WartaNTT.com, LEMBATA – HIV-AIDS, seks bebas, dan penyalahgunaan narkoba
menjadi tiga masalah sosial terbesar di Lembata yang terus merambah kalangan pelajar
generasi kebanggaan masa depan. Kepedulian pemerintah bersama seluruh
stakeholder akan masa depan generasi Lembata dipertanyakan.
Tidak ingin melihat generasi muda Lembata hancur
berantakan dijajah HIV-AIDS, seks bebas dan penyalahgunaan narkoba, Wakil Bupati
Lembata, Dr. Thomas Ola Langoday, SE.,M.Si tinggalkan ruang kerjanya di Kantor
Bupati Lembata untuk turun langsung ke sekolah-sekolah, bertatap muka dengan tenaga
pengajar dan menyampaikan persoalan besar yang siap menerkam dan merusak moral pelajar
di Lembata.
Wakil Bupati Lembata kepada wartawan di Lembata, Rabu
(18/03/2020) menyampaikan kegiatannya saat ini, 100 hari kunjungi sekolah diwilayah
9 Kecamatan yang ada sambil mengamati proses belajar mengajar.
“Saya sedang laksanakan kegiatan 100 hari kunjungi
sekolah-sekolah, minimal 3 sekolah perhari untuk sampaikan persoalan sosial yang
sedang menimpa pelajar, sambil saya juga mendengar hal-hal yang menjadi
persoalan di sekolah-sekolah yang ada”.
“Rata-rata sekolah di wilayah kecamatan luar kota belum tahu akan banyaknya persoalan sosial yang sedang melanda pelajar di dalam Kota Lewoleba, para guru di wilayah Kecamatan masih
fokus selesaikan tugas pokok mengajar”.
“Namun bagaimana membentuk karakter yang
lebih baik, belum menjadi perhatian,
dan sudah saya sampaikan agar hal ini harus
perlahan-lahan diubah, karena
karakterlah yang menentukan masa depan
seorang anak”.
“Kegiatan yang saya jalankan saat ini untuk
mewujudkan misi pertama dari visi besar "terwujudnya
Lembata yang produktif dan
berdaya saing untuk kesejahteraan rakyat berkelanjutan”
“Jika generasi Lembata sudah mulai terpapar dengan kasus seperti ini, dan kita tidak mengambil langkah
pencegahan, maka visi besar yang kita harapkan akan gagal total”.
Dirinya melanjutkan “Dalam kunjungan, saya sampaikan
bahwa penyalahgunaan narkoba, seks bebas dan HIV-AIDS sudah mulai masuk area sekolah. Bahkan seorang
anak SMA di Kota Lewoleba
terjangkit HIV/AIDS
stadium 4. Semua yang
mendengar pada kaget bahwa ternyata dunia pendidikan mulai dirong-rong keberadaannya. Banyak guru yang tidak tahu akan info ini”.
“Kemudian saya juga mendengar keluhan di sekolah bahwa
ada anak murid yang hamil, kemudian ada murid yang dikeluarkan dari sekolah,
dan ada sekolah yang menerima murid yang telah dikeluarkan dari sekolah yang
lain, kerisauan para guru akan kos-kosan campur penghuni, dan masih banyak lagi
hal yang disampaikan”.
"Jika
kita semua bersikap acuh dan kita lepas saja, maka 10 sampai 15 tahun kedepan anak-anak kita tidak
ada lagi yang hebat-hebat, semua sudah terpapar hal negatif.
“Jika dunia pendidikan bersikap acuh dengan
semua persoalan yang terjadi,
maka sama dengan kita biarkan generasi Lembata hancur, generasi tanpa harapan. Pola pendekatan yang dilakukan saat ini
melalui para guru
sehingga mereka menjadi penerus informasi kepada siswa dan orang tua atau wali murid agar hal ini menjadi perhatian”.
“Saya mau sampaikan pesan bahwa masa depan
lembata adalah pada diri pelajar.
Jika
kita tidak mau peduli,
maka biarkan saja anak-anak Lembata hancur, namun jika kita peduli maka mari kita dukung
bersama dan fokus
dengan
hal ini”.
“Lembata yang
kaya ini, tentu menarik
perhatian banyak orang, namun jika kita terjerumus dalam persoalan sosial yang
berdampak pada kesehatan, maka kita hanya duduk menjadi penonton saja, karena kita berada di rumah sakit,
sementara orang lain yang menikmati hidup dengan bahagia. Saya
tidak mau hal ini terjadi”.
Menjawab pertanyaan wartawan soal peran Komisi
Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Lembata yang terkesan ompong, Thomas Ola
mengatakan “Jika kita anggap hal-hal ini menjadi persoalan besar,
seharusnya KPAD tidak hanya diberi senjata, namun juga peluru”.
Dirinya menambahkan “Saya sudah menemui BNN Prov. NTT dan mereka sangat responsif terhadap
temuan mulai maraknya Narkoba di Lembata. Saya
berharap dalam masa persidangan DPRD
kedepan,
hal ini mendapat perhatian untuk proses PERDA tentang pencegahan pemberantasan penyalahgunaan peredaran gelap Narkoba (P4GN)”
Ditanya lebih jauh soal peran ASN, dirinya mengatakan “Sebenarnya ASN sudah dibeli putus oleh masyarakat. Perlu ada komitmen, mari kita mengabdi dengan tulus, karena masyarakat
sudah terlebih dahulu memperhatikan
kebutuhan kita selaku ASN. Mindset ini perlu selalu didengungkan. Meskipun saya sadari ada yang tidak
senang jika saya bicarakan hal ini”
ujarnya.
“Saya harap ASN yang saat ini golongan II dan golongan III
kedepan kariernya lebih bagus sehingga bisa lebih peka untuk membangun Lembata”.
“Saya juga minta Wartawan dapat
mengawal hal ini, karena membiarkan pemerintah saja maka jauh dari
harapan. Pemerintah ibarat roda, namun sayap-sayap
penggeraknya juga berasal dari semua stakeholder termasuk wartawan" ujarnya. (Kris Kris)
KOMENTAR