WartaNTT.com, Ende - Berdasarkan hasil penimbangan bulan Agustus tahun 2022, Pemerintah Daerah Kabupaten Ende telah berhasil menurunkan angka prevalensi stunting menjadi 8,9 % atau berkurang sekitar 3,8%.
Hal ini disampaikan oleh Bupati Ende H. Djafar H. Achmad dalam sambutannya pada kegiatan publikasi data stunting hasil operasi timbang tahun 2022 tingkat Kabupaten Ende, Rabu (26/10/2022) di Aula Syuradikara Mart.
Disampaikannya, upaya dan kerja keras dari Pemerintah Kabupaten Ende dan stakeholder terkait serta dukungan penuh dari masyarakat dalam percepatan pencegahan dan penurunan stunting membuahkan hasil yang cukup baik. Hal tersebut terlihat dari realisasi penurunan prevalensi stunting Kabupaten Ende berdasarkan data penimbangan dan elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat pada bulan Februari 2022 adalah 12,7 % dan berdasarkan data penimbangan bulan Agustus 2022, prevalensi turun lagi menjadi 8,9 % atau berkurang sekitar 3,8%.
Salah satu intervensi penurunan stunting terintegrasi yang dilaksanakan yaitu pengukuran dan publikasi stunting sebagai salah satu upaya untuk memperoleh dan mengetahui secara pasti data prevalensi stunting terkini pada skala layanan Puskesmas, kecamatan dan desa.
Dijelaskannya, sesuai data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Ende terkait hasil pengukuran status gizi balita pada bulan Agustus 2022 lalu dengan menggunakan aplikasi e-PPGBM, total sasaran balita yang ada sebanyak 19.586 anak dan jumlah balita yang diukur sebanyak 19.586 anak atau 100 % diperoleh prevalensi angka stunting pada balita sebesar 8,9 % (terdapat 1749 balita stunting). Prevalensi stunting ini menurun sebesar 14,3 % dari penimbangan tahun 2021 lalu (2.775 balita stunting) atau terjadi penurunan sebesar 5, 4 % prevalensi balita stunting dengan jumlah balita yang diukur sebanyak 19.366 balita (93,5%).
Berdasarkan data tersebut Bupati Ende berkeyakinan, jika semua pihak bekerja keras dan terlibat aktif maka suatu saat Kabupaten Ende akan bebas dari stunting.
"Dari data yang ada, apabila kita meningkatkan kinerja kita maka saya sangat yakin Kabupaten Ende akan bebas stunting," tuturnya.
Bupati Djafar juga menyampaikan, dari 278 desa dan kelurahan di 21 Kecamatan terdapat 35 desa dengan prevalensi stunting pada balita di atas 20 %, tersebar di 13 Puskesmas dan selebihnya di bawah 20 % yang juga berarti tidak memiliki masalah kesehatan sesuai standar WHO.
Dirinya berharap agar hal tersebut harus tetap diwaspadai karena data e-PPGBM bersifat dinamis. Jika dibandingkan dengan target, bahwa pravelensi stunting harus dibawah 10 % maka masih ada 122 desa/Kelurahan yang prevalensi stuntingnya di atas 10 %.
Bupati Ende mengingatkan kepada seluruh pimpinan wilayah baik di tingkat kecamatan, lurah dan desa untuk memperhatikan kesiapan sarana prasarana kesehatan yang baik pada setiap Posyandu.
"Kepada para camat, lurah dan kepala desa saya ingatkan untuk benar-benar memperhatikan kesiapan sarana prasara kesehatan yang baik pada setiap posyandu guna pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita guna mendapatkan gambaran status gizi balita yang akurat," tegasnya.
Djafar juga meminta untuk terus melakukan koordinasi dengan petugas puskesmas atau posyandu kesehatan setempat mengenai kebutuhan peralatan agar pemantauan kesehatan bayi balita lebih terarah sehingga anak-anak Ende ke depannya semakin sehat dan cerdas.
Sementara itu Wakil Bupati Ende Erikos Emanuel Rede yang turut hadir dalam kegiatan tersebut dalam sesi diskusi menyampaikan bahwa selain peran pemerintah, ada pula LSM yang salama ini perhatian dengan persoalan kesehatan anak.
Untuk itu pihaknya diharapkan dapat memberikan perhatian yang serius kepada LSM gar dapat bekerja secara maksimal untuk menurunkan angka stunting di Kabupaten Ende.
Dalam diskusi, para peserta kegiatan juga meminta Bupati dan Wakil Bupati Ende agar mendorong para kepala desa untuk mengalokasikan Dana Desa bagi penanganan stunting di desa masing-masing. (FR)
KOMENTAR