WartaNTT.com, LEMBATA –
MYSL (wanita, 51 Thn) ASN dinas dukcapil Lembata yang terkonfirmasi positif Covid-19
meninggal dunia pagi hari tadi, Minggu (10/01/2021) dan telah dikebumikan
sesuai protokol penanganan jenazah Covid-19, bertempat di TPU bluwa-Lewoleba
Barat.
Informasi
yang dihimpun WartaNTT dari pihak keluarga korban yang ditemui di RSUD Lewoleba
(10/01) menyampaikan sekilas kronologis riwayat perawatan almarhumah sebelum akhirnya
meninggal dunia dan divonis terkonfirmasi Covid-19.
“Tanggal
5 s/d 8 Januari mama sempat dirawat di RS Bukit akibat sakit komplikasi yang
dideritanya sejak lama, kemudian pulang kerumah”.
“Tanggal
9 masuk lagi ke RS. Damian sekitar Pukul 13.00 WITA, bahkan diminta oleh pihak
rumah sakit untuk rujuk ke Maumere karena dokter yang tangani sampaikan kalau
ginjal mama bermasalah. Karena ada gejala sesak nafas sehingga siangnya
langsung di Swab di Damian, kemudian dirujuk ke sini (RSUD Lewoleba)” ujar anak
perempuan korban.
RL, saudara kandung dari almarhumah yang ditemui sejumlah awak media di RSUD
Lewoleba menyampaikan kekesalannya atas penanganan terhadap keluarga kontak
erat yang diduga sangat lambat.
“Pagi
tadi (10/01) mereka bilang kita ikuti pengebumian sesuai protokol kesehatan. Hasilnya
sejak semalam (pemeriksaan Swab), tapi kenapa mereka tidak jemput kami anak
cucu yang kontak langsung untuk dikarantina atau diperiksa. Ini kita dibiarkan saja
sampai sekarang”.
“Sakit
ini kan berpengaruh terhadap psikologis keluarga. Panggil keluarga untuk
sampaikan prosedurnya seperti apa, tapi inikan tidak” ujarnya kesal.
Diminta
tanggapan terhadap kejadian yang menimpa saudarinya, RL mengatakan “Kita keluarga
menyesali saja, kemudian pihak manajemen rumah sakit hanya menyampaikan begitu
saja. Tadi pagi juga hanya menyampaikan begitu”.
“Kami
keluarga inikan berpikir jauh, jika kakak kami benar terkena Covid-19 maka
keluarga bisa ambil langkah pengamanan diri agar tidak terjadi persoalan
dikemudian hari. Kita kaget datang informasinya meninggal karena Covid”.
“Sebagai
manusia tentu kami kecewa dengan Satgas. Harapan kami dalam penanganan oleh
pemerintah agar kedepannya tolong diperhatikan dampak ikutan faktor kemanusiaan
karena kita (keluarga) hidup ditengah masyarakat sehingga tidak divonis
berlebihan” ujarnya.
Sementara
itu pihak Satgas Covid-19 Lembata yang ditemui di lokasi pekuburan TPU Bluwa
pasca pengebumian jenazah MYSL menjelaskan riwayat sakit serta harapkan seluruh
warga Lembata tetap patuhi protokol kesehatan ditengah maraknya kasus
terkonfirmasi positif Covid-19.
Menurut Satgas Covid-19 Lembata, Pasien MYSL
dirujuk dari RS Damian ke RSUD Lewoleba pada 9 Januari sekitar Pukul
18.45 WITA dan meninggal dunia 10 Januari Pukul 11.00 WITA di RSUD Lewoleba.
Pasien terkonfirmasi positif Covid-19
berdasarkan hasil pemeriksaan TCM pada 9 Januari, dimana pasien punya
komorbid (penyakit penyerta) Diabetes Melitus tipe 2 dan ARDS (Acute Respiratory Distress
Syndrome).
dr.
Lucia S. G. Anggrijatno, selaku jubir satgas Covid-19 menjelaskan jika pasien mempunyai komorbid (penyakit penyerta) maka akan lebih berat, dimana pasien ini punya penyakit diabetes.
Perihal cepatnya hasil pemeriksaan sampel Swab almarhumah,
dr. Lucia menjelaskan “RSUD
Lewoleba punya alat TCM (Tes Cepat Molekuler) yang biasa digunakan untuk pemeriksaan pasien TB dan HIV, namun
dengan mengganti Catridge maka bisa digunakan untuk pemeriksaan pasien
Covid-19, namun yang diperiksa menggunakan TCM harus pasien yang ada gejala
dimana
hasilnya bisa segera diketahui.
Sedangkan bagi Suspect tanpa gejala dilakukan Swab untuk
pemeriksaan PCR (Polymerase Chain
Reaction) di Kupang”.
Ditanya langkah lanjutan penanganan terhadap keluarga kontak
erat, Lucia Sandra sampaikan “Kepada
keluarga kontak erat sebagian sedang di tracing dan akan dilakukan Rapid Test
antigen. Hasil Rapid testnya jika Reaktif maka akan diisolasi mandiri dan akan
dilanjutkan dengan Swab PCR untuk dikirim ke Kupang” ujarnya menambahkan. (Kris
Kris)
KOMENTAR