Wartantt.com_SBD; Jadi pustakawan atau pustakawati seringkali dipandang sebelah mata oleh orang orang lain. Bahkan banyak kali pustakawan diminta untuk mengerjakan yang lain di luar tugasnya, karena dianggap beban kerjanya kurang.
Hal ini sesungguhnya berangkat dari kenyataan bahwa pustakawan/wati dan orang orang disekitarnya tidak memahami tugas dan beban kerja petugas perpustakaan.
Seperti halnya yang dialami dan dirasakan oleh Pustakawati SDI Weelonda Dorkas Kondi. Dirinya hanya memahami bahwa tugas dari pustakawan adalah menjaga perpustakaan.
“Selama ini kami hanya jaga saja perpustakaan. Buku buku kami simpan saja, yang penting dia rapi begitu. Anak anak masuk baca kami jaga supaya jangan ribut” katanya.
Namun demikian dengan mengikuti pelatihan dan worksop yang diselenggarakan oleh TB Pelangi yang merupakan organisasi mitra dari INOVASI, dirinya baru sadar bahwa ternyata tugas seorang pustakawan itu bukan sederhana. Sebaliknya pustakawan punya tugas yang banyak dan mulia.
“Sekarang ini saya ikut pelatihan dan baru tau kalau perugas perpustakaan itu punya kerja banyak. Saya harus bikin perpustakaan jadi menarik untuk anak anak, atur buku sesuai penjenjangan, buat administrasi perpustakaan, dan lain lain. Tapi saya senang, sekarang saya sudah tau dan saya akan buat seperti itu” katanya.
Ditanya soal minat anak anak masuk perpustakaan beliau mengatakan bahwa anak anak SDI Weelonda masuk perpustakaan hanya apabila waktu pelajaran kosong dan diarahkan oleh guru atau apabila ada tugas sekolah yang harus didapatkan di perpustakaan. Belum ada anak yang menjadikan perpustakaan sebagai tempat favoritnya. Hal ini menurutnya kemungkinan disebabkan karena design dan tampilan perpustakaan belum dibuat menarik bagi mereka.
“Selama ini anak anak masuk baca kalau les kosong dan guru suruh. Ada juga masuk kalau mau cari bahan untuk kerja tugas. Belum ada yang tiap hari masuk perpustakaan. Mungkin karena kami belum tata perpustakaan menjadi menarik. Setelah pelatihan ini kami nekat untuk buat perpustakaan jadi bagus supanya anak anak senang” katanya.
Dirinya menjadi semakin bersemangat setelah mengikuti pelatihan tersrbut. Sehingga walaupun pekerjaannya. Semakin banyak, tetapi tetap akan berusaha mempersembahkan yang terbaik agar anak anak mencintai perpustakaan.
Dirinya berkomitmen untuk mengaplikasikan hasil pelatihan. Tapi berharap adanya pendampingan dari inovasi, kepala sekolah dan guru. Guru guru harus mengantar dan mendampingi anaka anak di perpustakaan.
Kepala SDI Poma Kristina Kondi mengatakan bahwa pelatihan tersebut merupakan pelatihan kedua setelah Sebelumnya dilakukan pelatihan yang sama di sekolahnya dengan tema manajemen perpustakaan.
Dirinya mengapresiasi kegiatan pelatihan dan workshop tersebut.
“Bagus. Kita bisa mengerti bagaimana mengelola perpustakaan secara baik. Selama ini kami taro saja buku. Ada buku pelajaran, buku pengayaan dan buku buku lain kami taro saja di rak rak. Tidak tau anak mau baca atau tidak. Buku tingkatan apa terserah. Kegiatan ini sangat bagus dan menyenangkan. Saya yakin teman kepala sekolah lain juga ingin ikut” katanya.
Dirinya mengakui bahwa dengan mengikuti pelatihan tersebut dirinya mengetahui cara mengelola perpustakaan yang baik.
“Dengan adanya pelatihan ini kami digiring betul untuk tau mengelola perpustakaan. Buku seharusnya disusun sesuai jenjangnya dari yang mudah dan tipis sampai kepada yang tebal, panjang dan sulit. Dari rak paling bawah ke atas. Selama ini Perpustakaan kami selama ini seolah olah jadi gudang” katanya
KOMENTAR