Sekretaris KPA Provinsi NTT : Pemerintah Sebaiknya Tidak Memandang Sebelah Mata Penanganan ODHA

BAGIKAN:










Sikka - Sebanyak 20 perwakilan pengurus Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) dari 13 Kabupaten di wilayah Prov NTT mengambil bagian dalam pembukaan Pertemuan ODHA tingkat Provinsi NTT, Rabu (3/5/2017) yang akan berlangsung selama 3 hari kedepan bertempat di Hotel Pelita, Jln. Jend Sudirman-Waioti dihadiri Wakil Bupati Sikka.,Drs. Paolus Nong Susar, Sekretaris KPA Prov NTT.,dr. Husein Pancratius R, dan Ketua Yayasan Flobamora Support., Emils P Hurek.

Pengelola Program pada KPA Prov NTT.,Gusti Brewon dalam laporannya mengatakan “Berdasarkan data yang dimiliki KPA Prov NTT keadaan Desember 2016 tercatat kasus HIV-AIDS sebanyak 4.944 orang dengan rincian 2.325 kasus HIV dan 2.619 kasus AIDS sedangkan jumlah yang meninggal dunia sebanyak 1.287 orang”.
“Kegiatan yang dilaksanakan sejak hari ini juga bertujuan untuk peningkatan kinerja dan profesionalisme pengurus dan pendukung ODHA; peningkatan pengetahuan pendukung ODHA; dan peningkatan kemampuan mengelola KDS” ujarnya.
Wakil Bupati Sikka.,Drs. Paolus Nong Susar dalam sambutannya mewakili Bupati Sikka selaku Ketua KPA Kab Sikka dihadapan peserta kegiatan yang berasal dari Kab Lembata, Flotim, Sikka, Ende, Nagekeo, Ngada, Matim, Manggarai, Mabar, Malaka, Belu, TTU dan TTS mengatakan diperlukannya upaya untuk menyelamatkan generasi muda NTT.
“Hal yang perlu diantisipasi yakni adanya indikasi upaya menghilangkan generasi NTT yang berkualitas melalui pola perilaku seks bebas dikalangan remaja. Perwakilan peserta yang hadir saat ini harus juga ikut berjuang menyelamatkan generasi kedepan.
Agar ODHA dapat sharing pengalaman kepada masyarakat dan KDS menjadi wahana membantu menurunkan jumlah penderita penyakit yang menakutkan ini bagi generasi kita di NTT, mudah-mudahan pelatihan yang dilaksanakan bermanfaat dan dapat menyelamatkan generasi Flobamora yang kita cintai bersama” ujarnya.

Sementara itu Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Prov NTT.,dr. Husein Pancratius R kepada WartaNTT mengatakan bahwa pemerintah masih melihat dengan sebelah mata penanganan HIV yang menyebar cepat baik melalui transmisi seks, jarum suntik narkoba dan penularan melalui ibu kepada anak.
“Menghadapi stigma dan diskriminasi ditengah masyarakat, seluruh tenaga kesehatan perlu mensosialisasikan bahwa ODHA tidak berbahaya kecuali berhubungan sex dengan penderita atau menggunakan jarum suntik bersama. Saat ODHA meninggal maka virusnya juga mati karena virus hanya hidup dalam darah orang hidup” terangnya.

Dr. Husein melanjutkan “saat ini Pemerintah mengharapkan ODHA membuka diri namun hal ini sulit akibat stigma dan diskriminasi terutama oleh perlakuan oknum tertentu padahal mereka sudah belajar banyak hal namun masih takut juga menghadapi ODHA. Semasa hidup ODHA sudah mengalami diskriminasi bahkan saat matipun masih didiskriminasi melalui tindakan penanganan yang juga dirasakan oleh KPA sendiri”.
kepada ODHA yang belum teridentifikasi agar melapor diri kepada ketua ODHA diwilayahnya karena membuka diri dengan sesama ODHA dianggap lebih efektif.
“Curhatlah kepada ketua ODHA dan jangan malu, nanti mereka akan menyampaikan kebutuhan anda kepada pemerintah dan CSR lainnya” ujarnya.
dr. Husein juga berpesan bahwa banyak hal yang dikerjakan itu penting namun jangan lupa bahwa penanggulangan HIV-AIDS juga sangat penting karena merupakan bencana kemanusiaan sehingga kita tidak kehilangan generasi bangsa ini kedepan. Diharapkan Kabupaten/Kota di wilayah Propinsi NTT dapat menaruh perhatian terhadap upaya penanggulangan HIV-AIDS melalui sosialisasi, edukasi dan advokasi serta pengalokasian anggaran yang cukup kepada Komisi Penanggulangan AIDS yang berada di wilayahnya.

Terkait dengan dukungan Pemkab Sikka kepada KPA Sikka, Yuyun., Pengelola program pada KPA Sikka mengatakan kepada WartaNTT bahwa Pemkab Sikka cukup memberikan atensi dalam upaya penanganan HIV-AIDS di Kab.Sikka.
“Anggaran saat ini sebesar Rp. 500 Juta sebagai dukungan untuk sosialisasi, edukasi dan advokasi dalam pelaksanaan program yang direncanakan”

Data KPA Prov NTT keadaan Desember 2016 Jumlah Penderita HIV/AIDS di wilayah NTT terbanyak berada di Kota Kupang dengan penderita HIV sejumlah 688 orang; Penderita AIDS 299 orang dengan jumlah penderita yang meninggal dunia sebanyak 64 orang.
Kabupaten Sikka berada di urutan ke-4 setelah Kabupaten Belu, dan Flores Timur dengan penderita HIV sejumlah 175 orang; Penderita AIDS 397 orang dengan jumlah penderita yang meninggal dunia sebanyak 167 orang.
Sementara Kasus terendah berada di Kabupaten Sumba Tengah dan Sabu Raijua dengan jumlah penderita HIV sebanyak 6 orang, penderita AIDS sebanyak 9 orang dan yang meninggal dunia sebanyak 3 orang di Kab. Sumba Tengah.
Untuk Kab Sabu Raijua jumlah penderita HIV sebanyak 1 orang, dan penderita AIDS sebanyak 5 orang. (Kris)