OPINI - Menggunakan tagline gabungan tanggal dan bulan yang dianggap cantik,
sejumlah organisasi kemasyarakatan tengah menyiapkan aksi 313 yakni demo
besar-besaran yang akan dilakukan pada Jumat tanggal 31 Maret mendatang.
Sejumlah organisasi masih berbeda pendapat mengenai cara dan tujuan aksi
Front Pembela Islam (FPI) masih terfokus pada tuntutan agar Gubernur DKI
Jakarta non-aktif Basuki Tjahaja Purnama segera dipenjara.
Menurut Sekretaris Dewan Syuro FPI DPD DKI Jakarta, Novel Chaidir Hasan
Bamukmin, dalam aksi tersebut pihaknya menyertakan elemen umat Islam, termasuk
organisasi mahasiswa Berbeda dengan FPI, Forum Syuhada Indonesia (FSI) akan
melakukan aksi lebih keras namun tidak terkait langsung dengan kasus dugaan
penistaan agama yang dilakukan Ahok. FSI akan menyerukan revolusi untuk
menyelamatkan NKRI. Pola aksi juga akan berbeda dengan aksi-aksi bela Islam
sebelumnya.
Dalam undangan yang tersebar di grup whatsapp, FSI menolak aksi damai
sebagaimana Aksi 212, “Sudah cukup aksi damai. Sudah saatnya revolusi untuk
selamatkan NKRI”, demikian seruan dalam undangan yang mencantumkan nama
Panglima FSI Diko Nugraha.
Terkait rencana aksi FSI, penulis mencoba melakukan klarifikasi dengan
mendatangi langsung lokasi yang disebutkan dalam undangan di Jalan Menteng
Raya, Jakarta Pusat, Minggu malam kemarin. Saat itu sejumlah orang tengah
menggelar pertemuan. Namun karena hujan, pertemuan dilanjutkan di dalam masjid.
Penulis pun menelpon Panglima FSI Diko Nugraha untuk meminta keterangan. Diko
membenarkan adanya pertemuan tersebut namun tidak menjelaskan lebih rinci
tentang rencana Aksi 313 dengan alasan dirinya tengah memimpin rapat. Perbedaan
cara dan tujuan meski menggunakan tanggal yang sama, menunjukkan masih adanya
perbedaan di antara mereka terkait kondisi saat ini.
Bahkan Sekjen FUI Forum Umat Islam (FUI), Muhammad Al-Khaththath belum
bisa memastikan siapa yang akan memimpin Aksi 313 tersebut. Di sinilah titik
strategis ke mana arah Aksi 313. Jika komando dipegang FPI, maka arahnya jelas
untuk menuntut Ahok diberhentikan dari jabatan Gubernur DKI dan dipenjara.
Namun jika FSI yang berada di depan, tuntutan akan melebar ke Istana dan bukan
tidak mungkin akan menimbulkan chaos karena mereka menolak aksi tersebut
dilakukan secara damai sebagaimana aksi-aksi sebelumnya.
Terlepas siapa yang akan memegang komando, Aksi 313 sebenarnya sudah
tidak relevan dengan kondisi saat ini, baik secara internal maupun eksternal
sehingga jika dipaksakan hasilnya justru akan kontraproduktif.
Alasan, pertama, proses hukum terhadap Ahok sudah terjadi dan tinggal
menunggu vonis. Tanpa aksi pun semua pihak sudah tahu jika umat Islam
mencermati persidangan tersebut dan menunggu vonisnya.
Kedua, secara psikis, sebagian besar umat Islam di Indonesia sudah lelah
dengan berbagai peristiwa baik di dalam negeri maupun luar negeri, yang
memojokkan citra Islam. Agen-agen non muslim berhasil menciptakan stigma di
mana kekerasan diidentikkan dengan Islam. Foto Muslimah tengah berjalan sambil
menelpon dengan latar korban kekerasan di London, adalah salah satu contoh
bagaimana mereka memanfaatkan peristiwa kekerasan sebagai latar untuk
mendiskreditkan Islam.
Ketiga, “pertengkaran” saat ini justru didominasi antar umat Islam
sendiri. Kecaman terhadap ulama yang kebetulan berbeda sikap dan pandangan
mengenai satu hal, di-blow up sedemikian rupa sehingga turut menyumbang citra
negatif. Citra “kaum bersorban” mencapai titik nadir.
Ungkapan Inul Daratista adalah contoh bagaimana sebagian umat Islam
telah kehilangan sikap hormat kepada ulama sehingga yang tampak hanya sisi
negatifnya.
Keempat, kontestasi pilkada Jakarta bisa menjadi jalan konstitusional
untuk melengserkan Ahok. Mengapa tidak memanfaatkan jalan ini secara maksimal
tanpa harus melakukan aksi yang justru menimbulkan antipasti di sebagian
kalangan umat Islam sendiri?
Kelima, Aksi 313 menjadi pupuk pembenar isu pilkada DKI adalah
pertarungan kelompok moderat versus radikal. Terlebih jika FSI yang memegang
komando dan benar-benar menolak cara-cara damai untuk mencapai tujuannya. Dari
beberapa alasan tersebut, sebaiknya Aksi 313 diurungkan. Manfaatkan sisa waktu
untuk mengembalikan citra Islam yang rahmatan lil alamin sehingga pada 19 April
mendatang warga Jakarta dapat menggunakan hak pilihnya tanpa dibayang-bayangi
wajah kekerasan.
KOMENTAR