YOGYAKARTA – Ketua Tim Respon Cepat Waspada Antraks dari Universitas
Gajah Mada (UGM), dr. Riris Andono menyatakan bahwa Antraks tidak
menular dari manusia ke manusia, melainkan dari hewan ke manusia.
Dokter Riris juga menghimbau masyarakat untuk tenang, sekaligus meyakinkan warga bahwa dapat dengan aman mengunjungi wilayah yang diisukan terjangkit penyakit Antraks. Menurutnya hingga kini daerah di Godean Yogyakarta tidak ditemukan adanya laporan kejadian penyakit antraks pada hewan di daerah tersebut.
Tim dari UGM juga menghimbau warga tidak takut untuk mengkonsumsi daging, dengan tetap memperhatikan bahwa daging yang dikonsumsi sehat. Beberapaca catatan yang dikeluarkan tim UGM antara lain; Jangan memotong dan mengkonsumsi daging hewan yang sakit, membeli daging dari rumah pemotongan hewan bersertifikat, tidak membeli dan mengkonsumsi daging hewan pemamah biak (sapi, kambing, kerbau, kuda) yang berwarna gelap dan berlendir, memasak daging dengan sempurna hingga matang dengan suhu di atas 100 derajat Celcius selama waktu 5-10 menit.
Sebelumnya tersiar kabar seorang pasien meninggal dunia di RS Sardjito Yogyakarta dan disebut karena penyakit antraks, padahal belum dipastikan penyebab kematian pasien penderita diabetes tersebut karena antraks.
Namun, berita hoax di media sosial terlanjur beredar, seperti ajakan untuk tidak berkunjung ke RS Sarjito Yogyakarta karena RS Sarjito sedang merawat beberapa pasien Antraks dan penyakit ini sangat berbahaya serta menular. Faktanya, RS Sarjito tidak sedang merawat pasien Antraks. Selain itu beredar juga berita hoax di media sosial bahwa daerah Godean dan Kulonprogo di Yogyakarta sudah terkena Antraks.
Sementara itu Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X juga menegaskan tidak akan sembarangan menetapkan suatu wilayah menjadi daerah Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit antraks, sebelum ada kepastian laporan dari laboratorium.
“Belum ada penetapan KLB antraks di Kulonprogo, belum ada laporan dari laboratorium karena kalau mengatakan penyakit antraks atau bukan harus berdasarkan hasil laporan uji laboraturium dahulu dan tidak asal-asalan,” sebut Sultan HB X kemarin (21/1).
(HS)
Dokter Riris juga menghimbau masyarakat untuk tenang, sekaligus meyakinkan warga bahwa dapat dengan aman mengunjungi wilayah yang diisukan terjangkit penyakit Antraks. Menurutnya hingga kini daerah di Godean Yogyakarta tidak ditemukan adanya laporan kejadian penyakit antraks pada hewan di daerah tersebut.
Tim dari UGM juga menghimbau warga tidak takut untuk mengkonsumsi daging, dengan tetap memperhatikan bahwa daging yang dikonsumsi sehat. Beberapaca catatan yang dikeluarkan tim UGM antara lain; Jangan memotong dan mengkonsumsi daging hewan yang sakit, membeli daging dari rumah pemotongan hewan bersertifikat, tidak membeli dan mengkonsumsi daging hewan pemamah biak (sapi, kambing, kerbau, kuda) yang berwarna gelap dan berlendir, memasak daging dengan sempurna hingga matang dengan suhu di atas 100 derajat Celcius selama waktu 5-10 menit.
Sebelumnya tersiar kabar seorang pasien meninggal dunia di RS Sardjito Yogyakarta dan disebut karena penyakit antraks, padahal belum dipastikan penyebab kematian pasien penderita diabetes tersebut karena antraks.
Namun, berita hoax di media sosial terlanjur beredar, seperti ajakan untuk tidak berkunjung ke RS Sarjito Yogyakarta karena RS Sarjito sedang merawat beberapa pasien Antraks dan penyakit ini sangat berbahaya serta menular. Faktanya, RS Sarjito tidak sedang merawat pasien Antraks. Selain itu beredar juga berita hoax di media sosial bahwa daerah Godean dan Kulonprogo di Yogyakarta sudah terkena Antraks.
Sementara itu Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X juga menegaskan tidak akan sembarangan menetapkan suatu wilayah menjadi daerah Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit antraks, sebelum ada kepastian laporan dari laboratorium.
“Belum ada penetapan KLB antraks di Kulonprogo, belum ada laporan dari laboratorium karena kalau mengatakan penyakit antraks atau bukan harus berdasarkan hasil laporan uji laboraturium dahulu dan tidak asal-asalan,” sebut Sultan HB X kemarin (21/1).
(HS)
KOMENTAR