wartantt.com – Indonesia, Negeri yang dikaruniai kekayaan Sumber Daya Alam yang
melimpah dengan berjuta macam kebudayaan merupakan anugerah tersendiri
yang tidak dimililki oleh Negara lain. Negeri yang terbentang dari
Sabang sampai Marauke ini pun memiliki keindahan alam yang melimpah
ruah, Gunung-gunung
yang menjulang tinggi, serta lautan yang kaya akan panorama keindahan
menjadikan negeri ini ibarat Surga yang terdampar di muka bumi.
Hal inilah yang mendasari negara
imperialis dan kolonialis berusaha keras menguasai negeri ini. Kehadiran
Portugis, Belanda, Inggris dan Jepang adalah bukti nyata betapa negeri
ini menjadi daya pikat tersendiri dan berusaha untuk menjajah serta
menjarah kekayaan yang melimpah ruah.
Hal ini jelas membuat masyarakat di
Nusantara ini menolak dan melakukan perlawanan terhadap kaum penjajah.
Semangat perlawanan masyarakat ini bahkan sudah ada jauh sebelum
terbentuknya Indonesia.
Kerajaan Demak, Mataram, Makassar, Ternate, Tidore, Aceh dan kerajaan
lainnya adalah bukti betapa semangat untuk tak terjajah menggema dalam
kehidupan masyarakat di Nusantara ini.
Hal ini pun berlanjut pasca runtuhnya
kerajaan kerajaan di Nusantara. Boedi Utomo menjadi pelopor dalam
semangat kebangkitan bangsa serta Sumpah Pemuda sebagai pemersatu semua
element pemuda bangsa adalah bukti otentik betapa masyarakat
menginginkan negeri ini terlepas dari kaum kolonialisme.
Tibalah masa Revolusi Indonesia melalui
momentum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tertanggal 17 Agustus 1945
adalah buah dari benih perjuangan yang dilakukan oleh Ulama, Pemuda dan
seluruh masyarakat Indonesia. Namun, Kemerdekaan Indonesia tak lantas
membuat negeri ini lepas dari kaum penjajah. Belanda yang masih
menginginkan indonesia berada dibawah kekuasaan mereka bersikeras untuk
tidak mengakui kemerdekaan Indonesia dan bersikeras menguasai kembali
Negeri ini.
Selain itu, polemik internal Indonesia
pun seolah menjadi pemecah belah masyarakat Indonesia. Semangat
Pancasila dan UUD 1945 ingin dihapuskan oleh kelompok yang mengatas
namakan dirinya Partai Komunis Indonesia. Keberadaan PKI pun seolah
mendapat dukungan dengan menjadikan partai yang ber’ideologikan Komunis
masuk dalam kancah perpolitikan nasional dan menjadi bagian dari NASAKOM
(Nasional, Agama dan Komunis).
Pergantian Rezim tahun 1966 pun seolah
memupus harapan PKI untuk menguasai negeri ini. Penghapusan dan
pelarangan aktivitas PKI di indonesia seolah membuat negeri ini sudah
terlepas dari problem besar. Namun, pergantian rezim kepemimpinan ini
pun memasuki masa dimana otoriterialisme menjadi hal yang mutlak di
negeri ini. Semangat Demokrasi pun seolah tak dikedepankan demi
mewujudkan hasrah kekuasaan. Selain itu, pembangunan yang sifatnya
centralistik seolah menjadikan pulau jawa sebagain pusat dari segala
aktivitas berbangsa dan bernegara.
Tahun 1998 adalah momentum dimana
masyarakat sudah jenuh dengan perlakuan rezim terhadap mereka. Ditandai
dengan aksi demonstrasi pemuda dan mahasiswa dan berhasil melengserkan
kekuasaan rezim yang telah berkuasa selama kurang lebih 32 tahun
lamanya. Pergantian rezim orde baru ke reformasi diharap menjadi
semangat baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Semangat reformasi pun seolah menjadi
angin tersendiri dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satu
cita cita reformasi adalah memberantas perilaku KKN dan pemerataan
pembangunan (decentralisasi) seolah menjadi magnet tersendiri dalam
rangka memajukan negeri ini.
Namun, pergantian demi pergantian rezim
demi rezim seolah belum mampu menuntaskan cita cita reformasi tersebut.
KKN masih merajalela dan decentralisasi dalam hal pembangunan masih jauh
dari harapan. Selain itu, dinamika Politik dan stabilitas ekonomi pun
menjadi problem tersendiri dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam tanah KKN, masih banyak pejabat
pemerintahan yang melakukan tindakan yang jelas jelas hanya untuk
kepentingan pribadi dan mengorbankan kepentingan masyarakat. Dalam
wilayah pembangunan, masih banyak daerah yang kurang tersentuh oleh
pemerintah. Dalam hal dinamika politik, baik itu politik internal bangsa indonesia maupun sikap politik indonesia terhadap politik global.
Kebijakan politik pemerintah terkadang
sasarannya bukan untuk kepentingan masyarakat tetapi mengarah kepada
kepentingan kelompok. Begitu pun sikap politik Indonesia terhadap
dinamika politik global, indonesia terkadang seolah berada pada
persimpangan jalan dan ambigu dalam menentukan sikap politik.
Dalam ranah ekonomi, pemerataan
kesejahteraan masyarakat masih jauh dari harapan. Kemiskinan seolah
menjadi PR yang sampai sekarang belum mampu dituntaskan oleh pemerintah.
Lantas, apakah kita berdiam diri dan
terlena dengan gemerlap modernisasi yang kini seolah menjadi penyakit
kronis terhadap bangsa indonesia?
Menjadi sebuah pertanyaan apalagi tidak
lama lagi ummat islam akan meraih kemenangan pada momentum idhul fitri
setelah berjuang dalam nuansa Ramadhan. Sebuah fase perjuangan untuk
membuat diri kita tersadar akan makna melawan Ego kedirian kita.
Idhul Fitri adalah fase kemenangan bagi
ummat islam di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Idhul Fitri adalah
moment dimana jutaan ummat Islam merayakan kemenangan dan semakin
memper’erat jalinan Silaturrahmi. Semangat Idhul Fitri menjadikan kita
seolah terlahir kembali menjadi manusia baru yang siap mengarungi
derasnya gelombang kehidupan di dunia ini.
Idhul Fitri menjadi momentum yang tepat
untuk mengembalikan semangat Nasionalisme dan kebangkitan bangsa. Idhul
Fitri selayaknya memberikan kesadaran bagi kita betapa kemenangan itu
tidak mudah didapatkan.
Idul FitriIdul Fitri dan Semangat
Kebangkitan Bangsa mengajarkan pula kepada kita akan pentingnya kembali
FITRAH (Kebenaran Asali) bagi ummat manusia. Menjadikan Idhul Fitri
sebagai spirit kebangkitan bangsa akan menyadarkan kita untuk kembali
kepada cita cita luhur bangsa ini berdasarkan amanah Pancasila dan UUD 1945 dan Masa Depan Indonesia akan lebih baik kedepannya.
KOMENTAR