Menag: Jangan Campuri Misi Kemanusiaan dengan Propaganda Agama

wartantt.com -- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengapresiasi kegiatan aktivis dan relawan kemanusiaan dalam membantu korban bencana gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Meski demikian, ia mengingatkan, misi kemanusiaan jangan dicampur dengan propaganda agama atau proselitisme.

Yaitu, tindakan mencoba untuk mengubah atau usaha dari pihak luar untuk menarik seseorang masuk pada kelompok (agama-red) tertentu. “Misi kemanusiaan agar steril dari menyebarkan agama yang berbeda dengan yang dianut masyarakat terdampak bencana,” tegas Menag di Jakarta pada Senin (03/09/2018).

Pesan ini disampaikan Menag menyusul viralnya video kegiatan yang dilakukan aktivis relawan kemanusiaan di Lombok yang diwarnai aksi yang diduga proselitisme.

Humanitarian Forum Indonesia mengimbau kepada seluruh para pekerja dan relawan kemanusiaan yang membantu korban bencana di Lombok untuk menjunjung kode etik dasar kemanusiaan.

Menjunjung juga prinsip-prinsip akuntabilitas kemanusiaan yang salah satunya adalah nonproselitisme atau tidak menyebarkan keyakinan atau agama yang berbeda dari keyakinan yang dianut oleh penyintas.

“Tidak menggunakan atribut-atribut keagamaan yang berbeda dari mayoritas keyakinan yang dianut oleh penyintas selama memberikan layanan kemanusiaan,” tulis Humanitarian Forum Indonesia dalam Kemenag.go.id.

Juga agar mengajak pula tokoh agama di NTB untuk turun memberikan penguatan mental dan spiritual pada pemulihan pasca gempa.

Sensitivitas Pekerja dan Relawan

Humanitarian Forum Indonesia juga menghimbau untuk selalu melakukan konfirmasi pada informasi-informasi yang beredar untuk mencegah hoaks dan fitnah. Kemudian jika terjadi kasus yang mengganggu proses penanganan penyintas segera melapor ke pihak keamanan setempat.

“Saya minta semua pekerja dan relawan kemanusiaan untuk fokus menolong sesama serta memiliki kepekaan terhadap isu-isu yang sensitif di masyarakat, terutama menyangkut adat istiadat, budaya lokal dan identitas keyakinan agama, agar iklim yang kondusif tetap dapat dipelihara selamanya,” tandas Lukman.

Humanitarian Forum Indonesia terdiri dari Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah Disaster Management Centre, Unit Pengurangan Risiko Bencana Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, KARINA-KWI, Yayasan Tanggul Bencana di Indonesia, Wahana Visi Indonesia.

YAKKUM Emergency Unit, Perkumpulan Peningkatan untuk Keberdayaan Masyarakat, PKPU Human Initiative, Church World Service, Habitat for Humanity Indonesia, Rebana Indonesia, Rumah Zakat, Dompet Dhuafa, dan BAZNAS Tanggap Bencana.