Tambak Garam Ledeana Mangkrak Bertahun-Tahun, RAJA LAUT Menunggu Surat Bupati SABU RAIJUA

 

WartaNTT.com, Sabu Raijua – Ketua Koperasi Produsen (Kopsen) Raja Laut, Pdt. John Ly Dali., angkat bicara perihal belum dieksekusi kerjasama dengan Pemkab Sabu Raijua atas pengelolaan pabrik garam di Tulaika-Kelurahan Mebba dan pengelolaan  garam di wilayah Desa Ledeana, Kecamatan Sabu Barat.

Menurutnya meskipun sudah bertemu secara langsung dengan Bupati Sabu Raijua, namun surat yang dilayangkanpun belum mendapatkan tanggapan resmi pemerintah.

“Hingga saat ini kami masih menunggu jawaban resmi Pemkab” ujar John Ly Dali, menjawab WartaNTT, Kamis (16/3/2023).

Dituturkannya “Sebenarnya yang menjadi kendala itu ketika kita mau beroperasi ada-ada saja tuntutan dari pemerintah”.

“Setelah digelar rapat pengurus pada Oktober 2022 lalu, saya dipilih menjadi Ketua Kopsen Raja Laut, menggantikan ketua sebelumnya. Kemudian bulan Oktober dan Desember 2022 kami menyurati pak Bupati terkait kerjasama dalam pengelolaan pabrik dan penjualan garam curah”.

“Saat kami bertemu pak Bupati beliau sampaikan silahkan (beroperasi) namun ketika kami menghadap Kadis Perindag ada-ada saja alasan yang disampaikan”.

“Bahkan dalam pertemuan di awal Februari 2023 kemarin dengan pak Kadis Perindag, beliau sampaikan harus ada jaminan dari koperasi sehingga tidak terjadi persoalan dikemudian hari”.

“Sampai hari ini belum ada respon balik dari Pemkab terhadap surat kami itu. Tujuan kami sehingga pengolahan garam dapat kembali beroperasi” ujarnya.

Menurutnya operasional koperasi Raja Laut bertujuan mulia membantu Pemkab Sabu Raijua hidupkan kembali potensi unggulan daerah.

“Garam dari Sabu sudah banyak yang di drop ke luar daerah dan jika sampai garamnya habis namun sentra-sentra produksi garam termasuk koperasi ini belum beroperasi maka menjadi percuma”.

“Tambak garam ini memang milik Pemkab, karena tenaganya dikontrak dan dibayar oleh Pemkab. Namun itu dulu” ungkapnya.

Dilanjutkannya lagi “Disini lokasi Ledeana sekitar 2 hektar saja, namun kalau di seluruh Sabu itu ada 121 hektar lahan tambak garam".

"Kami rencanakan untuk mulai aktifkan belasan hektar terlebih dahulu. Untuk pekerja pabrik sekitar 20an orang sedangkan pekerja tambak ada 15 orang”.

“Koperasi ini berusaha bangun kerjasama dengan para penambak garam”.

Pendeta John Ly Dali berharap Pemkab Sabu Raijua segera merealisasikan kerja sama ini.

“Harapan kami bisa bekerjasama dengan baik dalam rangka memajukan daerah ini serta mensejahterakan masyarakat yang ada lewat koperasi”.

“Koperasi ini dibentuk tahun 2014 dan telah beroperasi beberapa waktu, kemudian sempat berhenti karena pengelolaan garam diambil alih pemerintah”.

“Sejak Mei 2022 sampai dengan saat ini pabrik garamnya sudah tidak beroperasi lagi. Sekarang belum ada aktivitas dilokasi tambak garam yang ada” ujarnya. (Edw)