WartaNTT.com, Ende
– Bupati
Ende H Djafar H Achmad memberikan apresiasi yang
tinggi kepada lembaga konsultan politik Politician Academy yang telah menyelenggarakan diskusi publik bertajuk “Trend dan Tantangan Pemilu Serentak 2024” di Ende.
Hal itu disampaikan oleh Bupati Ende saat diwawancarai usai
mengikuti kegiatan dimaksud di Aula Hotel Grand Wisata Ende, pada Sabtu
(27/11/2022).
Dikatakannya sebagai Bupati Ende dirinya memberikan apresiasi
yang tinggi kepada Politician Academy
yang telah berinisiatif menyelenggarakan suatu kegiatan penting seperti diskusi publik ini.
Menurutnya kegiatan ini sangat penting dilakukan karena sebagai
politisi yang akan bertarung,
setiap orang harus memiliki strategi dan mempersiapkan diri dengan baik, maka
dari itu dirinya turut hadir karena menurutnya pengetahuan tersebut merupakan
modal dasar bagi perjalanan politik ke depan.
"Harus ada strategi ya, persiapkan diri dengan baik
dan berjuang, jadi ini adalah modal dasar, maka saya mau datang ke sini, kita
tidak keluar biaya, peserta tidak bayar ya, dan ini gratis untuk teman-teman
jadi kehadiran saya di sini
karena saya merasa ini luar biasa dan saya bangga dengan kegiatan ini," ucap Djafar.
Bupati Djafar menyampaikan bahwa walaupun seorang politisi memiliki strategi
sendiri dalam bertarung, tatapi jika ada yang ingin membagikan ilmu, maka
seorang politisi harus menimba ilmu tersebut sebagai modal perjalanan politik
ke depan. Dirinya yakin jika para politisi
mengikuti kegiatan ini dengan baik maka suasana perpolitikan Ende ke depan akan
jauh lebih baik.
"Ini sangat luar biasa kalau teman-teman ikuti jadi ke depan Ende ini akan luar biasa dalam
politik, kita mesti baik di ilmu pengetahuan, tidak nabrak sana nabrak
sini, keinginan kita seperti itu,"
tuturnya.
Ketika ditanyakan terkait persoalan hoaks yang sering terjadi dalam perhelatan
politik di Kabupaten Ende baik saat Pilkada maupun Pileg, Djafar menyampaikan
bahwa dirinya menginginkan kesadaran bersama dari semua pihak untuk tidak
berbohong kepada rakyat dan tidak mencari keuntungan dengan berbohong dan tidak
menggunakan politik identitas.
"Terkait hoaks kita
hanya ingin minta kesadaran bersama, hoaks ini kan memang ada pemantauan dari
Kominfo. Kalau
Ende bisa mantau itu tidak akan kacau daerah ini, kita ingin sekali itu,
jangan berbohong kepada rakyat, jangan mencari keuntungan dengan berbohong,
cara dengan menggunakan politik identitas itu kita harus hindari," pinta Djafar.
Dirinya berharap agar menjelang Pilkada, Pemda Ende sudah
memiliki sarana untuk mendeteksi orang-orang yang menyebarkan hoaks. Karena baginya para penyebar hoaks adalah orang-orang yang tidak bermoral
yang ingin suasana Kabupaten Ende menjadi kacau, dan mencari keuntungan
sendiri.
Sementara itu panitia lokal Rosario Ndai mengatakan,
diskusi publik itu dilakukan untuk memberikan edukasi dan penguatan kapasitas
bagi pengurus dan kader partai politik
dalam keterlibatannya di pentas Pemilu
dan Pilkada
2024.
Mantan Komisioner
KPUD Ende tersebut
menyampaikan, kegiatan itu menampilkan dua pembica yakni, Direktur Politician Academy Doktor
Banggas Adi Chandra dan Rohaniwan Katolik Pater Avent Saur, SVD.
Dalam pemaparan materi, Direktur Politician Academi Banggas Adi Chandra mengurai lima hal yang membuat calon petahana atau incumbent acap kali kalah dalam Pilkada. Lima hal tersebut yakni yang pertama lupa akan janji kampanye; yang kedua tidak menghasilkan kebijakan
yang fenomenal, substansial dan tidak memiliki personal branding.
Kemudian yang ketiga,
tidak memiliki platform
komunikasi yang baik dengan semua segmen pemilih dan terkenal elitis; keempat, adanya calon lain yang memiliki kharisma dan sosial invest yang
tinggi; kelima, tingkat kecerdasan masyarakat dalam
berpolitik yang tinggi.
Kelima hal tersebut ungkap Adi Chandra merupakan cambuk
bagi para petahana dalam perhelatan Pilkada
maupun Pileg
di tahun 2024 mendatang. Untuk
itu menjadi keharusan bagi para petahana untuk memberikan pelayanan maksimal
kepada masyarakat terutama pemenuhan kebutuhan masyarakat yang substansial.
Selain itu, tantangan
Pilkada dan Pileg ungkap Adi Chandra ialah hoaks, black
campaign, praktik money politic dan pandemi Covid-19 yang masih melanda negeri.
"Data kita dari 23 penyelenggaraan Pilkada di NTT sejak 2018, 2019 dan 2020, hanya lima yang diikuti
petahana itu menang,
sisanya kalah. Ini mesti menjadi refleksi bersama," ujar Adi
Chandra.
Sementara itu, Pater Aven Saur SVD dalam materinya berjudul “Prevalensi Gangguan Moral dalam Pemilu” mengurai moralitas sebagai orientasi para calon
pemimpin dalam berpolitik.
Dijelaskannya, Pemilu hendaknya menjadi hak konstitusi
warga negara sebagai Hak Asasi Manusia (HAM)
dan juga merupakan wujud kedaulatan rakyat.
Menurutnya, Pemilu bukan
saja sekedar momentum yang menyokong legitimasi kekuasaan atau rutinitas
prosedural dalam berdemokrasi.
Pantauan media
ini, kegiatan
diskusi publik tersebut dihadiri para pimpinan partai di Kabupaten Ende, anggota Bawaslu Kabupaten Ende, Komisioner KPU Kabupaten Ende serta pimpinan
OKP Cipayung. (FR)
KOMENTAR