Eksekusi Putusan Pengadilan, Kejari LEMBATA Bakar Ratusan Ribu Pakaian Bekas Impor

WartaNTT.com, LEMBATA – Maraknya perdagangan pakaian bekas impor atau yang lebih dikenal dengan Pakaian Rombengan (RB) diwilayah Kabupaten Lembata diprediksi akan berkurang seiring dengan tindakan tegas para penegak hukum dalam menegakkan Peraturan Menteri Perdagangan RI nomor 51/M-Dag/Per/7/2015 tahun 2015 tentang larangan impor pakaian bekas.

Mengambil tempat diwilayah Desa Muruona, Kecamatan Ile Ape, Kamis (8/11/2018) dihadiri jajaran Forkopimda, Kajari Lembata, Aluwi, SH memimpin langsung proses pemusnahan 1.006 karung padat (ballpress) yang diangkut KLM Cahaya Fajar akhir April 2018 lalu, dengan perkara pidana mengangkut barang import yang tidak tercantum dalam manifest.

Sementara itu Kasi Intelijen Kejari Lembata selaku Jaksa eksekutor, Devi Eko Istiawan, SH yang ditemui dilokasi pemusnahan, Kamis (8/11/2018) kepada WartaNTT mengatakan “Kegiatan pemusnahan barang bukti yang dilakukan ini menunjuk putusan Pengadilan Negeri Lembata nomor : 23/Pid.B/2018/PN Lbt tanggal 2 Oktober 2018”.

“Kejadian berawal dari penangkapan KLM Cahaya Fajar GT 80 mesin nissan 175 PK oleh Kapal Patroli BC 30006 di wilayah perairan Lembata yang dinahkodai Saharuddin, Pria asal Binongko-Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara”.

“Dalam putusan pengadilan Negeri Lembata, saudara Saharuddin dijatuhkan pidana penjara 1 Tahun 6 Bulan dikurangi masa tahanan, selanjutnya barang bukti sebanyak 1.006 ballpress pakaian dimusnahkan, serta kapal pengangkut dan GPS dirampas untuk negara”.

“Pemusnahan barang bukti yang dilakukan dihadiri unsur forkopimda Kabupaten Lembata. Meskipun kejadian pemusnahan barang impor ilegal ini merupakan kali pertama di Kabupaten Lembata, namun kami semua berharap menjadi yang terakhir kalinya” ujar Eko Istiawan.

Tentunya pengawasan lintas sektor yang dilakukan bersama dengan melibatkan TNI angkatan laut, aparat bea cukai dan petugas pengawas bidang perdagangan semakin efektif mengatasi menjamurnya perdagangan RB di wilayah NTT dan Lembata khususnya, mengingat pakaian bekas asal impor tersebut berpotensi membahayakan kesehatan manusia sehingga tidak aman untuk dimanfaatkan dan digunakan oleh masyarakat. (Kris Kris)