WartaNTT.com, Lembata –
Bupati Lembata, Eliaser Yentji Sunur, minta semua pihak untuk memberikan
informasi kepada Satgas tanggap darurat bencana erupsi Ile Lewotolok, baik satgas
di tingkat Kelurahan maupun Kabupaten, jika masih terdapat pengungsi mandiri
yang belum mendapatkan bantuan, bukannya malah memperkeruh suasana menyalahkan
pemerintah melalui status yang diunggah di akun-akun media sosial.
Hal tersebut disampaikan Bupati Lembata usai dirinya bersama unsur Forkopimda mengunjungi dan menyalurkan bantuan Presiden RI dan BNPB kepada para pengungsi mandiri di rumah-rumah warga yang tersebar di Kota Lewoleba, Kamis (10/12/2020).
“Tidak usah dipolitisasi”.
“Yang utama sekarang mari bersama-sama pemerintah
menangani pengungsi,
menjawab
permasalahan-permasalahan yang terjadi supaya masyarakat terdampak erupsi tidak
terbeban”.
“Semua status yang diunggah di medsos kita turun
croscheck bersama Forkopimda,
benar apa tidak informasinya”.
“Kita tidak menganggap pemberitaan di media itu kontra pemerintah. Kita turun croscheck ternyata ada juga yang
tidak benar informasi dari status-status
yang di upload. Ini
tanggungjawab siapa kasih informasi yang tidak benar, inikan menimbulkan
kegaduhan”.
“Kalau tidak suka sama Yentji, yah jangan tidak suka sama
pemerintahnya. Pemerintah ini kan semua termasuk DPRD sampai dengan
tingkat RT”.
“Kita membantu orang itu murni dengan semangat yang jelas, jangan
sudah membantu baru berteriak umumkan. Di Injil sendiri juga tertulis, kalau kasih
dengan tangan kiri jangan tangan kanan tahu” ujarnya.
Menjawab
soal penanganan logistik yang dilakukan,
Yentji Sunur sampaikan “Tiap
hari kita perbaiki manajemen pengelolaan bantuan. Pasti ada kurang, karena yang
kita hadapi ini personal masing-masing dengan isi kepalanya (pemikiran) berbeda”.
“Ada yang disini kekurangan, ada yang disana
kelebihan,
sehingga kita manage dengan baik. Pemerintah terus memperbaiki kualitas pelayanan ini”.
“Yang penting siapapun yang mengetahui
keberadaan para pengungsi yang belum tersentuh dimanapun, segera menghubungi posko
terdekat atau posko utama yang ada sehingga kita bisa cepat turun menangani. Itu bagi yang belum kita sentuh”.
Dilanjutkannya “Sebagai Bupati saya sudah sampaikan semua
itu, tinggal sekarang tim yang bekerja dilapangan kita monitor, kita lakukan
evaluasi, mana yang kurang kita kasih penguatan, mana yang lambat ayo segera
benahi. Barang-barang
tidak boleh menumpuk di gudang”.
“Disini kitapun di audit
penggunaan semua bantuan.
Makannya mereka benar tidak. Ada
yang dapat daging, ada yang tidak dapat daging. Setelah ditanya memang yang
bersangkutan tidak bisa makan daging. Namun
diberitakan di media sosial, disana tidak diberikan daging”.
“Kita tanya orang-orang tua yang tidak
mendapatkan daging, mereka jawab tidak makan karena ada yang kolesterol, bahkan
ada juga yang tidak makan telur. Kita perhatikan sampai
sedetail itu dalam memberikan
pelayanan makan”.
Diminta himbauannya kepada semua stakeholder yang ada di
Lembata, Yentji Sunur mengatakan “Ini saatnya kita tunjukkan kebesaran hati kita untuk
mengabdi bagi daerah ini dengan semangat
yang sama. Taantou itu dari dulu diomong
Taantou, perlu diwujudkan itu seperti apa”.
“Jangan membuat persoalan baru di masyarakat (menyebar hoax). Yang utama
mari bersama bangun
solidaritas sehingga masalah yang
dihadapi saudara-saudara kita dari 2 Kecamatan yang desa-desanya
terdampak, merasakan perhatian utuh dan
menikmati suasana di pengungsian tanpa terbeban”.
“Kekurangan tentu pasti ada. Namun jika kekurangan itu kita sama-sama tahu,
sama-sama siasati,
saya kira bisa kita tutupi (benahi, red)”.
Dirinya menegaskan pemerintah tidak menutup
diri terhadap kritik dan saran yang
disampaikan.
“Kita tidak menutup diri, asalkan bicara yang konstruktif. Datang ke posko, tunjukkan tempatnya dimana yang belum tersentuh, bukannya berteriak (di media sosial) disana tidak dapatkan bantuan, atau teriak pemerintah tidak becus. Tidak bisa kita berpikir seperti itu. Ini perlu kebersamaan kita. Dimana jiwa semangat kita yang satu tadi itu (Taan Tou)” ujarnya. (Kris Kris)
KOMENTAR