Jakarta - Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sudah meminta maaf kepada Ketua Majelis Ulama (MUI) Ma`ruf Amin ihwal ucapannya dalam sidang kasus penistaan agama di Auditorium Kementerian Pertanian, Ragunan, Jakarta Selatan, Selasa 31 Januari 2017. Permintaan maaf Ahok melalui rilis yang disebar pada Rabu, 1 Februari itu setelah reaksi dari berbagai kalangan bermunculan.
Reaksi itu terutama datag dari warga Nahdlatul Ulama (NU) yang merasa tidak terima atas perlakuan Ahok terhadap Ma'ruf Amin. MUI mengimbau, umat Islam tenang, tidak terprovokasi dan tidak terpancing hasutan.
Ma`ruf Amin, Rais Aam Pengurus Besar NU, pada Selasa itu, menjadi saksi sidang kasus Ahok. Dalam kesaksian Ma`ruf, Ahok merasa dirugikan karena proses perumusan fatwa MUI atas dugaan pencemaran agama Islam oleh dirinya pada 11 Oktober 2016 itu, dibuat tergesa-gesa lantaran adanya permintaan dari SBY (Susilo Bambang Yudhoyono).
Ahok dan kuasa hukumnya, Humphrey Djemat, lantas menanyakan soal pertemuan Ma'ruf dengan pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni di kantor PBNU, pada 7 Oktober 2016. "Banyak pemberitaan yang menampilkan adanya dukungan Ma'ruf kepada pasangan nomor satu itu." kata Humphrey.
Ahok juga tampak emosi saat Ma'ruf sempat tidak mengakui pernah bertemu pasangan Agus-Sylvi pada 7 Oktober 2016 atau tanggal sesudah kejadian dugaan penistaan agama terjadi. Hal itu dinilai Ahok menambah alasan bahwa Ma'ruf tak layak menjadi saksi karena ada kecenderungan mendukung pasangan calon lain.
Dari sinilah kemudian bermunculan kecaman yang diarahkan ke Ahok. Selain datang dari warga nahdliyin, protes juga muncul dari SBY serta anaknya yang mencalonkan Gubernur DKI, Agus Harimurti Yudhoyono. "GP (Gerakan Pemuda) Ansor Jember mengecam keras ucapan Ahok yang melecehkan KH Ma'ruf Amin dengan menyatakan bohong dan mengancam KH Ma'ruf Amin," kata Ketua GP Ansor Jember KH Ayub Junaidi melalui rilisnya.
Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas, meminta Ahok tidak memperkarakan Ma'ruf Amin berkaitan dengan dengan kesaksiannya. "GP Ansor tidak diam dan dengan ini menyatakan siap mendampingi dan membela Kiai Ma'ruf Amin sebagai pimpinan tertinggi kami," ujar Yaqut.
Dari Banten, Kerabat dan Sahabat Kesultanan menuntut Ahok meminta maaf kepada Pusat Ma'ruf Amin. Mereka menilai Ahok tidak pantas melontarkan kata-kata kasar dan bernada melecehkan ulama. “Kami menuntut Ahok untuk meminta maaf. Ma'ruf Amin adalah Guru Besar Babad Kesultanan Banten juga seorang ulama keturunan Sultan Banten," kata Ketua Umum Babad Banten, Tubagus Soleh.
Warga NU di Medan turut mengecam. Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama Provinsi Sumatera Utara menganggap Ahok yang melecehkan Ketua Umum MUI KH Ma'ruf Amin. "Kiai Ma'ruf Amin itu panutan kami. Apa yang dilakukan Ahok dalam persidangan merupakan bentuk pelecehan terhadap kiai. Kami berharap Ahok meminta maaf," kata Sekretaris Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama Sumatera Utara, Fadli Yasyir.
Masih banyak reaksi yang bernada kecaman kepada Ahok. MUI menghimbau umat Islam tidak berlebihan menuntut Ahok yang sudah menyampaikan permintaan maaf. "Umat Islam tetap tenang, tidak terprovokasi dan terpancing oleh hasutan dan ajakan melakukan tindakan yang melanggar hukum," kata Wakil Ketua MUI Zainut Tauhid Saadi lewat keterangan tertulisnya Rabu, 1 Februari 2017.
Zainut Tauhid Saadi berharap umat Islam mengedepankan semangat ukhuwah Islamiyah serta menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Kehadiran Ma'ruf Amin sebagai saksi di persidangan merupakan bukti ketaatan dan penghormatan Ketum MUI terhadap proses hukum di Indonesia." Masalah Ahok murni kasus hukum, bukan kasus menyangkut politik, pertentangan etnis maupun pertentangan golongan dan agama."
Pada Rabu malam, Ma'ruf Amin menerima kedatangan Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal M. Iriawan, Pangdam Jaya Mayor Jenderal Teddy Lhaksmana dan Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan. Pertemuan singkat tersebut, menurut Kapolda Iriawan, untuk silaturrahmi dan mengajak Ketua MUI Ma'ruf Amin untuk menciptakan situasi kondusif.
KOMENTAR