wartanttt.com, OPINI -- Nilai-nilai kemanusian dalam kehidupan di dunia ini sepertinya sudah
tidak ada lagi. Dan sepertinya di dunia ini hanya pantas dan tepat untuk
didiami oleh satu kelompok, golongan, komunitas atau bangsa yang
mengangpap paling terbesar dan kuat. Sementara itu untuk kelompok,
golongan, komunitas atau bangsa yang lain, yang paling lemah dan
minoritas tidak patut untuk tinggal dan hidup di dalam kedamaian
indahnya dunia ini.
Hal tersebut sebenarnya sudah sering kali terjadi di dalam tatanan kehidupan manusia di dunia sejak dulu hingga sekarang era modern. Kekuatan, kekuasaan dan bahkan kewenangan dalam kedudukan tertinggi yang kuat menjadi modal untuk bisa melakukan perbuatan apapun. Baik itu dilakukan oleh individu, kelompok, golongan, komunitas atas bangsa maupun negara. Inilah salah satu penyakit keturunan yang masih melekat di jiwa-jiwa manusia berwatak iblis.
Serakah, kejam dan bengis merupakan bagian sifat panas yang ada hampir disetiap benak manusia. Tidak memandang jenis kelamin maupun usia. Bukan itu saja, sifat panas dalam perumpaan sifat serakah, kejam dan bengis juga sering menjadi bagian modal kuat di dalam kelompok, golongan, komunitas maupun bangsa yang paling kuat atas segala-galanya di dunia. Hal inipun akhirnya timbul dan lahir menjadi sebuah bentuk perwatakan SARA.
Memang betul kejadian dan peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan manusia yang bersifat SARA, pastilah akan menimbulkan sebuah masalah besar kepada kehidupan manusia selanjutnya. SARA sangatlah pekat dalam persoalan perbedan keyakinan, kepercayaan, etnit, suku, bahasa maupun soal idialis.
SARA adalah berbagai pandangan dan tindakan yang didasarkan pada sentimen identitas yang menyangkut keturunan, agama, kebangsaan atau kesukuan dan golongan. Setiap tindakan yang melibatkan kekerasan, diskriminasi dan pelecehan yang didasarkan pada identitas diri dan golongan dapat dikatakan sebagai tidakan Sara. Tindakan ini mengebiri dan melecehkan kemerdekaan dan segala hak-hak dasar yang melekat pada manusia.
Sementara itu SARA bisa kita golongkan dalam 3 kategori, sebagai berikut :
Dari ketiga kategori diatas, maka bisa kita jabarkan lagi menjadi luas sebab dan akibat SARA yang sering terjadi di kehidupan manusia. Dan hal ini bisa kita jabarkan, Faktor-faktor Penyebab dan Akibat Konflik SARA :
Para petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat.
Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.
Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri.
Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.
Kita sebagai manusia yang memilki akal dan pikiran sekaligus memilki perasaan dalam kemanusian yang cinta damai dan kasih sayang sesama, maka kita sepatutnya bisa menjaga dan sekaligus menghindari segala perbuatan dan tingkah laku bersifat SARA. Karena sifat dan perwatakan SARA bisa mengantarkan kita kepada persoalan yang membuat diri kita tidak nyaman maupun tidak aman, maka jelaslah yang menjadi taruhannya adalah keselamatan hidup kita dan keluarga, serta masyarakat lainnya. Dalan hal ini kita semua perlu memilki tanggung jawab atas sifat dan perwatakan yang Anti SARA.
Anti SARA adalah :
Anti SARA adalah suatu tindakan sistimatis untuk memerangi masalah SARA dalam segala macam bentuknya, termasuk sistim dan kebijakan diskriminatif serta sentimen-sentimen SARA yang telah ditanamkan secara tidak sadar sejak usia kanak-kanak.
Oleh karena persoalan SARA sering melibatkan persoalan kekuatan ekonomi dan politik, dimana suatu kelompok berhasil menguasai kekuatan ekonomi atau politik dan tidak bersedia mendistribusikannya kepada kelompok lainnya, maka gerakan moral Anti SARA juga berupaya untuk mengikis ketimpangan-ketimpangan tersebut dan mengkoreksi sistim yang mengakomodir ketidakadilan sosial ini.
Dalam implementasinya gerakan moral Anti SARA aktif menggalang partisipasi masyarakat untuk bersama-sama memerangi SARA. Penyakit sosial yang telah berusia berabad-abad ini akan terus meraja-lela jika kita tidak menghentikannya sekarang juga. Boleh jadi penyebab timbulnya penyakit kronis ini bukan karena kesalahan kita, namun penyembuhannya merupakan tanggung jawab kita bersama.
