WartaNTT.com, LEMBATA –
Pasca kabar gembira dari Bupati Lembata, Jumat (15/05/2020) terkait 10 sampel Swab dari Kab. Lembata hasil
pemeriksaan laboratorium biomolekuler RSUD WZ Johannes-Kupang dinyatakan negatif
Covid-19, kasus reaktif Rapid Test terbaru muncul dari 1 orang warga Lembata
yang ketahuan bepergian ke Kabupaten Alor secara tidak resmi dan tiba kembali
ke Lembata, Rabu malam (13/05).
Masalah
bertambah saat 13 sampel Swab yang hendak dikirim ke Kupang untuk jalani pemeriksaan
Swab ke-2 yang diangkut kapal milik Pemkab Lembata, ditolak berlabuh di
Pelabuhan Larantuka oleh Pemkab Flores Timur, siang hari tadi (15/05).
Hal
tersebut disampaikan Bupati Lembata, Eliaser Yentji Sunur, ST.,MT dalam
konferensi pers, Jumat (15/05/2020) usai gelar pertemuan tertutup.
“Saat ini ada penambahan lagi 1 orang reaktif Rapid Test, inisial P9
yang datang dari wilayah Pantar, Kabupaten
Alor dan tiba dipesisir pantai di Wairiang
secara tidak resmi kemarin malam. Orangnya sekarang ada di
lokasi karantina dan akan dijemput untuk diisolasi di RSUD Lewoleba dan selanjutnya diambil sampel
Swab untuk dikirim ke Kupang”.
“Hasil Swab bagi 10 orang yang dikirim ke
Kupang dinyatakan negatif, sehingga kita
putuskan untuk kirim lagi ke Kupang sampel Swabnya yang ke-2 ditambahkan dengan 3 sampel Swab yang sebelumnya dikirim ke
Jakarta namun hingga kini belum ada hasil”.
“Sambil menunggu hasil Swab ke-2, pemerintah sedang siapkan
langkah untuk pulangkan
10 orang tersebut kerumah masing-masing dengan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi” ujarnya.
Dirinya menambahkan “Siang hari tadi sudah dikirim sampel Swab
ke-2 bagi 13
orang, namun kapal ditolak bersandar
di Pelabuhan Larantuka”.
“Seharusnya Pemkab Flotim tidak menahan apapun terkait
pencegahan dan penanganan Covid-19 termasuk APD dan hasil Swab”.
“Saya minta agar Gubernur NTT turun tangan
atasi kasus ini, karena sampel Swab dari Lembata harus dibawa
ke Maumere, otomatis harus lewat
jalan darat dari Larantuka.Tapi tidak
diterima lewat Larantuka, sehingga ini menyulitkan
kita”.
“Gubernur sendiri sudah charter pesawat untuk angkut semua sampel Swab segera tiba di Kupang, kenapa
Sampel Swab dari Lembata dihambat”
ujarnya.
Sementara itu Kades Hadakewa, Klemens Kwaman yang
dikonfirmasi WartaNTT terkait informasi bahwa P9 berasal dari wilayahnya, membenarkan hal tersebut.
“Informasi yang kami peroleh sejak 3 minggu yang lalu orang
tuanya yang berada di Alor sedang sakit dan meninggal dunia. Orang ini benar
warga Desa Hadakewa”.
“Saya belum tahu pasti bagaimana sehingga dirinya bisa
keluar dari wilayah Lembata dan kemudian bisa kembali lagi ke Lembata secara
tidak resmi”.
“Warga ini sampaikan kalau dia berangkat dari Wairiang
dengan kapal pengangkut agar-agar, kemudian kapal tersebut diarahkan untuk
melewati Pelabuhan Balauring dan jalani prosedur penyemprotan disinfektan”.
“Sejak semalam (14/05)
warga ini sudah di jemput dan dibawa untuk dikarantina terpusat di Lewoleba. Info
yang kami peroleh, selama di Alor dirinya berdomisili di Kecamatan Pantar
Tengah” ujarnya menambahkan. (Kris Kris)
KOMENTAR