Potensi Budidaya Ikan Air Tawar di TTS Belum Digarap dengan Maksimal

Wartantt, Timor Tengah Selatan – Wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan memiliki potensi alam yang dapat dimanfaatkan sebagai budi daya ikan air tawar disamping melimpahnya hasil kelautan. Namun, potensi tersebut  hingga saat ini belum digarap dengan maksimal akibat minimnya dana. Hal tersebut dikemukakan oleh Kepala Dinas Perikanan Kabupaten TTS, Oktovianus Nabunome saat dijumpai di ruang kerjanya Kantor Dinas Perikanan Kabupaten TTS, Selasa (20/06/2017)

Oktavianus menjelaskan bahwa pihaknya baru saja menggarap empat lokasi untuk pengembangan ikan air tawar meliputi produksi ikan konsumsi dan pembibitan. Empat lokasi tersebut tersebar di empat Balai Benih Ikan (BBI) di empat desa yaitu BBI Lokal Kaetupa di Desa  Noenbila, Oeklofo dan Oeklani di Desa Oenlasi, dan Poni di Desa Tuafanu. Selain itu, sebenarnya masih terdapat lokasi lain yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan ikan air tawar. Meski demikian, pihak Dinas Perikanan tidak bisa berbuat banyak akibat keterbatasan dana. "Dari empat lokasi itu, kami hanya memproduksi ikan konsumsi dan benih tetapi hingga bulan ke enam ini pendapatan kami sudah mencapai Rp 127. 229.000 (58,89%) dari taret PAD kami yang ditargetkan Rp 216.0000.0000. Tapi dengan hasil yang ada, kami yakin akan melampoi target yang ditetapkan itu," optimis Oktovianus.

Perolehan PAD yang cukup baik tersebut, jelas oktavianus menunjukan bahwa wilayah Timor Tengah Selatan memiliki potensi yang cukup besar dalam pengembangan ikan air tawar dan sangat menjanjikan. Oleh sebab itu, perlu adanya alokasi dana baik dari APBD Provinsi maupun APBD kabupaten yang cukup sehingga masyarakat TTS bisa menikmati kesuksesan melalui budidaya ikan air tawar. "Selama ini ada alokasi dari APBD I, tapi hanya bibit saja sedangkan pakan tidak dialokasikan. Ke depan kami harap supaya APBD I juga tanggung sekalian dengan biaya pakan. Begitu juga APBD II, tidak membiayai semua kebutuhan budidaya ikan air tawar. Sedangkan untuk pembuatan kolam yang baik, harus menggunakan alat berat tetapi selama ini kelompok budidaya ikan hanya gali kolam secara manual," tutur dia.

Kepala Dinas Perikanan TTS itu menambahkan, pengembangan ikan air tawar juga membutuhkan tenaga teknis untuk melatih para peternak ikan air tawar supaya dapat mengelola kolam secara mandiri. Namun, belum ada anggaran untuk mendatangkan para tenaga teknis tersebut. "Harapan kami kalah ada alokasi anggaran yang memadai, pada kelompok pembudidaya ikan air tawar yang ada selama ini kami dampingi satu tahun dan tahun berikut diharapkan sudah bisa mandiri. Kalau ini kita kalukan secara terus menerus, maka butuh beberapa tahun saja masysrakat sudah bisa mendiri piara ikan dan itu bisa dijadikan sebagai salah satu lahan usaha untuk peningkatakan ekonomi masyarakat," tegas Oktovianus. (AS)