![]() |
Guru Besar Hukum Internasional dari Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana. |
Apalagi keberagaman bangsa Indonesia telah diakui dan diapresiasi oleh bangsa-bangsa di Asia, bahkan dunia. Ajang Asian Games 2018 dinilai menjadi salah satu bukti Indonesia dengan segala keberagamannya mampu menyatukan bangsa-bangsa Asia dalam semangat persaudaraan dan sportivitas.
“Keberagaman Indonesia adalah sesuatu yang luar biasa. Sudah banyak apresiasi yang diberikan kepada Indonesia karena mampu mengelola keberagaman menjadi sebuah kekuatan, bukan menjadi sesuatu yang melemahkan. Unity in diversity atau Bhinneka Tunggal Ika menjadi modal besar bangsa ini untuk mewujudkan Energy of Asia di Asian Games 2018 ini,” kata Guru Besar Hukum Internasional dari Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, di Jakarta, Jumat 31 Agustus 2018.
Dengan semangat solidaritas, kata dia, bangsa Asia bisa bersatu. Dengan begitu Asia pasti mampu bersaing dengan bangsa Eropa dan Amerika. Hal itu terlihat dari gelaran Asian Games 2018 ini.
Melalui semangat kebersamaan, persatuan, dan sportivitas, kata dia, Asian Games 2018 terbukti sejajar dengan gelaran bergengsi lainnya seperti Olimpiade.
“Perlu diingat pada masa lampau itu peradaban di Asia ini dianggap lebih tinggi, bila dibandingkan dengan peradaban orang Eropa maupun Amerika,” ujarnya.
Menurut Hikmahanto, Asian Games bisa pula dijadikan momentum meredakan ketegangan di masyarakat terhadap situasi politik bangsa menjelang Pemilu Legislatif dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2019.
Dia menilai perbedaan adalah fitrah dan tidak mungkin dihindari. Perbedaan juga hal wajar dalam proses berdemokrasi.
“Yang perlu kita pahami adalah jangan kemudian perbedaan itu memecah belah kita. Adanya perbedaan sejatinya untuk memperkuat kita. Artinya kita ingin mendapatkan pemimpin yang baik, pemimpin yang amanah dan lain sebagainya. Pada ssaat pemimpin itu nanti muncul, tentu keberagaman itu harus menjadi satu lagi,” tuturnya.
Dia menghimbau kepada masyarakat apabila ada perbedaan pilihan politik atau apa pun, jangan diterjemahkan dengan kekerasan yang akan berakibat seperti di negara-negara lain, konflik antarmasyarakat, konflik horisontal.
“Kita boleh berbeda, tetapi tidak diterjemahkan dengan kekerasan,” ujarnya.
Dalam pengamatannya, gelaran Asian Games ini seperti kondisi di Amerika Serikat. Di sana ketika ada prajuritnya yang dikirim tugas perang ke luar negeri, maka para politikusnya akan berhenti membicarakan apakah tindakan ini benar atau salah. Mereka semuanya akan mendukung prajurit-prajurit itu ketika mereka berperang.
“Sekarang ini saya melihat para politikus punya kesadaran seperti itu. Ketika Asian Games berlangsung, kita tidak boleh membicarakan bahwa ini untuk kepentingan politik tertentu dan lain sebagainya. Kita semua mendukung para atlet yang bertanding di laga Asian Games atas nama Indonesia dan itu yang memang harus kita lakukan,” tuturnya.
Untuk itu, lanjut dia, Bhinneka Tunggal Ika yang dimiliki Indonesia jangan sekadar slogan. Oleh karena itu, seluruh komponen masyarakat harus tetap menjaga keberadaan bangsa Indonesia ini dalam satu kesatuan.
Menurut Hikmahanto, Asian Games bisa pula dijadikan momentum meredakan ketegangan di masyarakat terhadap situasi politik bangsa menjelang Pemilu Legislatif dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2019.
Dia menilai perbedaan adalah fitrah dan tidak mungkin dihindari. Perbedaan juga hal wajar dalam proses berdemokrasi.
“Yang perlu kita pahami adalah jangan kemudian perbedaan itu memecah belah kita. Adanya perbedaan sejatinya untuk memperkuat kita. Artinya kita ingin mendapatkan pemimpin yang baik, pemimpin yang amanah dan lain sebagainya. Pada ssaat pemimpin itu nanti muncul, tentu keberagaman itu harus menjadi satu lagi,” tuturnya.
Dia menghimbau kepada masyarakat apabila ada perbedaan pilihan politik atau apa pun, jangan diterjemahkan dengan kekerasan yang akan berakibat seperti di negara-negara lain, konflik antarmasyarakat, konflik horisontal.
“Kita boleh berbeda, tetapi tidak diterjemahkan dengan kekerasan,” ujarnya.
Dalam pengamatannya, gelaran Asian Games ini seperti kondisi di Amerika Serikat. Di sana ketika ada prajuritnya yang dikirim tugas perang ke luar negeri, maka para politikusnya akan berhenti membicarakan apakah tindakan ini benar atau salah. Mereka semuanya akan mendukung prajurit-prajurit itu ketika mereka berperang.
“Sekarang ini saya melihat para politikus punya kesadaran seperti itu. Ketika Asian Games berlangsung, kita tidak boleh membicarakan bahwa ini untuk kepentingan politik tertentu dan lain sebagainya. Kita semua mendukung para atlet yang bertanding di laga Asian Games atas nama Indonesia dan itu yang memang harus kita lakukan,” tuturnya.
Untuk itu, lanjut dia, Bhinneka Tunggal Ika yang dimiliki Indonesia jangan sekadar slogan. Oleh karena itu, seluruh komponen masyarakat harus tetap menjaga keberadaan bangsa Indonesia ini dalam satu kesatuan.
“Unity in Divesity, jangan menjadikan keberagaman yang kita miliki ini menjadi pemecah belah antara satu dengan yang lain, tetapi keberagaman yang kita miliki harus menjadi penguat bagi satu dengan yang lain,” tutur Hikmahanto.
KOMENTAR