.
‎
‎
Akan Ada Program Kejutan
 Juru bcara (Jubir) Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo (Jokowi)-Ma’ruf Amin, ‎Arief Rosyid, mengatakan pihaknya masih punya banyak program yang akan menyentuh langsung ke masyarakat.
Ia menyebut, dalam 47 hari terakhir menuju hari H, masih akan ada program kejutan yang akan diluncurkan.
 "Dengan gagasan an program-program yang menyentuh langsung, ‎kami optimis memenangkan pertarungan ini dan akan jarak akan terus bertambah.‎ Dua debat terakhir membuktikan ada perbedaan kelas antara 01 dan 02, seperti langit dan sumur bor, jauh lah kapasitas dan pengalamannya," tuturnya.. ‎
‎
Di samping itu, Arief yakin para pemilih milenial akan dapat dijaring. Menurutnya, ‎dalam berbagai kesempatan ia dan Erick Thohir menyempatkan diri bertemu dengan para pemilih milenial di 25 kota dari berbagai provinsi.
 "‎Kami simpulkan cukup seorang Erick Thohir yang menghadapi Prabowo-Sandi. Sementara, bicara calon wakil presiden, antara KH Ma'ruf dan Sandi, jauh pengalaman Kiai Maruf," ujarnya.‎
Sementara itu, Jubir BPN Prabowo-Sandi, Faldo Maldini, mengatakan kalau‎ Jokowi mengatakan ingin membangun ifrastruktur untuk masyarakat, itu tidak bohong, karena memang itu tujuannya. "Tapi itu jadi omong kosong kalau tidak meningkatkan ekonomi masyarakat," ujarnya.
 Di sisi lain, terkait berbagai hasil survei‎ dari banyak lembaga, Faldo mengaku menghormatinya.
"Prinsipnya kita hormati semua proses ini, hormati segala riset, hormati survei, karena metodenya sudah ada dan diakui. Kami termasuk yang menghargai hasil analisis," pungkasnya.‎ (yan)