wartantt.com -- Wilayah Indonesia yang sangat luas dengan 17 ribu pulau dan letak geografis yang sulit membuat 10 juta masyarakat masih hidup dalam gelap gulita karena belum teraliri listrik. Kendala tersebut tentunya membuat PT PLN sebagai penyelenggara listrik negara kesulitan untuk memenuhi kebutuhan listrik yang merata di Indonesia.
Oleh sebab itu, di pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) memiliki cara tersendiri untuk bisa menerangi listrik-listrik di wilayah yang sulit terjangkau di Indonesia. Caranya negara hadir langsung untuk menerangi wilayah-wilayah Indonesia yang sulit terjangkau dengan sumber daya listrik setempat.
Melalui Dirjen Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) negara membangun pembangkit tenaga listrik dari potensi energi baru terbarukan yang dimiliki wilayah-wilayah tersebut.
Seperti baru-baru ini EBTKE telah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terpusat dengan kapasitas 100 kilo watt peak (kWp), di Desa Balang Datu, Kecamatan Mappakasunggu, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan.
PLTS yang pembangunannya dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal (Ditjen) EBTKE pada Tahun Anggaran 2016 ini mampu menerangi 422 rumah dan 8 fasilitas umum.
PLTS ini diresmikan langsung oleh Dirjen EBTKE Rida Mulyana pada Sabtu (10/2/2018). Pada sambutan peresmian Rida mengungkapkan jika masih banyak wilayah-wilayah di Indonesia yang masih belum teraliri listrik.
“Masih ada saudara-saudara kita, melihat bohlam lampu saja belum pernah apalagi merasakan terangnya listrik. Tanpa listrik pertumbuhan akan lambat,” ungkap Rida seperti termuat dalam rilis yang diterima Jumat (9/2/2018).
Misalnya saja Desa Balang Datu ini yang masuk dalam kategori desa yang terisolir. Sedangkan kata Rida, di Indonesia, masih terdapat lebih dari 2.500 desa yang hampir serupa dengan Balang Datu ini.
“Masyarakat tidak boleh lagi dibiarkan (gelap gulita) seperti itu. Maka Negara hadir dalam bentuk menyediakan listrik yang kebetulan daerah-daerahnya belum bisa dijangkau oleh PLN. Kenapa harus segera? Karena ini menyangkut keadilan,” tegas Rida.
Semangat Energi Berkeadilan
Melalui program semangat Energi Berkeadilan, dimana energi harus bisa dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia dengan harga yang terjangkau. Salah satunya adalah dengan membangun pembangkit listrik yang memanfaatkan sumber daya setempat.“Masyarakat di Papua, kalau kita tanya butuh apa? satu kata yang mereka ungkapkan, saya ingin lampu. Lampu itu artinya penerangan, karena selama ini gelap gulita kalau malam hari. Artinya, penerangan dibutuhkan karena akan membuka peradaban,” urai Rida.
Perjalanan menuju Desa Balang Datu memakan waktu sekitar 30-45 menit menggunakan speed boat atau 60-90 menit jika menggunakan perahu motor dari Pelabuhan Takalar Lama ke dermaga Balang Datu. Saat hujan dan ombak tinggi, maka waktu yang dibutuhkan lebih lama lagi.
Sebagai informasi, pada Tahun Anggaran 2016 dan 2017, Ditjen EBTKE, Kementerian ESDM telah melaksanakan pembangunan 5 unit Pembangkit Listrik PLTS Terpusat yang berlokasi di Desa Rewataya (Dusun Rewataya (50 kWp) dan Dusun Lantang Peo sebesar 50 kWp); Desa Mattirobajji (Dusun Satanggalau (30 kWp) dan Dusun Labotallua, kapasitas 30kWp) serta PLTS Terpusat di Desa Balang Datu, Kecamatan Mappakasunggu, Kabupaten Takalar, yang hari ini diresmikan. Total kapasitas dari seluruh PLTS Terpusat ini sebesar 260 kWp dan melistriki lebih dari seribu rumah serta 40 fasilitas umum. (DS/zh/yi)
KOMENTAR