WartaNTT.com, LEMBATA –
Kerusakan berat dan puso bagi tanaman pangan jenis Padi seluas 171,03Ha dan
Jagung seluas 4.252Ha musim
tanam 2019/2020 akibat organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dan kekeringan yang
terjadi di Lembata hingga akhir Maret 2020, berdampak kerugian bagi 11.033
Kepala Keluarga Tani (KK Tani) dari total 27.391 KK Tani yang terdata Dinas Pertanian
Hanpangan Kab. Lembata.
Informasi kerusakan
tanaman pangan Padi dan Jagung yang mayoritas terjadi di wilayah pesisir Kab.
Lembata tersebut disampaikan Kepala Dinas Pertanian dan Hanpangan Kab. Lembata,
Mathias Anthonius Kurniawan Beyeng kepada sejumlah awak media, Rabu (01/04/2020).
“Terkait kejadian
kerusakan tanaman pangan yang terjadi, sudah kami laporkan kepada Bupati Lembata
dan petunjuk beliau segera diproses agar KK Tani terdampak mendapatkan bantuan.
Dinas Pertanian Hanpangan juga sudah menyiapkan data lengkap KK Tani terdampak
baik kerusakan ringan, sedang, berat dan puso”, ujarnya.
Ditanya lanjut
terkait dampak kerusakan tanaman padi dan jagung yang terjadi di Lembata,
Mathias Beyeng menjelaskan secara detail “Hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengendali
organisme pengganggu tumbuhan (POPT) telah dituangkan dalam laporan diakhir
bulan Maret, dimana total kerusakan tanaman padi (rusak berat dan
puso) seluas 171,03Ha atau 3,69% dari
luas tanam sebesar 4.634Ha,
sedangkan total kerusakan tanaman Jagung (rusak berat dan
puso) seluas 4.252Ha
atau 35,78% dari luas tanam 11.885,34Ha”.
“Sebaran gagal panen tanaman Padi akibat rusak berat dan puso terjadi di 4 Kecamatan yakni Kecamatan Ile Ape
29,18Ha (97,27% ), Ile Ape Timur
28,7Ha (71,75%), Omesuri
77Ha (11,83%), dan Lebatukan
36,15Ha (6,08%)”.
“Sedangkan sebaran gagal
panen
tanaman Jagung
akibat rusak berat dan puso terjadi di 6 Kecamatan yaitu Kecamatan Ile Ape 1.426Ha (84,38%), Ile Ape Timur 658Ha (83,79%), Buyasuri 1.528,3Ha (74,10%), Nubatukan 311,60Ha (23,08%), Lebatukan
155,56Ha (13,50%), dan Omesuri 172,50Ha (11,12%)”
ujarnya.
Dirinya menambahkan
“Selain langkah penanganan bantuan diatas, kami juga sejak awal tahun sudah
menyusun program jangka panjang yang
akan dilakukan Dinas Pertanian Hanpangan yakni pembuatan sumur tanah dangkal
di 21 titik dan program konservasi tanah dan air, yang mana lokusnya diprioritaskan diwilayah tanjung-Kecamatan Ile
Ape disusul di wilayah Kecamatan
lainnya”.
Ditanya kesiapan instansinya
menangani Covid-19, Mathias Beyeng mengatakan ”Terkait penanganan Covid-19, kami melaksanakan fungsi ketahanan pangan dimana
membantu siapkan data ketahanan pangan serta merumuskan kebijakan
terkait ketahanan pangan. Data kondisi ketahanan pangan Kab. Lembata sudah disiapkan” ujarnya.
Sementara itu Philipus
Kwihal, Petugas pengendali OPT yang
hadir dalam kegiatan tersebut kepada wartawan mengatakan “Kerusakan tanaman padi dan jagung akibat OPT menyebabkan populasi mulai menurun ditambah dengan intensitas hujan
tidak menentu
sehingga terjadi kekeringan”.
“Pantauan terakhir yang kami lakukan tanggal 17 Maret dari kebun
ke kebun disimpulkan tingkat kerusakan sudah 50%, kemudian kita berharap hujan segera turun sehingga
tanaman masih bisa bertumbuh, namun hujan tidak turun.
10 hari kemudian kembali dilakukan
pemantauan, dengan kesimpulan yang diambil bahwa telah terjadi kerusakan tanaman diatas 75%” ujarnya. (Kris
Kris)
KOMENTAR