WartaNTT.com, Sabu Raijua – Pilkada serentak 2024 kini memasuki tahapan kampanye sejak 25 September hingga 23 November mendatang, dimana 3 Pasangan Calon di Kabupaten Sabu Raijua, baik Paket MAHORO-MAUPA, KRISTO dan SOLID sedang intensnya bertemu akar rumput pengguna hak pilih pada 27 November mendatang.
Menyikapi maraknya hoaks dan ujaran kebencian yang terus beredar luas di media sosial melalui beberapa grup Facebook di Sabu Raijua, para tokoh lintas agama di Sabu Raijua baik FKUB, MUI, Paroki St. Paulus-Seba, GBI Bukit Sion-Seba dan Majelis Klasis GMIT Sabu Barat-Raijua, angkat bicara.
Dihubungi
WartaNTT (awal Oktober 2024) perihal tersebut, selain
menyampaikan siap mendukung tugas penyelenggara pemilu dan aparat keamanan, merekapun
berharap hal ini menjadi perhatian dari para kandidat bersama timsesnya
masing-masing untuk lebih menyampaikan gagasan cemerlangnya dalam membangun
Sabu Raijua 5 tahun mendatang, dibanding mengotori hajatan pesta demokrasi.
“Terhadap hal-hal yang dilarang dalam tahapan Pemilu,
sangat diharapkan tidak terus terjadi di Kabupaten Sabu Raijua baik itu hoaks,
money politic, black campaign dan praktek kecurangan lainnya baik yang
disebarluaskan lewat media sosial maupun secara real dilakukan” ujar Ketua FKUB
Sabu Raijua, Pdt. Anton Himu, S.Th (4/10).
FKUB Sabu Raijua juga meyakini pesta demokrasi
Pilkada ini dapat berjalan dengan baik bukan saja atas kerja penyelenggara
Pemilu, namun ada peran serta semua pihak termasuk tokoh agama dan masyarakat.
“Sebagai tokoh agama kami sangat mendukung penyelenggara
pemilu dan penegak hukum untuk Pilkada yang luber jurdil ditegakkan. Tokoh
Agama juga mendoakan serta ikut mengawasi sebagai bagian dari pengawasan
partisipatif” ujar Pdt. Anton.
Ketua MUI Sabu Raijua, H. M. Yasin Alboneh (5/10) dalam menyikapi
maraknya hoaks dan ujaran kebencian di medsos memandang hal ini tidak baik jika
terus berlanjut.
“Harapan kami sebagai tokoh agama, 3 Paslon ini dapat menyampaikan
kepada timses masing-masing sebaiknya menghindari memposting atau mengomentari
hal-hal yang tidak perlu diumbar yang berpotensi menyebabkan keresahan di
masyarakat”.
“Tentu kita semua punya tanggungjawab yang sama menjaga
situasi kondusif dalam tahapan Pilkada termasuk menjaga toleransi antar umat
beragama. Pilihan dikembalikan kepada suara hati masyarakat” ujar Haji Yasin.
Sementara itu, Romo Kanis Aty dari Paroki St. Paulus-Seba (5/10) mengatakan “Terhadap maraknya hoaks dan ujaran kebencian melalui medsos,
sebagai pemilih yang cemerlang seharusnya tidak memberikan respon, baik tanda like
maupun komentar terhadap hal demikian, karena mengacaukan dan mencerai-beraikan
demokrasi.”.
Ditambahkan Romo Kanis, jika sibuk menyebar hoaks maka
cita-cita dan harapan tidak akan terwujud.
“Berbeda pilihan tidak harus dipertentangkan. Kita sudah
korbankan tenaga dan pikiran untuk membangun daerah ini sehingga sebaiknya
terhadap orang yang menyebarkan hoaks agar jangan ditanggapi atau direspon”.
“Persaudaraan dan kerukunan yang sudah terjalin harus
ditempatkan diatas semuanya. Sebagai tokoh agama tentu kami sangat mendukung
penyelenggara Pemilu maupun pihak keamanan” ujarnya.
Gembala GBI Bukit Sion-Seba Kota, Pdt. Thomson Wadu., (7/10) mengatakan sebagai garam dan terang, gereja harus bersuara kepada jemaat atas
fenomena ini.
“Mencermati pelaksanaan Pilkada Sabu Raijua saat ini saya
memandangnya kurang sehat jika semakin maraknya ujaran kebencian dan hoaks. Saling
serang ini justru dilakukan oleh orang-orang yang mengenal Tuhan”.
“Akibat kepentingan sesaat dan euforia berlebihan
terhadap salah satu Paslon, menyebabkan menyerang kandidat lain” katanya.
Sebagai hamba Tuhan dirinya berharap Paslon bisa
mengkoordinir timses dan simpatisan guna hindari hal yang bertentangan dengan
kebenaran serta hal yang memicu perpecahan.
“Junjung tinggi adat budaya orang Sabu Raijua yang ramah. Jangan
hanya karena kepentingan sesaat, persatuan kita pecah” ungkapnya.
Senada dengan Pdt. Thomson, Ketua Majelis Klasis GMIT Sabu Barat-Raijua (7/10), Pdt. Femy S. Neno, S.Th., juga menyampaikan pandangannya.
“Terhadap maraknya hoaks dan
ujaran kebencian di medsos, tentu ini informasi yang sangat sulit dibedakan
benar atau tidak, sehingga mempengaruhi dalam mengambil sikap dan kebijakan”.
“Dari perspektif teologis,
berita hoaks merupakan pekerjaan iblis yang selalu memanipulasi informasi yang
sebenarnya. Diambil sedikit kebenaran lalu ditambahkan dengan bumbu kebohongan”
ujar Pdt. Femy.
Menurutnya, konten-konten bernarasi positif harus gencar
disampaikan di media sosial, karena trend sekarang ini hoaks telah menjadi
semacam industri, dan sebarannya masuk ke berbagai komunitas dengan narasi yang
berbeda.
“Gereja dan orang Kristen di Sabu Raijua
haruslah menjadi pengguna media sosial yang bijak. Segala informasi yang di dapat dan di sebarkan
haruslah dapat dipertanggungjawabkan sesuai kebenarannya”.
Ditambahkannya pula jika GMIT Klasis Sabu Barat-Raijua, siap mendukung penyelenggara pemilu baik KPU serta Bawaslu bersama jajaran, serta mendukung pemerintah dan pihak keamanan baik TNI-Polri mensukseskan tahapan Pilkada 2024 di Sabu Raijua. (DeW)
KOMENTAR