WartaNTT.com, LEMBATA –
Satgas tanggap darurat bencana erupsi gunung Ile Lewotolok-Lembata kembali
perpanjang masa tanggap darurat bagi pengungsi asal Desa Jontona, Kec. Ile Ape
Timur.
Hal
tersebut disampaikan Kalak BPBD Lembata, Thomas Tip Des Lelangrian, yang juga
merupakan komandan satgas tangap darurat. Kepada WartaNTT, Senin (25/01/2021)
Thomas sampaikan Bupati Lembata sudah tandatangani perpanjangan masa tanggap
darurat sampai dengan 6 Februari.
“Terhadap pengungsi erupsi gunung Ile Lewotolok asal Desa
Jontona, Pemerintah daerah masih perpanjang lagi masa tanggap daruratnya 14
hari kedepan. Pak Bupati sudah keluarkan keputusan nomor 70/2021 tentang
penetapan perpanjangan kelima status tanggap darurat. Sudah diterbitkan Jumat kemarin
(22/01) terhitung mulai tanggal 24 Januari masa perpanjangannya”.
Menurut Thomas Tip Des, perpanjangan yang dilakukan merupakan tindaklanjut hasil koordinasinya dengan tim PVMBG bandung saat kunjungan mereka ke PPGA Ile Lewotolok beberapa hari sebelumnya.
“Saya selaku dansatgas tanggap darurat beberapa hari
sebelumnya telah berkoordinasi dengan teman-teman di PPGA yang kebetulan
dihadiri juga teman-teman dari PVMBG bandung sehingga saya konfirmasi progres
Ile Lewotolok”.
“Teman-teman disana menjawab bahwa status masih
tetap di level III, radiusnya masih konstan, tidak bergeser baik radius 3 Km maupun
radius 4 Km areal sektoral arah tenggara, sehingga perpanjangan masa tanggap
darurat itu masih kita lakukan melalui SK Bupati”.
Dijelaskannya pula selain pengungsi asal Desa
Jontona, saat ini di posko utama menampung 3KK pengungsi asal Desa Lamaau.
“Persoalan signifikan saat ini tidak ada, namun hal
yang kami alami saat ini ada warga yang sudah direevakuasi ke desanya sejak 3
Januari lalu, namun semalam (24/01) masih datang lagi kesini dari desa Lamaau.
Sehingga saat ini ada 3 KK asal Desa Lamaau yang ditampung di posko pengungsian
utama. Yang 2KK itu sudah berada disini sekitar 2 minggu yang lalu dan datang
lagi 1 KK kemarin”.
“Katanya karena mereka tidak tahan dengan suara
gemuruh dan dentuman yang masih terjadi, namun warga Lamaau yang lainnya sudah
bisa beradaptasi di desanya”.
“Teman-teman di PPGA selalu sampaikan bahwa potensi
kegempaan hingga saat ini masih terjadi, sehingga kami berupaya untuk terus menyampaikan
kepada masyarakat agar dapat beradaptasi”.
Dirinya melanjutkan “Saat ini pengungsi terpusat asal Desa Jontona
ditampung di 2 lokasi yakni di posko utama (eks Rujab Bupati) sebanyak 90 orang dan di aula Kantor Kelurahan Lewoleba sebanyak 170 orang. Untuk logistik bahan pangan hingga
saat ini tidak ada masalah, masih cukup”.
“Kegiatan kerohanian di
Posko pengungsian berjalan, edukasi trauma healing juga berjalan dan proses KBM
masih berjalan dengan protokol kesehatan yang ketat dimana ada guru-guru mereka
yang datang kesini”.
“Kemudian terkait proposal yang dibawa langsung pak
Bupati ke BNPB di Jakarta, hingga saat ini kami masih menunggu jawaban”.
“Untuk atasi kebocoran atap rumah warga terdampak erupsi, sudah saya dorong rencana kebutuhan belanjanya ke inspektorat untuk direview anggarannya. Setelah keluar hasilnya baru kami ajukan ke Pak Bupati” terangnya. (Kris Kris)
KOMENTAR