Wartantt-Sumba Tengah------Sekolah Dasar Bondo Kandelu, adalah sebuah sekolah Dasar yang terletak di Desa Bondosula, Kecamatan Mamboro-Kabupaten Sumba Tengah. Jaraknya mencapai 26 KM dari Pusat Kota Anakalang, Sumba Tengah dan ditempuh selama 1,5 Jam perjalanan menggunakan kendaraan roda 2.
Kondisinya jangan ditanya sama seperti sekolah lainnya di Pulau Sumba, sederhana dan jauh dari kata wah. Namun disinilah cerita sukses itu diukir oleh Andriyani Bora, seorang guru honorer yang sudah mengabdi lebih kurang 3 tahun terakhir. Dengan segala keterbatasan yang ia miliki juga sekolah, ia kemudian memilih kemiri sebagai solusinya.
Guru Anggi, demikian dirinya disapa memiliki ide yang sangat cemerlang untuk membantu sekolahnya yang memiliki keterbatasan dari aspek sarana pembelajaran. Ide cemerlang itu ia lakukan agar anak-anak didiknya khususnya di Kelas Bawah (kelas 2) bisa seluruhnya belajar disekolah dengan media yang serba kekurangan.
Agar anak-anak bisa belajar menggunakan media, Ibu Anggi melakukan upaya agar anak-anak didiknya bisa belajar secara baik. Usaha itu adalah pengumpulan Buah Kemiri. Upaya itu disambut baik oleh anak-anak dan orang tua.
Dengan melihat hasil perkebunan yang mana banyak pohon kemiri, anak-anak sangat antusias membantu upaya yang dilakukan oleh ibu guru mereka. Hasil dari pengumpulan kemiri mereka timbang dan jual kepada penimbang dan hasilnya dibelikan alat-alat yang digunakan sebagai merdia pembelajaran diantaranya Kertas Karton, Alat Hitung (Krayon), Sapu Lidi, dan lain sebagainya.
Usaha yang dilakukan oleh anak kedua dari dua bersaudara ini, mendapatkan respon yang sangat posisitif dari rekan guru dan Kepala Sekolahnya. Ditemui disela-sela kesibukannya, Kepala Sekolah SD Bondo Kandelu, Mbewa Depawala, menyampaikan apa yang dilakukan oleh salah satu gurunya ini sudah sangat membantu sekolah Dasar Bondo Kandelu dalam mencerdaskan anak-anak di sekolah tersebut.
"sangat membantu kami. Sekolah kami masih banyak kekurangan baik itu dari sarana dan prasarana maupun tenaga pendidik sehingga apa yang dibuat oleh ibu Anggi adalah bagian dari sebuah inovasi yang perlu dicontoh oleh semua guru yang ada,"katanya.
Respon positif ini kemudian membuat semangat untuk membawa anak-anak kelas rendah belajar lebih giat lagi sehingga tidak kalah saing dengan anak-anak di perkotaan.
Menurut ibu Anggi dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang Guru dalam mendidik anak-anak kelas rendah dibutuhkan kesabaran dan perhatian yang serius.
"Karakter anak-anak berbeda-beda, jadi disini kita butuh kesabaran, ketabahan dan perhatian penuh", kata ibu Guru yang lulus SMA Tahun 2013 ini.
Dara kelahiran 21 Mei 1993 dari pasangan Bapak Soleman Sesa Bora dan Ibu Sriyanti Reda Kaka, tidak berputus asa dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai pendidik. Berbekal ilmu yang ia dapat selama dibangku Pendidikan, ia lakukan dengan penuh tanggungjawab.
Ada hal menarik yang sempat disinggung oleh dara kelahiran 21 Mei 1993 ini yakni Kehadiran INOVASI. Hadirnya INOVASI disekolahnya sebutnya sangat membantu baik itu dari sarana dan prasarana juga metode Pembelajaran.
"Metode pembelajaran yang diajarkan oleh INOVASI kepada kami sebagai Tenaga Pendidik, langsung kami terapkan. Anak-anak didik kami lebih mudah memahami dan mengerti. Kami berharap agar INOVASI jangan dulu tinggalkan kami karena kami harus lebih banyak belajar lagi. Pendampingan dari INOVASI masih kami butuhkan,"tegasnya.
