wartantt.com -- Dewasa ini, demokrasi di Indonesia diuji dari berbagai aspek.
Sepanjang 2019, ujian itu datang mulai dari persoalan
politik, ekonomi, hukum, sosial dan budaya.
Namun, disinilah terlihat kedewasaan demokrasi bangsa
Indonesia dalam setiap penyelesaian masalah.
September 2019, Indonesia diperlihatkan bagaimana dinamika demokrasi tersebut berjalan dengan baik.
Gelombang gerakan masyarakat dan mahasiswa yang menuntut
adanya ruang dialog disetiap kebijakan yang akan dikeluarkan oleh negara
terjadi hampir disetiap wilayah tanah air.
Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) menilai,
gerakan tersebut harus diapresiasi yang tinggi oleh seluruh elemen, baik itu
masyarakat maupun negara karena telah menjadikan demokrasi bangsa Indonesia
semakin menunjukkan kedewasaannya.
"Gerakan yang di inisiasi oleh kekuatan moral dan
hanya ingin menyampaikan kritik terhadap Negara sesuai dengan apa yang telah
diatur oleh UU serta menjadi peran mahasiswa khususnya sebagai agen social of
control. Hal ini tentu harus diberi apresiasi yang tinggi oleh seluruh elemen
baik itu masyarakat maupun Negara karena telah menjadikan demokrasi bangsa ini
semakin menunjukkan kedewasaannya," ujar Ketua Umum PB HMI, Respiratori Saddam
Al-Jihad, Jumat (18/10/2019).
Kendati demikian, Saddam menyesalkan adanya
"penumpang gelap" yang menodai pergerakan mahasiswa hari ini.
Mereka mencoba membangun narasi inkonstitusional yang
jauh dari aspek ideologi mahasiswa.
"Narasi inkonstitusional yang kami maksud ialah
munculnya narasi tidak produktif yang menginginkan negara berada dalam situasi
yang tidak normal dengan narasi menggagalkan rencana pelantikan Presiden dan
Wakil Presiden.
Hal ini membuat langkah perjuangan mahasiswa ternodai dan
jauh dari khitah pergerakan mahasiswa.
Sungguh sangat disayangkan perbuatan yang dilakukan
elit-elit politik yang mencoba menjadi “penumpang gelap” untuk meraih
kepentingan golongannya saja tanpa memikirkan nasib bangsa hari ini,"
tegas Saddam.
Saddam menegaskan, PB HMI sangat menolak narasi
untuk menurunkan dan membatalkan pelantikan Presiden Jokowi. Hal itu dianggap
jauh dari esensi pergerakan mahasiswa hari ini.
"Kami bahkan sangat menolak narasi untuk turunkan
Presiden Jokowi dan membatalkan pelantikan, karena jauh dari esensi pergerakan
mahasiswa hari ini," ungkap Saddam.
Sementara itu, Ketua Bidang Perguruan Tinggi,
Kemahasiswaan dan Pemuda (PTKP) Heru Slana Muslim, menuturkan, gagasan murni
yang coba disampaikan mahasiswa sirna begitu saja akibat “penumpang gelap”
tersebut.
Gerakan yang damai, gerakan tanpa anarkisme, gerakan
intelektual, dan juga gerakan moral runtuh oleh ulah “penumpang gelap” yang
menimbulkan dampak kerusakan serta opini buruk terhadap gerakan mahasiswa.
"Namun perlu dipahami bahwa demokrasi bangsa ini
dituntut pula dalam persoalan menjaga stabilitas keamanan nasional.
Narasi-narasi yang coba dibangun oleh para elit yang menyudutkan gerakan
mahasiswa tidak seharusnya hadir dalam perjalanan demokrasi bangsa ini,"
ucap Heru Slana Muslim.
Terakhir, Ketua Bidang Pertahanan Keamanan (Hankam) PB HMI Muhammad Ichsan
mengajak dan mengimbau kepada seluruh masyarakat dan kader-kader HMI untuk
tetap menjaga persatuan dan kesatuan NKRI.
Selain itu , kader HMI harus menciptakan situasi yang
kondusif jelang pelantikan Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2019-2024.
"Kami juga mengajak kepada seluruh masyarakat
khususnya kader-kader HMI Se-Nusantara untuk tetap menjaga persatuan dan
kesatuan. Tentunya guna menciptakan situasi kondusif Negara menjelang
Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden RI," imbaunya.
Atas dasar di atas, Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa
Islam periode 2018-2020 melalui Bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan dan
Pemuda serta Bidang Pertahanan dan kemanan PB HMI mengambil inisiasi untuk
menjelaskan kepada publik serta ingin meluruskan pergerakan mahasiswa agar
“penumpang gelap” yang menjadi ancaman stabilitas keamanan bangsa ini tidak
menjadikan gerakan mahasiswa sebagai tumbal politiknya.
Melalui forum konfrensi pers ini, HMI mencoba merespon
dan membantah segala tuduhan yang menyudutkan bahwa gerakan mahasiswa
ditunggangi dan telah menjadi alat politik praktis elite-elite politik negeri
ini.
KOMENTAR