Aksi terorisme dapat terjadi di mana pun, kapan pun, dan dapat dilakukan siapa pun yang berniat membuat kekacauan dan ketakutan di dalam masyarakat. Oleh karena itu, upaya-upaya untuk mencegah, mengantisipasi, dan mengatasi tindak terorisme tersebut harus dilakukan tanpa henti dalam kondisi dan situasi apa pun juga. Dalam momentum menjelang, selama, dan sesudah Hari Raya Idul Fitri 1438 H, pesan mengenai pentingnya untuk terus meningkatkan kewaspadaan terhadap aksi terorisme tersebut masih sangat relevan untuk kita tekankan.
Dalam momentum itu, seperti yang telah menjadi tradisi selama ini, sebagian besar warga Ibu Kota dan kota-kota besar lainnya berpindah tempat tinggal untuk sementara waktu guna melakukan aktivitas mudik ke kampung halaman masing-masing. Dalam aktivitas mudik, kita menyadari kerumunan massa terjadi dalam skala yang luas dan dalam intensitas yang tinggi.
Kondisi itu, suka tidak suka, merupakan kondisi yang dapat memicu kerawanan dari segi ketertiban dan keamanan, termasuk tindakan terorisme. Oleh karena itulah, kita mengapresiasi Polri di bawah kepemimpinan Kapolri Jenderal Tito Karnavian yang bersikap aware dan menyadari munculnya situasi kerawanan dalam momentum arus mudik dan arus balik Lebaran.
Polri sejak awal telah mengantisipasi situasi tersebut dengan mempersiapkan personel kepolisian bersenjata untuk mengantisipasi adanya aksi terorisme yang meskipun tidak pernah kita inginkan, secara potensial dapat saja terjadi pada saat arus mudik dan arus balik atau saat perayaan Idul Fitri. Langkah antisipasi Polri terhadap terorisme di saat mudik tersebut memang bukan tanpa dasar.
Apalagi jika merujuk pada kasus tindak terorisme yang terjadi beberapa waktu terakhir ini. Polri melalui Detasemen Khusus 88 Antiteror telah meringkus 36 terduga teroris dari sejumlah daerah di Tanah Air dalam beberapa pekan terakhir ini. Tindakan Densus merupakan aksi proaktif Polri. Berkat tindakan proaktif itu, Polri telah mencegah aksi terorisme yang menyasar bukan hanya anggota Polri, melainkan juga masyarakat luas yang sebagian tengah menjalankan ibadah Ramadan.
Di sisi lain, hal itu menunjukkan betapa intensitas aktivitas terorisme terus meningkat seiring dengan meningkatnya aktivitas terorisme di kawasan regional. Simak saja meningkatnya gejolak di Filipina akibat fenomena Islamic State (IS) yang menggoyang stabilitas keamanan di negeri itu. Di sisi lain, terorisme juga terus meningkatkan dinamika di level global dengan terjadinya serangan teroris di sejumlah negara Eropa Barat, seperti Prancis dan Inggris, beberapa waktu terakhir ini.
Kita pun mencatat betapa kondisi-kondisi di Eropa tersebut dan gejolak di Timur Tengah serta Filipina menjadi momentum bagi kelompok radikal untuk membangun gerakan-gerakan baru yang dapat memicu eskalasi penguatan organisasi kelompok teroris di Indonesia. Karena itu, kita memandang permintaan Presiden Joko Widodo kepada Tentara Nasional Indonesia (TNI) agar ikut mengambil bagian dalam memberantas terorisme sebagai permintaan yang tidak berlebihan.
Dalam konteks itu, Presiden melihat meningkatnya potensi dan intensitas ancaman terorisme di level regional dan global harus diantisipasi dengan extra effort, salah satunya dengan melibatkan TNI. Dalam momentum arus mudik, arus balik, dan perayaan Idul Fitri kita menghargai antisipasi Polri, TNI, dan Presiden. Itulah semangat dan kewaspadaan bersama yang kita butuhkan untuk mencegah terjadinya terorisme. Semangat dan kewaspadaan yang sama kita harapkan juga tumbuh di level masyarakat sehingga seluruh ancaman teror dapat sepenuhnya kita tangkal. Semoga.
KOMENTAR