Hal tersebut sebenarnya sudah sering kali terjadi di dalam tatanan kehidupan manusia di dunia sejak dulu hingga sekarang era modern. Kekuatan, kekuasaan dan bahkan kewenangan dalam kedudukan tertinggi yang kuat menjadi modal untuk bisa melakukan perbuatan apapun. Baik itu dilakukan oleh individu, kelompok, golongan, komunitas atas bangsa maupun negara. Inilah salah satu penyakit keturunan yang masih melekat di jiwa-jiwa manusia berwatak iblis.
Serakah, kejam dan bengis merupakan bagian sifat panas yang ada hampir disetiap benak manusia. Tidak memandang jenis kelamin maupun usia. Bukan itu saja, sifat panas dalam perumpaan sifat serakah, kejam dan bengis juga sering menjadi bagian modal kuat di dalam kelompok, golongan, komunitas maupun bangsa yang paling kuat atas segala-galanya di dunia. Hal inipun akhirnya timbul dan lahir menjadi sebuah bentuk perwatakan SARA.
Memang betul kejadian dan peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan manusia yang bersifat SARA, pastilah akan menimbulkan sebuah masalah besar kepada kehidupan manusia selanjutnya. SARA sangatlah pekat dalam persoalan perbedan keyakinan, kepercayaan, etnit, suku, bahasa maupun soal idialis.
SARA adalah berbagai pandangan dan tindakan yang didasarkan pada sentimen identitas yang menyangkut keturunan, agama, kebangsaan atau kesukuan dan golongan. Setiap tindakan yang melibatkan kekerasan, diskriminasi dan pelecehan yang didasarkan pada identitas diri dan golongan dapat dikatakan sebagai tidakan Sara. Tindakan ini mengebiri dan melecehkan kemerdekaan dan segala hak-hak dasar yang melekat pada manusia.
Sementara itu SARA bisa kita golongkan dalam 3 kategori, sebagai berikut :
- Individual : merupakan tindakan SARA yang dilakukan oleh individu maupun kelompok. Termasuk di dalam katagori ini adalah tindakan maupun pernyataan yang bersifat menyerang, mengintimidasi, melecehkan dan menghina identitas diri maupun golongan.
- Institusional : merupakan tindakan SARA yang dilakukan oleh suatu institusi, termasuk negara, baik secara langsung maupun tidak langsung, sengaja atau tidak sengaja telah membuat peraturan diskriminatif dalam struktur organisasi maupun kebijakannya.
- Kultural : merupakan penyebaran mitos, tradisi dan ide-ide diskriminatif melalui struktur budaya masyarakat.
Dari ketiga kategori diatas, maka bisa kita jabarkan lagi menjadi luas sebab dan akibat SARA yang sering terjadi di kehidupan manusia. Dan hal ini bisa kita jabarkan, Faktor-faktor Penyebab dan Akibat Konflik SARA :
- Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
- Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
- Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Para petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat.
Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.
- Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri.
Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.
Kita sebagai manusia yang memilki akal dan pikiran sekaligus memilki perasaan dalam kemanusian yang cinta damai dan kasih sayang sesama, maka kita sepatutnya bisa menjaga dan sekaligus menghindari segala perbuatan dan tingkah laku bersifat SARA. Karena sifat dan perwatakan SARA bisa mengantarkan kita kepada persoalan yang membuat diri kita tidak nyaman maupun tidak aman, maka jelaslah yang menjadi taruhannya adalah keselamatan hidup kita dan keluarga, serta masyarakat lainnya. Dalan hal ini kita semua perlu memilki tanggung jawab atas sifat dan perwatakan yang Anti SARA.
Anti SARA adalah :
Anti SARA adalah suatu tindakan sistimatis untuk memerangi masalah SARA dalam segala macam bentuknya, termasuk sistim dan kebijakan diskriminatif serta sentimen-sentimen SARA yang telah ditanamkan secara tidak sadar sejak usia kanak-kanak.
Oleh karena persoalan SARA sering melibatkan persoalan kekuatan ekonomi dan politik, dimana suatu kelompok berhasil menguasai kekuatan ekonomi atau politik dan tidak bersedia mendistribusikannya kepada kelompok lainnya, maka gerakan moral Anti SARA juga berupaya untuk mengikis ketimpangan-ketimpangan tersebut dan mengkoreksi sistim yang mengakomodir ketidakadilan sosial ini.
Dalam implementasinya gerakan moral Anti SARA aktif menggalang partisipasi masyarakat untuk bersama-sama memerangi SARA. Penyakit sosial yang telah berusia berabad-abad ini akan terus meraja-lela jika kita tidak menghentikannya sekarang juga. Boleh jadi penyebab timbulnya penyakit kronis ini bukan karena kesalahan kita, namun penyembuhannya merupakan tanggung jawab kita bersama.
KOMENTAR