wartantt.com - Kementerian Pertanian (Kementan) selalu berkomitmen untuk menjalankan program pertanian yang secara signifikan meningkatkan produksi pangan dan kesejahteraan secara langsung. Salah satunya, lewat Program Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera.
"Di tahun 2018 ini, Kementan sedang menjalankan Program Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera. Sasarannya tiada lain untuk menurunkan tingkat kemiskinan masyarakat petani yang tinggal di desa," ujar Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Kementan, Ketut Kariyasa, dalam keterangan tertulis, Rabu (6/6/2018).
Selain itu, adapula program Kementan dengan sasarannya untuk menurunkan kemiskinan, yaitu optimasi penggunaan alat mesin pertanian. Program ini merupakan salah satu upaya pemberdayaan petani dilakukan dengan membangun jiwa kewirausahaan petani dan penguatan kelembagaan petani.
"Dengan mekanisasi, para petani dapat berproduksi lebih efisien, lebih cepat, dan lebih produktif, serta menghasilkan produk berkualitas. Penggunaan teknologi dan mekanisasi ini mampu menarik minat generasi muda terjun ke pertanian," ucapnya.
Hal itu terbukti pada capaiannya dalam kurun waktu Mei 2018, daya beli petani secara nasional menunjukkan tren positif dibanding bulan sebelumnya. Dengan begitu, tingkat kesejahteraan petani semakin meningkat.
Data yang dirilis BPS menunjukkan, indeks Nilai Tukar Petani (NTP) secara nasional pada Mei 2018 meningkat 0,37% menjadi 101,99 jika dibandingkan April yang hanya 101,61. Begitu pun indeks Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Mei 2018 mencapai 111,38 atau naik 0,32% dari bulan sebelumnya yang nilainya hanya 111,03. Membaiknya harga komoditas pangan menjadi pemicu kenaikan NTP dan NTUP.
Dari capaian tersebut, Ketut mengungkapkan tren positif kenaikan NTP menunjukkan adanya peningkatan kemampuan daya beli. Semakin tinggi NTP, akan semakin kuat tingkat kemampuan atau daya beli petani.
"Daya beli petani pada Mei 2018 ini tidak hanya lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya, akan tetap jika dibandingkan Mei 2017, daya beli petani pada Mei 2018 ini pun lebih tinggi. NTP pada Mei 2017 lalu hanya 100,15. NTP di bulan Mei 2018 ini lebih yaitu 101,99," ujar Ketut.
"Di tahun 2018 ini, Kementan sedang menjalankan Program Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera. Sasarannya tiada lain untuk menurunkan tingkat kemiskinan masyarakat petani yang tinggal di desa," ujar Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Kementan, Ketut Kariyasa, dalam keterangan tertulis, Rabu (6/6/2018).
Selain itu, adapula program Kementan dengan sasarannya untuk menurunkan kemiskinan, yaitu optimasi penggunaan alat mesin pertanian. Program ini merupakan salah satu upaya pemberdayaan petani dilakukan dengan membangun jiwa kewirausahaan petani dan penguatan kelembagaan petani.
"Dengan mekanisasi, para petani dapat berproduksi lebih efisien, lebih cepat, dan lebih produktif, serta menghasilkan produk berkualitas. Penggunaan teknologi dan mekanisasi ini mampu menarik minat generasi muda terjun ke pertanian," ucapnya.
Hal itu terbukti pada capaiannya dalam kurun waktu Mei 2018, daya beli petani secara nasional menunjukkan tren positif dibanding bulan sebelumnya. Dengan begitu, tingkat kesejahteraan petani semakin meningkat.
Data yang dirilis BPS menunjukkan, indeks Nilai Tukar Petani (NTP) secara nasional pada Mei 2018 meningkat 0,37% menjadi 101,99 jika dibandingkan April yang hanya 101,61. Begitu pun indeks Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Mei 2018 mencapai 111,38 atau naik 0,32% dari bulan sebelumnya yang nilainya hanya 111,03. Membaiknya harga komoditas pangan menjadi pemicu kenaikan NTP dan NTUP.
Dari capaian tersebut, Ketut mengungkapkan tren positif kenaikan NTP menunjukkan adanya peningkatan kemampuan daya beli. Semakin tinggi NTP, akan semakin kuat tingkat kemampuan atau daya beli petani.
"Daya beli petani pada Mei 2018 ini tidak hanya lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya, akan tetap jika dibandingkan Mei 2017, daya beli petani pada Mei 2018 ini pun lebih tinggi. NTP pada Mei 2017 lalu hanya 100,15. NTP di bulan Mei 2018 ini lebih yaitu 101,99," ujar Ketut.
Sementara itu, Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), Winarno Tohir, menuturkan kondisi lapangan saat ini produksi gabah sedang melimpah, sehingga kesejahteraan petani memang terbukti. Akan tetapi kondisi tersebut bertentangan dengan kebijakan impor jilid II, sehingga petani dirugikan.
"Karena itu, tidak seharusnya Kementerian Perdagangan melalukan impor yang kedua. Petani yang kondisinya saat ini sejahtera, ke depan bisa dirugikan," tuturnya.
"Karena itu, tidak seharusnya Kementerian Perdagangan melalukan impor yang kedua. Petani yang kondisinya saat ini sejahtera, ke depan bisa dirugikan," tuturnya.
KOMENTAR