Sumba Timur Termasuk Daerah Endemis Malaria Sangat Tinggi

Wartantt.com Waingapu – Bupati Sumba Timur Drs.Gidion Mbilijora,M.Si ketika membuka pertemuan Advokasi dan Sosialisasi Eliminasi Malaria dan Tuberculosis (TB) pada hari Jumat 27/10/2017 di Waingapu, mengatakan Sumba Timur adalah salah satu Kabupaten di NTT yang endemis malaria.

“Kita termasuk Kabupaten endemis malaria yang sangat tinggi. Ini dapat dilihat dari angka kesakitan malaria (Annual Parasite Incidence/API) dalam lima tahun terakhir menunjukan angka yang masih lebih tinggi dari angka nasional (1/1000 penduduk)”.

Data Dinas Kesehatan Sumba Timur API tahun 2012  27/1000 penduduk, tahun 2013 38/1000 penduduk, tahun 2014 34,9/1000 penduduk, tahun 2015 9,4/1000 penduduk, tahun 2016 16,1/1000 penduduk dan tahun 2017 sampai dengan triwulan kedua sudah pada angka 20/1000 penduduk.

Gidion yang saat itu didampingi Wakil Bupati Sumba Timur, Umbu Lili Pekuwali,ST,MT juga mengatakan kegiatan ini sebagai pelaksanaan dari Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 293/Menkes/SK/IV/2009 tentang Eliminasi Malaria di Indonesia dan Peraturan Gubernur NTT Nomor 11 Tahun 2017 tentang Eliminasi Malaria di Provinsi NTT

“Kabupaten Sumba Timur mendukung kebijakan Menteri Kesehatan dan Gubernur NTT dalam upaya eliminasi malaria di Sumba Timur karena Kabupaten Sumba Timur merupakan bagian dari Provinsi NTT yang endemis malaria".

Sedangkan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Timur dr. Krisnawan Haryantana, pada kesempatan tersebut mengatakan Masalah dalam road map eliminasi malaria di Sumba Timur adalah penemuan kasus malaria secara dini belum maksimal, tuntasnya minum obat oleh pasien belum terpantau, kurang tersedianya logistik (mikroskop, reagen dan obat), peran aktif masyarakat dalam penanggulangan vector, penyehatan lingkungan dan pemukiman dengan pola PHBS rendah, sosialisasi tentang eliminasi malaria kepada lintas sektor dan masyarakat masih rendah, tenaga analisis sangat kurang (tenaga yang sudah terlatih terkena mutasi), masyarakat terlambat datang berobat karena jarak yang jauh, minum obat sampai tuntas masih jadi pertanyaan dan budaya yang memberi peluang digigit nyamuk.

Untuk diketahui Provinsi NTT menduduki peringkat ketiga Provinsi Endemis malaria setelah Provinsi Papua dan Papua Barat. (TA)