wartantt.com, OPINI -- Dimana-mana
aksi radikalisme tidak akan mampu membuat suatu negara menjadi negara
maju yang berdaya guna, jika melihat Negara-negara timur tengah yang
kini sudah hancur, itu tak lain karena aksi radikalisme dengan
menggunakan simbol-simbol agama.
Aksi
Radikalisme telah melemparkan fungsi akal turun ke bawah, sehingga
pelakunya pastilah tidak menggunakan akal sehat dalam bertindak
melakukan kekerasan. Yang mereka pertontonkan adalah aksi hewan buas
seperti di zaman purba, cuma bedanya sekarang orang-orang radikal ini
menggunakan simbol-simbol agama dan menyerang tempat-tempat ibadah orang
lain, dan juga mereka masih menggunakan baju, sementara hewan buas
primitif tak memakai baju, jadi hanya beda model saja tapi kelakuan
hampir sama.
Di
negeri ini tak kurang orang-orang pintarnya, sumber daya alamnya pun
pastilah melimpah, namun sayangnya kelebihan itu juga dihiasi dengan
berbagai sisi-sisi yang buruk. Ancaman radikalisme ini sangat jelas
dampaknya, media-media mainstream pun sering dihiasi informasi yang
memilukan, termasuk penyerangan Gereja Santa Lidwina Bedog, Sleman,
Yogyakarta.
Beberapa tokoh ikut mengecam aksi
radikal ini, ada Buya Syafii Maarif yang tak diragukan lagi bagaimana
kepedulian beliau tentang kerukunan beragama di Negeri ini, sehingga
beliau berkunjung langsung ke tempat kejadian, hingga saat ini Buya pun
membesuk tersangka yang sudah dijinakkan dan sedang di rumah sakit,
nampaknya Buya ingin mengembalikan anak itu menjadi "Manusia" karena
manusia itu bagian dari kasih sayang.
Tentu
kita berharap Negeri ini penuh rahmat, diberkahi dan tidak ada lagi
manusia yang menjatuhkan akal pikirannya ke tempat yang nista. Kenapa
akal itu ada di kepala?, karena itu tempat mulia, sehingga yang
menggunakan akalnya akan menuju kemuliaan.
Menghormati
perbedaan agama adalah kemuliaan. Bahkan dalam agama Islam, dalam surah
Al-An'am ayat 108 dilarang untuk mencela atau memaki, atau mengejek
sembahan orang lain yang berbeda, jadi dilarang memaki apalagi
menyerangnya sudah pasti SANGAT TERLARANG,
Karena
Islam tidak mengajarkan sikap-sikap radikalisme seperti binatang buas.
Islam mengajarkan manusia untuk selalu rasional dalam bersikap baik di
lingkungan sosial maupun pada suasana lain, sehingga dengan rasionalitas
ini mampu membangun kehidupan spiritual yang lebih mapan dan maksimal
tanpa perlu mengganggu kehidupan spiritual orang lain atau agama yang
lain.
"Dan janganlah kamu memaki
sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti
akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah
Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian
kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada
mereka apa yang dahulu mereka kerjakan." (QS. Al-An'am : 108).
Menteri
Agama pastilah juga mengecam aksi yang bodoh ini, dan apa yang
dikatakan oleh Pak Kapolri Jenderal Tito Karnavian bahwa pelakunya
terindikasi berpaham radikal adalah benar adanya, kalau bukan paham
radikalisme lalu paham apa?, Apakah orang-orang yang berpaham radikal
ini hanya dimanfaatkan oleh para politikus busuk?, hal ini perlu
dianalisa lebih mendalam lagi, sehingga tidak boleh ada fitnah, tapi
pembelajaran mencerahkan umat bangsa ini.
Setidaknya,
bagaimana aksi radikalisme ini terbangun bisa ditelusuri dengan
maraknya berbagai ujaran kebencian yang pernah menyebar, dan
ujaran-ujaran ini dibangun dari pedoman apa yang digunakan?, adakah
kitab yang "terinfeksi virus" atau memang manusianya yang "terinfeksi
virus" radikal ini? ataukah karena cara bacanya tidak menggunakan
metode-metode yang sehat?.sehingga menjadikan seseorang menonaktifkan
akal pikiran sehatnya?
Jika
akal dinonaktifkan maka dengan begitu mudah diremote untuk
menghancurkan bangunan-bangunan yang peradaban tinggi termasuk peradaban
keilmuan dalam bidang metafisika, yang mengontrol para radikal ini bisa
dari kalangan orang-orang yang berakal busuk, yang dalam pikirannya
sudah tidak ada lagi welas asih, yang ada hanya syahwat berkuasa.
Jadi
karena itulah Agama datang untuk membangun rasionalitas, mencerahkan,
dan membebaskan manusia dari para durjana yang setiap saat mengintai dan
memakan korban. Agama datang bukan menjadikan manusia turun kelas
menjadi hewan buas, sehingga orang-orang yang mengaku beragama terus
naik ke mimbar dengan nada provokator, hal ini bisa terdeteksi dengan
mudah jika sebelumnya akal sehat sudah terlatih dengan ajaran agama yang
benar. Tapi kalau belum, yahh...inilah mungkin yang banyak memakan
korban tanpa mereka sadari, bahkan dalam perhelatan politik bisa dengan
liciknya digiring-giring.
Tokoh-tokoh atau
orang-orang pintar di negeri ini selain yang disebutkan di atas amat
banyak, misalnya ada Pak Amien Rais, Zulkifli Hasan, Para Habaib, Gus
Mus, Gus Nuril, dan banyak lagi yang lainnya, tentu dengan kehadiran
tokoh-tokoh yang pintar ini bisa mereduksi pemahaman radikalisme yang
makin marak, sehingga sangat membantu meringankan pekerjaan kepolisian.
Negeri
ini harusnya sudah bebas dari paham Radikalisme, tapi yahh... masih
sering terjadi, berarti memang aksi radikalisme ini benar-benar ada
kekuatan Jin atau Siluman yang menggerakkan, seperti kata Amien Rais.
Cuman
kalau mau berpikir lagi "Bagaimana bisa berkesimpulan bahwa ada
kekuatan siluman? apakah silumannya itu sudah sering bergaul dengan para
poltikus? atau sering menyamar menjadi orang bijaksana?, atau
silumannya memang modelnya seperti kambing hitam?".
Ada
ilmuwan yang tak mau disebutkan namanya pernah bilang kepada saya,
"Daeng, dalam suatu daerah atau tempat, bahkan dalam suatu negara, jika
disitu banyak orang-orang bijaknya atau katakanlah banyak ulama yang
baik dan sejuk, maka akan ada juga rivalnya, bisa berupa ulama-ulama
yang buruk dan atau tokoh-tokoh yang tampak berwibawa tapi ternyata ikut
menjadi penyumbang keresahan sosial demi meraih kekuasaan, nah
disinilah ujian-ujian bagi para tokoh-tokoh bijak, bagaimana cara
bertindak yang tepat sehingga mampu membendung rival yang buruk itu.
Selalu begitu Daeng, cobalah amati dengan jeli"
KOMENTAR