wartantt.com, NASIONAL - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo dan Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ruacudu menyampaikan radikalisme bisa pengaruhi organisasi massa (Ormas) yang ada di Indonesia. Untuk itu, perlu pengertian bersama di setiap kader Ormas bahwa Pancasila merupakan ideologi tunggal.
"Kita sebagai generasi penerus harus punya komitmen tetap jaga NKRI, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika," ucap Tjahjo dalam seminar yang diadakan FKPPI di JCC, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (29/10/2018).
Pemerintah menjamin kebebasan masyarakat untuk berserikat. Namun, tidak boleh melenceng dengan Pancasila.
"Kita negara hukum, berserikat boleh, ternyata ada besar jumlah Ormas yang terdaftar ada 394.836. Silahkan bikin Ormas, asal dengan asas Pancasila," ucap Tjahjo.
Tjahjo menyinggung Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang dibubarkan oleh pemerintah. Mereka dianggap akan mengubah Pancasila dengan ideologi khilafah.
"Contoh pembubarkan Ormas ini karena jelas sikap dan ideologi. Padahal daftar sebagai ormas Pancasilais, tapi punya agenda lain," kata Tjahjo.
Sementara itu, Menhan Ryamizard Ryacudu menyebut pertarungan dengan radikalisme lebih kepada petarungan ideologis daripada fisik atau militer.
"Ancaman yang paling penting, ancaman terhadap mindset. Perang ke depan adalah ubah mindset. Kita adalah Pancasila, kita di tengah, tidak ke kiri, tidak ke kanan. Kiri ekstrim itu PKI, kanan ekstrim itu radikal," kata Ryamizard.
Ryamizard meminta kepada anggota FKPPI dan Ormas lain untuk bersatu melawan radikalisme. Dia menganalogikan kekuatan persatuan dengan kerja sama semut.
"Saya ibaratkan dengan semut. Persatuan nasional sangat penting, semut punya etos persatuan tinggi. Tidak bicara soal dirinya, mereka bersatu. Dan saat bersatu, dia kuat. Itulah bela negara. Gajah itu bisa mati oleh semut," kata Ryamizard.
"Kita sebagai generasi penerus harus punya komitmen tetap jaga NKRI, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika," ucap Tjahjo dalam seminar yang diadakan FKPPI di JCC, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (29/10/2018).
Pemerintah menjamin kebebasan masyarakat untuk berserikat. Namun, tidak boleh melenceng dengan Pancasila.
"Kita negara hukum, berserikat boleh, ternyata ada besar jumlah Ormas yang terdaftar ada 394.836. Silahkan bikin Ormas, asal dengan asas Pancasila," ucap Tjahjo.
Tjahjo menyinggung Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang dibubarkan oleh pemerintah. Mereka dianggap akan mengubah Pancasila dengan ideologi khilafah.
"Contoh pembubarkan Ormas ini karena jelas sikap dan ideologi. Padahal daftar sebagai ormas Pancasilais, tapi punya agenda lain," kata Tjahjo.
Sementara itu, Menhan Ryamizard Ryacudu menyebut pertarungan dengan radikalisme lebih kepada petarungan ideologis daripada fisik atau militer.
"Ancaman yang paling penting, ancaman terhadap mindset. Perang ke depan adalah ubah mindset. Kita adalah Pancasila, kita di tengah, tidak ke kiri, tidak ke kanan. Kiri ekstrim itu PKI, kanan ekstrim itu radikal," kata Ryamizard.
Ryamizard meminta kepada anggota FKPPI dan Ormas lain untuk bersatu melawan radikalisme. Dia menganalogikan kekuatan persatuan dengan kerja sama semut.
"Saya ibaratkan dengan semut. Persatuan nasional sangat penting, semut punya etos persatuan tinggi. Tidak bicara soal dirinya, mereka bersatu. Dan saat bersatu, dia kuat. Itulah bela negara. Gajah itu bisa mati oleh semut," kata Ryamizard.
Aktif Atasi Hoaks
Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tjahjo Kumolo, meminta masyarakat untuk aktif dan menyeleksi informasi yang beredar di media sosial. Terlebih memasuki Pemilihan Umum, hoaks juga harus dicermati dengan baik agar tidak terjerumus dalam informasi yang sesat.
"Ini sumber permasalahan juga. Saya imbau masyarakat yang mendapat informasi harus disaring dan dicek kebenarannya terlebih dahulu," kata Tjahjo.
Jumlah pengakses internet yang jumlahnya sangat besar juga menjadi perhatian Tjahjo karena menjadi sarang berkembangnya ujaran kebencian dan hoaks.
"Jumlah penduduk Indonesia 263 juta. Sedangkan SIM card yang beredar ada 336 juta. Nah, artinya masyarakat kita ini sangat dekat dengan handphone dan mayoritas sangat aktif bermedia sosial," lanjut Tjahjo.
Upaya ini, menurut Tjahjo turut mempercepat konsolidasi demokrasi yang tengah berjalan. Dengan peran aktif masyarakat ini pula, Tjahjo berharap Pemilu tahun mendatang dapat berjalan dengan baik dan kondusif.
KOMENTAR