wartantt.com, PERTANIAN - Kepala Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri bangga akan berbagai kebijakan Kementerian Pertanian yang dianggapnya lebih baik. Berkat kebijakan tersebut, Kementan mengklaim membuat meningkatnya ekspor. Contohnya saja, tahun ini Kementan menargetkan ekspor jagung sebanyak 500.000 ton.
"Selain ekspor, investasi pertanian 2017 sebesar Rp 45,90 triliun atau naik 14% per tahun dari tahun 2013 hingga 2017. Peningkatan nilai investasi ini tak lepas dari kebijakan Menteri Pertanian Mentan Andi Amran Sulaiman yang mencabut 50 permentan dan menyederhanakan 15 permentan menjadi 1 permentan," kata Kuntoro Boga dalam keterangan tertulis, Sabtu (21/7/2018).
Sementara dalam Seminar ini bertajuk 'Mewujudkan Ketahanan Pangan Melalui Pengembangan Bahan Pangan Lokal di Indonesia', pengamat ekonomi pertanian, HS Dillon mengapresiasi pencapaian lainnya. Dia menilai pemerintah saat ini telah memperhatikan pembangunan infrastruktur dan modernisasi.
"Baru pada periode pemerintahan ini infrastruktur dan mekanisasi untuk efisiensi produksi mulai dipikirkan," ujar Dillon.
Dillon menjelaskan bahwa pembangunan infrastruktur dan modernisasi saat ini sangat penting untuk petani kecil. Akan tetapi, ia sangat menyayangkan kondisi pasar komoditas pertanian yang banyak diintervensi mafia pangan.
"Pasar masih dikuasai kartel dan mafia yang cenderung menginginkan impor agar mendapatkan keuntungan yang besar," jelasnya.
Disampaikannya juga bahwa jangan sampai rakyat dikorbankan karena pasar sudah terintervensi oleh berbagai kepentingan.
"Ekonomi pasar kita sudah diintervensi oleh berbagai kepentingan sehingga rakyat dikorbankan. Dalam sektor pertanian, banyak yang berkepentingan untuk mendapatkan keuntungan impor komoditas pangan dan ingin Indonesia tergantung terhadap produk pangan impor," tuturnya.
Oleh karenanya, Dillon meminta masyarakat paham tentang kondisi pasar Indonesia yang dikuasai kartel dan mafia. Semua masyarakat harus paham bahwa liberalisasi perdagangan harus disikapi dengan hati-hati.
"Termasuk di sektor pangan untuk menjaga kedaulatan pangan. Potensi pangan lokal kita perlu dikembangkan dengan melihat spesifikasi wilayah," tambahnya.
Di lain pihak, dalam seminar yang digelar Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI) di Pekanbaru pada Sabtu (21/7/2018), Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Riau, Darmansyah mengatakan masyarakat tidak perlu khawatir akan kekurangan pangan.
Sebab, potensi pangan lokal di Indonesia khususnya di Riau sangat besar seperti Sagu, umbi-umbian, produk hortikultura dan peternakan.
"Kami berharap diversifikasi pangan terus dikampanyekan sehingga kita tidak tergantung pada prroduk impor seperti gandum dan aneka buah impor," ucapnya.
Darmansyah menyebutkan berdasarkan hasil penelitian Prof. Bintoro dari IPB, ada 5 rumpun sagu yang cukup untuk pemenuhan karbohidrat satu keluarga selama setahun. Potensi sagu di Riau sangat besar dan belum optimal dimanfaatkan.
"Bahkan yang memanfaatkan tepung sagu negara tetangga seperti Jepang dan China di mana beberapa tahun terakhir Riau mengekspor tepung sagu ke dua negara tersebut," tutup Darmansyah
"Selain ekspor, investasi pertanian 2017 sebesar Rp 45,90 triliun atau naik 14% per tahun dari tahun 2013 hingga 2017. Peningkatan nilai investasi ini tak lepas dari kebijakan Menteri Pertanian Mentan Andi Amran Sulaiman yang mencabut 50 permentan dan menyederhanakan 15 permentan menjadi 1 permentan," kata Kuntoro Boga dalam keterangan tertulis, Sabtu (21/7/2018).
Sementara dalam Seminar ini bertajuk 'Mewujudkan Ketahanan Pangan Melalui Pengembangan Bahan Pangan Lokal di Indonesia', pengamat ekonomi pertanian, HS Dillon mengapresiasi pencapaian lainnya. Dia menilai pemerintah saat ini telah memperhatikan pembangunan infrastruktur dan modernisasi.
Dillon menjelaskan bahwa pembangunan infrastruktur dan modernisasi saat ini sangat penting untuk petani kecil. Akan tetapi, ia sangat menyayangkan kondisi pasar komoditas pertanian yang banyak diintervensi mafia pangan.
"Pasar masih dikuasai kartel dan mafia yang cenderung menginginkan impor agar mendapatkan keuntungan yang besar," jelasnya.
Disampaikannya juga bahwa jangan sampai rakyat dikorbankan karena pasar sudah terintervensi oleh berbagai kepentingan.
"Ekonomi pasar kita sudah diintervensi oleh berbagai kepentingan sehingga rakyat dikorbankan. Dalam sektor pertanian, banyak yang berkepentingan untuk mendapatkan keuntungan impor komoditas pangan dan ingin Indonesia tergantung terhadap produk pangan impor," tuturnya.
Oleh karenanya, Dillon meminta masyarakat paham tentang kondisi pasar Indonesia yang dikuasai kartel dan mafia. Semua masyarakat harus paham bahwa liberalisasi perdagangan harus disikapi dengan hati-hati.
"Termasuk di sektor pangan untuk menjaga kedaulatan pangan. Potensi pangan lokal kita perlu dikembangkan dengan melihat spesifikasi wilayah," tambahnya.
Di lain pihak, dalam seminar yang digelar Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI) di Pekanbaru pada Sabtu (21/7/2018), Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Riau, Darmansyah mengatakan masyarakat tidak perlu khawatir akan kekurangan pangan.
Sebab, potensi pangan lokal di Indonesia khususnya di Riau sangat besar seperti Sagu, umbi-umbian, produk hortikultura dan peternakan.
"Kami berharap diversifikasi pangan terus dikampanyekan sehingga kita tidak tergantung pada prroduk impor seperti gandum dan aneka buah impor," ucapnya.
Darmansyah menyebutkan berdasarkan hasil penelitian Prof. Bintoro dari IPB, ada 5 rumpun sagu yang cukup untuk pemenuhan karbohidrat satu keluarga selama setahun. Potensi sagu di Riau sangat besar dan belum optimal dimanfaatkan.
"Bahkan yang memanfaatkan tepung sagu negara tetangga seperti Jepang dan China di mana beberapa tahun terakhir Riau mengekspor tepung sagu ke dua negara tersebut," tutup Darmansyah
KOMENTAR