WartaNTT.com, LEMBATA –
Satgas tanggap darurat erupsi gunung Ile Lewotolok Lembata, hari ini, Minggu
(03/01) lakukan reevakuasi ribuan pengungsi erupsi Ile Lewotolok asal 15 Desa di
2 Kecamatan, dari 20 posko pengungsian kembali ke kampung halaman masing-masing.
Pantauan
WartaNTT, proses reevakuasi yang dilakukan berjalan kondusif sejak pagi hingga
sore hari dengan melibatkan 29 unit armada angkutan diluar kendaraan OPD yang
ada. Terdapat juga pengungsi yang kembali ke kampung halamannya menggunakan motor
maupun pickup milik keluarga.
Kalak BPBD Lembata, Thomas Tip Des
Lelangrian selaku komandan Satgas
tanggap darurat erupsi Ile Lewotolok, yang ditemui sejumlah awak media di ruang
kerjanya, Minggu sore (03/01) menjelaskan proses reevakuasi yang dilakukan
sudah sesuai regulasi dan dilakukan secara total oleh seluruh personil satgas
yang ada.
Dijelaskannya juga proses reevakuasi hari ini berjalan
lancar dan akan dilanjutkan esok hari.
“Kami tentunya berterima kasih kepada teman-teman
media yang selama ini sudah menyampaikan beragam informasi dalam penanganan pengungsi
erupsi Ile Lewotolok yang dilakukan satgas tanggap darurat”.
“Schedule kita hari ini pulangkan pengungsi yang didampingi
rekan-rekan TNI-Polri bersama relawan, dimana laporan dilapangan melalui bidang
operasi bahwa pengungsi di posko
pengungsian sudah selesai direevakuasi dan tersisa 1 posko pengungsian di Desa
Tapolangu, Kec. Lebatukan”.
“Berdasarkan laporan update teman-teman dari bidang
operasi bahwa sebagian sudah kembali menggunakan perahu dari Desa Tapolangu menuju
Desa Lamawolo dan Desa Lamatokan. Namun besok (04/01) kita akan gerakkan armada
angkutan kesana untuk tuntaskan reevakuasi”.
Dilanjutkannya “Kemudian pemulangan bagi pengungsi
mandiri, berdasarkan laporan dari Desa masing-masing bahwa sebagian telah melakukan
reevakuasi mandiri, namun kita tetap minta data dari pihak Desa sehingga jika masih
ada yang belum pulang maka besok (04/01) kita lakukan reevakuasi”.
“Tadi kita dapatkan laporan juga dari bidang operasi
bahwa kendala yang dihadapi dilapangan bagi pengungsi soal air bersih, sehingga
tadi kami sudah berkoordinasi dengan PDAM menggerakkan 2 unit mobil tangki
dibantu armada BPBD untuk droping air bersih mulai sore tadi sampai dengan
besok. Skenario distribusi air bersih yang kita siapkan minimal 1 titik di
setiap Desa. Sambil berjalan kita evaluasi bersama Camat dan para Kades, jika
menyulitkan maka akan kita tempuh skenario lain”.
Ditanya soal penanganan bagi pengungsi asal Desa Jontona,
Thomas Tip Des menyampaikan bagi pengungsi asal Desa Jontona yang saat ini
berada di 3 lokasi posko pengungsian direncanakan untuk digabung di posko utama
pengungsian.
“Masa perpanjangan tanggap darurat bagi warga Desa
Jontona sampai dengan 9 Januari. Kita terus berkoordinasi dengan pihak pos
pengamatan gunung Ile Lewotolok. Berdasarkan rekomendasi mereka menjadi dasar
pemerintah mengambil keputusan lanjut” ujarnya.
“Saat ini untuk pengungsi asal Desa Jontona sebagian
berada di posko pengungsian dan sebagian mengungsi secara mandiri. Yang di
posko pengungsian ada 3 lokasi yaitu di posko pengungsian utama, SDI 1 Lewoleba
dan aula kantor Kelurahan Lewoleba Tengah. Satgas rencanakan untuk memusatkan
mereka di 1 titik saja”.
Menjawab WartaNTT terkait ramainya diskusi di media
sosial Facebook berkenaan dengan pemulangan pengungsi, Kalak BPBD menegaskan
bahwa proses pemulangan pengungsi sudah berjalan sesuai ketentuan.
“Kita harus samakan persepsi dan informasi itu harus
sampai kepada masyarakat, bahwa saat ini masih dalam status Level III (Siaga)
dimana tidak harus mengungsi, namun karena terjadi erupsi dan kepanikan warga
sehingga menjadi dasar pertimbangan melakukan evakuasi saat 29 November yang
lalu”.
“Semua kita tentu punya atensi, punya perhatian
besar untuk menyelamatkan warga sehingga kita evakuasi seluruh warga 2
Kecamatan dan sambil berjalan sebagian yang berada diluar zona rawan sudah kita
kembalikan diawal Desember kemarin (warga 10 Desa asal Kec. Ile Ape)”.
“Sudah sesuai regulasi dan kita total bekerja”.
“Pemikiran publik yang beredar di media sosial bahwa pemerintah memaksakan untuk pulangkan warga, saya rasa tidak seperti itu. Karena kita berkoordinasi dengan semua stakeholder berkali-kali termasuk dengan pihak PVMBG melalui pos pengamatan” tegasnya.
Diminta pesannya kepada para pengungsi, Thomas mengatakan “ Karena saat ini masih status Siaga (Level III) sehingga kami minta kita selalu siaga, dimana dokumen penting seperti ijazah dan lainnya perlu disiapkan dengan baik sehingga jika terjadi peningkatan status maka dokumen tersebut berhasil diamankan”.
“Siaga berarti harus siaga, karena belum sampai level Awas. Kalau level Awas maka wajib kosongkan area itu hingga status diturunkan, dan itu menjadi kewenangan Pemerintah yang punya masyarakat untuk memutuskan langkah yang diambil bagi keselamatan warga” ujarnya mantap. (Kris Kris)
KOMENTAR