wartantt.com, ESDM -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) Ignasius Jonan, hari ini, Jumat (9/2), meresmikan 10.101
Sambungan Rumah (SR) Jaringan Distribusi Gas Bumi (Jargas) Rumah Tangga
wilayah Kota Mojokerto dan Kabupaten Mojokerto dari pendanaan Anggaran
Belanja dan Pendapatan Negara (APBN) Tahun 2017. Pembangunan
infrastruktur jargas di Kota Mojokerto ditugaskan kepada Perusahaan Gas
Negara/PGN (Persero) sementara, PT Pertamina (Persero) mendapatkan
mandat untuk membangun jargas di Kabupaten Mojokerto.
"Jargas di Kabupaten Mojokerto dan Kota
Mojokerto dibangun karena berdekatan dengan dua sumur gas yang
signifikan yang dioperasikan CNOOC Madura Limited dan Kangean Energy
Indonesia. Total pembiayaannya untuk jargas di kota dan kabupaten
(Mojokerto) mencapai sekitar Rp 86 miliar," ujar Jonan dalam peresmian
yang dipusatkan di Kantor Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto.
Hadir pula pada kesempatan tersebut Direktur Utama PGN Jobi Triananda
Hasjim, Direktur Gas Pertamina Yenni Andayani, Walikota Mojokerto Masud
Yunus dan Wakil Bupati Kabupaten Mojokerto Pungkasiadi.
Lebih lanjut Jonan mengungkapkan
pembangunan jargas ini adalah program yang dilaksanakan sesuai arahan
Presiden Joko Widodo untuk pemerataan, memprioritaskan sumber daya yang
ada untuk kemakmuran rakyat sesuai semangat ketahanan energi.
"Pemerintah itu berusaha supaya semua sumber daya alam yang dimiliki
bangsa dan negara ini, bisa digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran
rakyat. Salah satu programnya adalah jargas di wilayah atau di pemukiman
atau di daerah dimana sambungan gas atau sumber gasnya tersedia," tutur
Jonan.
Menteri ESDM menyampaikan, dengan jargas
maka akan mengurangi ketergantungan terhadap Liquefied Petroleum Gas
(LPG) yang sebagian masih impor. "Setahun kebutuhan kita 6,5 juta ton,
4,5 juta diantaranya masih impor. Meski produksi gas bumi kita 1,2 juta
setara barel oil per hari, jenis yang dihasilkan bukan C3 dan C4 yang
bisa dibuat LPG," terangnya.
Terakhir, Jonan berpesan agar masyarakat
turut membantu PGN dan Pertamina menjaga jaringan dan peralatan sehingga
gas bertekanan 0,02 bar yang sampai ke rumah-rumah dapat konsisten dan
terjaga mengaliri warga.
Pembangunan jargas di Kota Mojokerto
5.000 SR meliputi Kecamatan Kauman (502 SR), Mentikan (607), Prajurit
Kulon (1.265), Surodinawan (1.522) dan Miji (1.104). Pasokan gas
berasal dari Husky CNOOC Madura Limited dengan alokasi sebesar 0,25
MMSCFD.
Sedangkan untuk Kabupaten Mojokerto,
sebanyak 5.101 SR dibangun di Desa Ngoro (1.589), Desa Sedati (1.091),
Desa Kembangsari (904), Jasem (1.517). Pasokan gas berasal dari Kangean
Energi Indonesia dengan alokasi sebesar 0,25 MMSCFD. Jargas Kabupaten
Mojokerto telah mengaliri gas sejak 24 Januari 2018.
Pembangunan Jargas oleh Kementerian ESDM
telah dilakukan sejak tahun 2009 menggunakan dana Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN). Hingga tahun 2017, jumlah SR yang terbangun
mencapai 235.925 SR di 15 Provinsi yang tersebar di 31 Kabupaten/Kota di
Indonesia.
Untuk tahun 2018, Pemerintah menugaskan
Pertamina dan PGN untuk membangun dan mengembangkan jargas di 16
wilayah. Penugasan ini tertuang dalam Kepmen ESDM Nomor 267
K/10/MEM/2018 dan Kepmen ESDM Nomor 268 K/10/MEM/2018, tanggal 25
Januari 2018.
Ke 16 wilayah tersebut adalah Medan
(5.000 SR), Prabumulih (6.000 SR), Musi Rawas (5.167 SR), Serang (5.043
SR), Sidoarjo (7.093 SR), Pasuruan (6.314 SR), Probolinggo (5.025 SR),
Bontang (5.000 SR), Balikpapan (5.000 SR), Penajam Paser Utara (4.002
SR), Tarakan (4.695 SR), Bogor (5.210 SR), Deli Serdang (5.000 SR),
Lhokseumawe (2.000 SR), Cirebon (3.503 SR) dan Palembang (4.315 SR).
Adapun di tahun 2017, selain Kabupaten
Mojokerto, Pertamina mendapat penugasan jargas di Kabupaten Muara Enim,
Kota Bontang, Kabupaten Penungkal Abab Lematang Ilir, Kota Samarinda,
dan Kota Pekanbaru. Sementara PGN mendapat penugasan di Kota Mojokerto,
Kabupaten Musi Banyuasin, Kota Bandar Lampung dan Rusun Kemayoran.
Jargas dibangun oleh Pemerintah di daerah
yang memiliki sumber gas, infrastruktur pasok gas bumi, dan terdapat
ketersediaan pengguna. Jargas juga mampu menekan subsidi dan impor BBM.
Secara nasional, dengan menggunakan gas bumi, pengurangan impor LPG
mencapai 25.500 ton per tahun. Penghematan subsidi Pemerintah Rp 178
miliar per tahun.
Selain itu, Masyarakat juga memperoleh
keuntungan sisi finansial karena harga gas bumi lebih murah dari LPG.
Setiap bulannya, penghematannya bisa mencapai sekitar Rp 50.000 per
keluarga. Manfaat lainnya, gas bumi adalah bahan bakar yang ramah
lingkungan dan tersedia setiap saat. Masyarakat tidak perlu keluar rumah
mencari LPG atau minyak tanah dan kayu bakar, jika sewaktu-waktu
kehabisan.
KOMENTAR