WartaNTT.com, SIKKA – Sejak diakui World Health Organization (WHO) tahun 1981 hingga saat ini, AIDS telah berhasil merenggut nyawa jutaan orang sehingga menjadi masalah multinasional yang sangat serius.
Pembentukan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) melalui Kepres 36/1994 untuk meningkatkan upaya pencegahan, pengendalian dan penanggulangan AIDS belum berhasil optimal, berbagai kendala ditemukan antara lain upaya penanggulangan yang masih sangat terbatas dan hanya fokus di sektor kesehatan, minimnya pembiayaan, serta keterbatasan kualitas, kapasitas dan kompetensi SDM yang dimiliki meski telah adanya Perpres 75/2006 yang mengamanatkan upaya peningkatan penanggulangan HIV/AIDS di seluruh Indonesia.
Perkembangan kumulatif penderita HIV/AIDS di Kabupaten Sikka keadaan 2003 s/d 2017, berdasarkan data yang diperoleh WartaNTT dari KPA Kab Sikka yakni sejumlah 686 orang dengan rincian HIV sebanyak 217 (31,63%) dan AIDS sebanyak 469 (68,37%), dengan penderita terbanyak adalah kaum adam sejumlah 423 orang dan kaum hawa sejumlah 263 orang.
Khusus temuan 3 tahun terakhir (2015-2017) diperoleh jumlah penderita HIV/AIDS Tahun 2015 sebanyak 17/58 atau 75 orang; jumlah penderita HIV/AIDS Tahun 2016 sebanyak 53/50 atau 103 orang; dan jumlah penderita HIV/AIDS Tahun 2017 sebanyak 31/59 atau 90 orang.
Dari temuan tersebut, sejak 2003 s/d 2017 terdapat 182 orang penderita HIV/AIDS di Kab Sikka yang meninggal dunia, dimana untuk Thn 2015 sebanyak 16 orang, Thn 2016 sebanyak 11 orang dan Thn 2017 sebanyak 5 orang.
Sebaran temuan HIV/AIDS sejak 2003 s/d 2017 di Kab Sikka telah mencapai seluruh wilayah 21 Kecamatan dengan temuan terbanyak berada di Kec Alok (115 kasus); Alok Timur (100); Nita (63); Alok Barat (62) Kewapante (44); Kangae (41); Waigete dan Nelle (29); Magepanda (27); Talibura (26); Hewokloang (22); Mego (21); Paga dan Bola (19); Lela (16); Palue (14); Doreng (13); Koting (12); Mapitara dan Tanawawo (5); Waiblama (4).
Sedangkan dilihat dari mata pencahariannya, sejak Tahun 2003 s/d 2017, Kasus HIV/AIDS Kab Sikka didominasi oleh pekerjaan Ibu Rumah Tangga (161); disusul Wiraswasta (102); Petani (100); Sopir dan Ojek (65); Buruh (44); Lain-lain (40); PSK (35); Karyawan (32); Anak Balita (21); Tidak Bekerja (20); Mahasiswa (14); Nelayan dan ABK (14); ASN/TNI/Polri (13); Pelajar (10); Satpam (7); Waria (7); dan Narapidana (1).
Tentunya temuan kasus yang terus meningkat disatu sisi menunjukkan upaya yang dilakukan untuk menemukan kasus baru ibarat fenomena gunung es mulai mencuat, namun disisi lain belum optimalnya upaya pencegahan dini sehingga kasus tidak berkembang apabila jika hanya sebagian pihak saja yang aktif bekerja keras sementara pihak lain hanya bertindak pasif.
Ditemui WartaNTT, Selasa (23/01/2018) di ruang kerjanya, Sekretaris KPA Sikka, Yohanes Siga mengatakan “Tantangan yang dihadapi KPA Kabupaten Sikka saat ini antara lain anggaran yang masih kurang; koordinasi lintas sektor belum berjalan optimal dimana HIV/AIDS belum dianggap sebagai ancaman kemanusiaan, dan cepat atau lambat kehilangan generasi produktif itu pasti terjadi”.
“Kami sedang mendorong agar melalui Dana Desa dapat dialokasikan anggaran mendukung operasional Warga Peduli Aids (WPA) minimal untuk kegiatan penyuluhan meski beberapa Desa telah mengalokasikan anggaran berkisar Rp. 5 Juta s/d Rp.10 Juta” ujarnya.
Senada dengan Sekteraris KPA, Pengelola Program KPA Sikka, Yuyun D Baetal kepada WartaNTT mengatakan “Sampai dengan saat ini telah terbentuk 37 komunitas Warga Peduli Aids (WPA) di Kabupaten Sikka dimana 29 WPA yang dibentuk melalui dana global fund dan APBD Kab Sikka tahun 2014 dan 2015 berlokasi di 11 Kecamatan serta 8 WPA dibentuk melalui Dana Desa tahun 2015 s/d 2017 berlokasi di 5 Kecamatan. Sampai dengan saat ini, baru 19 Desa yang mendapatkan support operasional kegiatan bersumber dari Dana Desa berkisar Rp.5 Juta s/d Rp.10 Juta setahun” ujarnya.
KPA Kab Sikka tentu berharap semoga anggaran Dana Desa Thn 2018 Kab Sikka sebesar Rp. 124.247.800.000,- dapat dialokasikan untuk pos pemberdayaan masyarakat khususnya yang berkaitan dengan penanggulangan HIV/AIDS melalui pembentukan Warga Peduli AIDS (WPA) pada 147 Desa di 21 Kecamatan yang ada. (Kris Kris)
KOMENTAR