WartaNTT.com, LEMBATA – Peristiwa banjir berulang yang
melanda wilayah Kabupaten Lembata, Senin malam (26/11/2018) sekitar Pukul 19.00
WITA menyebabkan terputusnya badan jalan Jembatan Waima (sekitar 15m) yang
terletak disisi sebelah Timur. Jembatan Waima merupakan akses utama transportasi
bagi 18 Desa di wilayah Kecamatan Nagawutung dengan Kecamatan Nubatukan selaku
wilayah Ibukota Kabupaten Lembata.
Sebelumnya,
saat kejadian banjir pertama kali pada 24 November 2018 lalu, menyebabkan
tergerusnya tanah pada Oprit/Talud yang terletak sisi Timur dan Barat dari
jembatan Waima, serta akibat kejadian tersebut pihak Kontraktor yang dihubungi langsung
oleh Kadis PUPR dan Perhubungan Lembata telah menurunkan alat berat guna mulai melakukan
pembenahan pasca banjir.
Informasi yang
dihimpun WartaNTT dari salah seorang pengerja pada CV. CPJ, Rius mengatakan “Sejak kemarin pagi (26/11/2018) kami mulai melakukan pengerjaan perbaikan talud/oprit sisi
sebelah Timur akibat tergerus banjir beberapa hari lalu, namun akibat hujan deras yang mulai terjadi
sekitar pukul 15.00 WITA membuat pekerjaan dihentikan”.
“Peristiwa banjir yang terjadi pada malam hari menyebabkan kerugian
peralatan dan material berupa Semen 15 Zak, gerobak dorong 5 unit, sekop 2
buah, ember cor 4 buah, dan terpal ukuran 4x2 sebanyak 2 lembar yang ikut hanyut diterjang banjir” ujarnya.
Pantauan WartaNTT, masyarakat yang didominasi
pemuda diwilayah tersebut sejak pagi hari mulai menawarkan jasa penyeberangan kendaraan
roda dua untuk menyeberangi sungai Waima, dengan upah Rp.50.000,- untuk motor
bermesin 2 tak serta Rp.40.000,- untuk motor bermesin 4 tak dan motor matic.
Tentunya kejadian banjir yang terjadi membawa
berkah tersendiri bagi masyarakat sekitar, meskipun pengendara harus sedikit mengurut
dada akibat pengeluaran tak terduga, mengingat jalur tersebut merupakan jalur
utama menuju Lewoleba.
Sementara itu Pemerintah Kabupaten Lembata melalui
Camat Nubatukan, Stanislaus
Kebesa, S.Sos.,M.AP yang
terlihat hadir sejak pagi hari dilokasi kejadian, berupaya membangun komunikasi
dengan pemilik tanah guna merelakan tanahnya untuk dibuatkan akses jalan
darurat dari wilayah Desa Bour melewati sungai Waima menuju Desa Wuakerong.
Pantauan WartaNTT, komunikasi yang terjalin
sekitar 10 menit tersebut membuahkan hasil. Pemilik tanah, Markus Boli mengatakan “Saya tidak
keberatan memberikan akses jalan, dengan catatan alur aliran sungai juga dikerjakan
seimbang oleh
kontraktor, sehingga
tidak membuat erosi terjadi disisi sebelah timur. Mengingat curah hujan yang sedang terjadi dan banjir kedepannya dapat menyebabkan
tumbang pepohonan dan rumpun bambu milik kami. Agar diingat, ini hanya sementara
(pembukaan jalan darurat, red)” imbuhnya.
Semua pihak berharap jalur darurat yang
dikerjakan dapat membantu transportasi dari dan ke wilayah Kecamatan Nagawutung,
sambil menanti pengerjaan perbaikan badan jalan oleh Pemkab Lembata. Jika tidak
segera dibenahi tentunya kejadian ini akan memberikan catatan hitam atas pelaksanaan
proyek pemerintah TA 2018 di Kabupaten Lembata, mengingat intensitas curah
hujan akan mulai meningkat. (Kris
Kris)
KOMENTAR