Diakhir perbincangan kami, Ibu Anggi berharap agar Pemerintah Daerah bisa lebih memperhatikan Nasib Tenaga Honorer yang walaupun dengan gaji Rp. 500. 000/bulan (DANA BOS) tapi memiliki semangat yang tinggi dalam membangun karakter manusia melalui Pendidikan. Beliau juga berharap agar bisa diterima sebagai Guru Kontrak Daerah agar bisa melanjutkan pendidikan ke Jenjang yang lebih tinggi (Sarjana) melalui Universitas Terbuka. (@oktobere)
Kondisinya jangan ditanya sama seperti sekolah lainnya di Pulau Sumba, sederhana dan jauh dari kata wah. Namun disinilah cerita sukses itu diukir oleh Andriyani Bora, seorang guru honorer yang sudah mengabdi lebih kurang 3 tahun terakhir. Dengan segala keterbatasan yang ia miliki juga sekolah, ia kemudian memilih kemiri sebagai solusinya.
Guru Anggi, demikian dirinya disapa memiliki ide yang sangat cemerlang untuk membantu sekolahnya yang memiliki keterbatasan dari aspek sarana pembelajaran. Ide cemerlang itu ia lakukan agar anak-anak didiknya khususnya di Kelas Bawah (kelas 2) bisa seluruhnya belajar disekolah dengan media yang serba kekurangan.
Agar anak-anak bisa belajar menggunakan media, Ibu Anggi melakukan upaya agar anak-anak didiknya bisa belajar secara baik. Usaha itu adalah pengumpulan Buah Kemiri. Upaya itu disambut baik oleh anak-anak dan orang tua.
Dengan melihat hasil perkebunan yang mana banyak pohon kemiri, anak-anak sangat antusias membantu upaya yang dilakukan oleh ibu guru mereka. Hasil dari pengumpulan kemiri mereka timbang dan jual kepada penimbang dan hasilnya dibelikan alat-alat yang digunakan sebagai merdia pembelajaran diantaranya Kertas Karton, Alat Hitung (Krayon), Sapu Lidi, dan lain sebagainya.
Usaha yang dilakukan oleh anak kedua dari dua bersaudara ini, mendapatkan respon yang sangat posisitif dari rekan guru dan Kepala Sekolahnya. Ditemui disela-sela kesibukannya, Kepala Sekolah SD Bondo Kandelu, Mbewa Depawala, menyampaikan apa yang dilakukan oleh salah satu gurunya ini sudah sangat membantu sekolah Dasar Bondo Kandelu dalam mencerdaskan anak-anak di sekolah tersebut.
"sangat membantu kami. Sekolah kami masih banyak kekurangan baik itu dari sarana dan prasarana maupun tenaga pendidik sehingga apa yang dibuat oleh ibu Anggi adalah bagian dari sebuah inovasi yang perlu dicontoh oleh semua guru yang ada,"katanya.
Respon positif ini kemudian membuat semangat untuk membawa anak-anak kelas rendah belajar lebih giat lagi sehingga tidak kalah saing dengan anak-anak di perkotaan.
Menurut ibu Anggi dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang Guru dalam mendidik anak-anak kelas rendah dibutuhkan kesabaran dan perhatian yang serius.
"Karakter anak-anak berbeda-beda, jadi disini kita butuh kesabaran, ketabahan dan perhatian penuh", kata ibu Guru yang lulus SMA Tahun 2013 ini.
Dara kelahiran 21 Mei 1993 dari pasangan Bapak Soleman Sesa Bora dan Ibu Sriyanti Reda Kaka, tidak berputus asa dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai pendidik. Berbekal ilmu yang ia dapat selama dibangku Pendidikan, ia lakukan dengan penuh tanggungjawab.
Ada hal menarik yang sempat disinggung oleh dara kelahiran 21 Mei 1993 ini yakni Kehadiran INOVASI. Hadirnya INOVASI disekolahnya sebutnya sangat membantu baik itu dari sarana dan prasarana juga metode Pembelajaran.
"Metode pembelajaran yang diajarkan oleh INOVASI kepada kami sebagai Tenaga Pendidik, langsung kami terapkan. Anak-anak didik kami lebih mudah memahami dan mengerti. Kami berharap agar INOVASI jangan dulu tinggalkan kami karena kami harus lebih banyak belajar lagi. Pendampingan dari INOVASI masih kami butuhkan,"tegasnya.
Diakhir perbincangan kami, Ibu Anggi berharap agar Pemerintah Daerah bisa lebih memperhatikan Nasib Tenaga Honorer yang walaupun dengan gaji Rp. 500. 000/bulan (DANA BOS) tapi memiliki semangat yang tinggi dalam membangun karakter manusia melalui Pendidikan. Beliau juga berharap agar bisa diterima sebagai Guru Kontrak Daerah agar bisa melanjutkan pendidikan ke Jenjang yang lebih tinggi (Sarjana) melalui Universitas Terbuka. (@oktobere)
KOMENTAR