wartantt.com -- Sudah lebih dari dua tahun diluncurkan sejak November 2015 lalu tol laut Presiden Joko Widodo (Jokowi) ternyata membawa dampak pada wilayah-wilayah di Indonesia Timur.
Direktur Marin Nusantara Muhammad Makbul menjelaskan bahwa baru di era Presiden Jokowi terpikir untuk menyubisidi kapal demi membuat murah harga distribusi barang di wilayah-wilayah terluar Indonesia.
“Dan dihadirkanlah kapal-kapal laut yang disubsidi negara. Dan belum ada presiden yang berani menyubsidi kapal-kapal untuk tol laut,” jelas Makbul dalam diskusi di Kemang, Jakarta pada Selasa (21/2/2018).
Dua tahun lalu, harapan Presiden Jokowi pada tol laut memang sangatlah besar. Ia meyakini dengan adanya tol laut maka kesenjangan harga yang kerap terjadi di beberapa wilayah Indonesia khususnya di wilayah 3T bisa teratasi.
“Tol Laut untuk apa? Sekali lagi ini mobilitas manusia, mobilitas barang. Harga transportasi yang lebih murah, biaya logistik yang lebih murah, dan akhirnya kita harapkan harga-harga akan turun,” kata Presiden Jokowi pada pidatonya 5 April 2016 lalu.
Setidaknya pada 5 Desember 2017 lalu ada beberapa wilayah dari dua pulau yang diteliti oleh Marin Nusantara yakni Papua dan Nusa Tenggara Timur (NTT) terkait kebijakan tol laut.
Berikut 5 dampak disparitas harga yang dialami beberapa wilayah di Indonesia dengan diterapkannya kebijakan tol laut selama 2 tahun terakhir.
1. Manokwari, Papua
Manokwari merupakan daerah pertama yang dilalui tol laut di Papua sebelum daerah lain. Di Manokwari, kata Makbul, ditemukan harga beras ternyata tetap. Harga gula terjadi penurunan dua persen. Sedangkan untuk harga semen ada penurunan 8 persen.2. Wasior, Papua
Daerah Wasior juga mengalami penurunan kesenjangan harga dari dampak program tol laut. Misalnya harga beras turun 4 persen, semen 8 persen, besi 10 persen dan seng 9 persen. Namun, kelemahan di Wasior, menurut Makbul, barang-barang dari kapal tol laut kerap tercampur dengan barang non tol laut sehingga kesenjangan harga masih kerap terasa.3. Larantuka, NTT
Di Nusa Tenggara Timur (NTT) dampak penurunan disparitas harga cukup terasa dibanding Papua. Misalnya saja di Larantuka, penurunan harga kebutuhan pokok 5 hingga 15 persen dari tahun 2016 hingga akhir 2017. Wilayah ini dapat dikatakan jauh lebih baik dibanding wilayah lain yang dilalui kapal tol laut. Sebab Larantuka kerap membawa balik hasil pertanian dan perikanan mereka ke pulau Jawa.“Karena masih bisa bawa ikan basah ke Surabaya. Jadi saya pikir harus menjadi percontohan untuk kota-kota lain,” jelas Makbul.
4. Rote, NTT
Kini pulau paling selatan Indonesia itu bisa menikmati harga kebutuhan pokok yang cukup baik dibandingkan sebelum ada program tol laut. Dilaporkan terjadi penurunan harga kebutuhan pokok 6 hingga 13 persen sejak tahun 2016 hingga akhir 2017.“Tapi di Rote juga belum ada muatan balik padahal Rote penghasil rumput laut, cumi, kemiri tapi komoditas ini belum distimulus agar punya nilai lebih ketika dibawa ke Jawa,” kata Makbul.
5. Sabu, NTT
Daerah ini, kata Makbul, harus dijadikan contoh oleh daerah lain dalam mengimplementasikan tol laut. Sebab penurunan kesenjangan harga yang terjadi hingga 13 persen. Apalagi kini Sabu bisa mengirimkan garam ke Pulau Jawa lewat tol laut. Jumlahnya pun mencapai 16 kontainer.Makbul menjelaskan sebenarnya angka tersebut masih jauh dari target pemerintah yang ingin menurunkan kesenjangan harga hingga 30 persen dari program ini.
Beberapa masalah seperti adanya percaloan kontainer yang dilakukan perusahaan ekspedisi, tercampurnya barang dengan barang non tol laut dan masih banyaknya muatan kosong ketika kembali ke Jawa menjadi pekerjaan rumah pemerintah untuk bisa mengoptimalkan program tol laut. (DS/yi)
KOMENTAR