Pasca SEROJA di LEMBATA, 700 Unit RISHA Dibangun Mulai Dari Waisesa

 

WartaNTT.com, LEMBATA – Pemkab Lembata apresiasi sikap para pemilik lahan yang mengiklaskan lahan yang dimilikinya untuk kepentingan umum sebagai lokasi relokasi bagi sesama saudaranya yang ditimpa siklon tropis seroja.

Hal tersebut disampaikan Bupati Lembata, Eliaser Yentji Sunur, kepada awak media dalam seremoni adat persiapan pembangunan rumah instan sederhana sehat (RISHA) di wilayah Waisesa-Desa Waowala, Kecamatan Ile Ape, Kamis siang (22/4) sekitar Pukul 11.00 Wita.

“Untuk keluasan lahan yang dilepas warga sampai dengan hari ini sekitar 40Ha dan hari ini ada penambahan lagi disekitar sini dan sedang diukur”.

“Saya juga berterima kasih kepada masyarakat dimana sejak bapak Pitang dari keluarga Lamataro menjadi pioner menyerahkan lahan secara sukarela bagi warga terdampak, yang kemudian diikuti oleh saudara-saudara kita dari suku yang lain sehingga proses untuk pembangunan 700 unit RISHA tidak ada masalah lagi, malah kita sudah mulai atur zonasi tentang desa dan ini kluster pertama di Waisesa”. 

“Pemkab sudah siapkan lahan untuk bangun, namun masyarakat sendiri mau memberikan lahan sehingga kita bangun di lokasi yang diberikan masyarakat” terangnya.

Bupati Lembata menjelaskan 700 unit RISHA akan dibangun bertahap termasuk fasilitas publik pendukung.

“Disini (Waisesa) sudah ada 4 titik dan ditambah 1 titik lagi yang sedang diukur. Semuanya ada disini. Kita juga sudah bicara untuk relokasi desa”.

“Di tempat ini RISHA akan menjadi contoh, kita akan bangun 4 unit terlebih dahulu. Hari Senin (26/4) materialnya sudah tiba dan kalau fondasinya sudah selesai dikerjakan, saya rasa bangunannya sudah berdiri sekitar 10 hari, tinggal infrastuktur yang lain untuk mendukung” ujarnya pula.

Ditanya soal desa-desa yang akan direlokasi, Yentji Sunur sampaikan “Untuk desa yang akan direlokasi mulai dari desa Waowala sampai desa Aulesa kemudian ditambah desa Lamawolo dan desa Jontona”. 

“Ini desa yang direkomendasikan untuk pindah dan ini yang sedang kita persiapkan. Mungkin bangunan disini jadi contoh dulu, nanti desa-desa yang lain melihat kemudian memilih lokasi lahan-lahannya dimana yang disepakati untuk dibangun, baru kita bangun”.

“Inikan bertahap pembangunannya, karena pemerintah tidak akan merekomendasikan warga kembali ke desanya lagi”.

Ditambahkannya, juga fasilitas sosial dan fasilitas umum akan dibangun disini. “Sekolah dan rumah ibadat akan dibangun karena sudah masuk dalam Siteplan namun saat ini masih fokus untuk bangun rumah RISHA. Kemudian untuk wilayah administratif kecamatan akan kita konsultasikan dengan pemprov dan kemendagri nanti” ujarnya menerangkan.

Sebelum dilakukan seremoni persiapan pembangunan RISHA yang dipimpin tetua adat dari suku Lamataro, terlebih dahulu digelar seremoni adat di kampung lama gunung Ile Lewotolok (22/4) pagi harinya.

Seremoni di Waisesa diawali dengan pemasangan batu sebagai penanda titik pusat tempat ritual adat (Namang). Dalam kegiatan tersebut juga disembelih 1 ekor babi dan 1 ekor kambing oleh pelaku seremoni dari suku Lamataro. (Kris Kris)