Wartantt.com, SBD - Perpustakaan merupakan produk ilmu
pengetahuan. Tingkat kemajuan suatu bangsa dilihat dari tingkat kemajuan
perpustakaannya. Semakin maju suatu bangsa semakin modern perpustakaannya.
Perpustakaan juga menjadi salah satu alat ukur tingkat peradaban suatu bangsa. Tingkat
perkembangan peradaban satu bangsa selalu dapat dilihat pada maju mundurnya perpustakannya. Demikian
dikatakan oleh Kepala Perpustakaan Nasonal Drs. Muhamad Syarif Bando dalam
kegiatan pembukaan Rapat Koordinasi Perpustakaan Tingkat Propinsi NTT di
Tambolaka (05/04) kemarin.
Menurut Syarif, Paradigma perpustakaan dulu dan
sekarang sudah berbeda. “Saat ini perpustakaan tidak lagi berorientasi untuk
didatangi masyarakat melainkan mendatangi masyarakat. Indikator tingkat
pelayana perpustakaan yang paling relevan untuk diterapkan saat ini adalah
seberapa besar perpustakaan memenuhi kebutuhan informasi masyarakat dan bisa
merubah masyarakat dari yang kekurangan informasi menjadi memiliki informasi.
Dan itulah esensi perpustakaan yaitu menjadi tonggak dalam memberantas
kebodohan dan kemiskinan.”
Kebodohan dan kemiskinan, lanjut Syarif merupakan dua
hal yang tidak bisa dipisahakan. Semakin tinggi tingkat kebodohan seseorang dia
tidak akan bisa memanfaatkan sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Sebaliknya semakin rendah tingkat kebodohan seseorang atau dengan
kata lain semakin tinggi pengetahuan manusia, oranga akan dengan mudah membaca
peluang dan menggunakan sumber daya yang ada padanya walaupun terbatas untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dan juga orang lain. Oleh karena itu
memasyarakatkan gerakan membaca terutama membaca buku ilmu ilmu terapan sangat
bermanfaat untuk memberantas kemiskinan di muka bumi ini.
Rapat koordinsi yang dihadiri oleh kepala Dinas
perpustkaan seluruh Kabupaten/Kota di Propinsi NTT ini mengambil tema
meningkatkan budaya gemar membaca dan kualitas layanan perpustakaan guna
meningkatkan kecerdasan masyarakat NTT. Tema ini menunjukkan korelasi yang
sangat erat antara budaya gemar membaca dan kualitas layanan perpustakaan.
Menurut Wakil Bupati Sumba Barat Daya Ndara Tanggu Kaha masyarakat Indonesia,
khususnya NTT dan lebih khusus lagi masyarakat Sumba Barat Daya terutama
anak-anak sebenarnya memiliki kemauan membaca yang cukup tinggi. Namun demikian
keinginan ini dihadapkan pada fasilitas yang tidak memadai bahkan tidak ada
sama sekali.
“Anak anak kita sebenarnya senang membaca. Tetapi tidak ada bahan bacaan yang bisa dibaca”.
Peranan lembaga prpustakaan menjadi begitu penting
dalam menjamin bahwa minat baca anak-anak dan masyarakat umumnya dapat
tersalurkan secara memadai. Penyaluran kemauan dan minat baca ini berkorelasi
secara sangat erat dengan dengan peningkatan
sumber daya manusia dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu menyadari
akan hal ini maka secara kelembagaan, status Perpustakaan saat ini telah naik dari kantor
dan badan menjadi Dinas.
Namun demikian naiknya status kelembagaan perpustakaan
tidak serta merta menyelesaikan persoalan
minat baca, penyaluran minat baca dan kualitas layanan perpustakaan yang
memadai. Ada satu masalah lain yang sampai saat ini menjadi kekurangan di NTT
adalah tenaga fungsional pengelola perpustakaan atau pustakawan. NTT belum memiliki cukup tenaga
pustakawan yang benar benar profesional di bidangnya. Demikian dikatakan Kepala
Dinas Perpustakaan Propinsi NTT Ir.
Frederik Tielman, Msi. Tenaga pustakawan yang handal sangat menentukan kualitas
layanan perpustakaan. Oleh karena itu Dinas Perpustakaan NTT akan bekerjasama
dengan pihak Perpustakaan Nasional untuk menyelenggarakan diklat tenaga
pustakawan. Selain itu Dinas Perpustakaan NTT lanjutnya akan memotivasi para
pejabat dan pegawai negeri daerah yang ada untuk beralih menjadi tenaga
fungsional perpustakaan. (EDY)
KOMENTAR