Wartantt.com--SBD; Vetnay Martha Bei bukanlah nama yang asing di telinga masyarakat Sumba Barat Daya. Vetnay yang akrab disapa Vet atau Mama Duta ini cukup familiar di tengah masyarakat, terutama masyarakat peternak. Pasalnya perempuan kelahiran Waikabubak 31 Desember 1969 silam ini merupakan satu satunya peternak dan sekaligus distributor makanan tambahan dan obat obatan untuk ternak yang berlabel Viterna.
Namun siapa menduga bahwa perempuan yang terlihat sangat kuat akrab dengan ternak ini sebelumnya merupkan seorang bankir di Jakarta? Lebih lagi beliau juga sempat menjadi dosen di STIE Gici Jakarta untuk mata kuliah Pengantar manajemen, manajemen SDM, Bank dan lembaga keuangan lain serta mata kuliah kewirausahan.
Luar biasa bukan? Wartantt.com mengajak anda untuk melihat lebih dekat siapa sebenarnya perempuan luar biasa ini?
Lahir sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, Qrupanya telaah membntuk Vetnay atau Mama Duta menjadi seorang perempuan yang kuat dan bertanggungjawab. Pasalnya pada masa itu anak yang lebih tua harus berkorban dalam banyak hal untuk kepentingan adik adiknya.
Setelah tamat dari SDM Waikabubak II tahun 1982 dan SMP Kristen waikabubak tahun 1985 ibu dari Duta Lazarus dan Vetorius Imanuel Christian ini langsung hijra dari Sumba dan mengikuti tantenya yang tinggal di Solo. Oleh karena itu dirinyapun melanjutkan studi di SMAN 2 Solo.
Bukanal Vetnay kalau dia hanya sekedar sekolah dan mengikuti tantenya saja. Kiriman uang sebesar 40 ribu dari orang tua setiap bulannya tidak dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan sekolahnya. Jiwa pekerja keras dan enterpreuner yang tanpa sengaja tertanam dalam dirinya akibat didikan keras dari ayahanda dan ibundany membuat Vetnay remaja mencari pekerjaan serabutan untuk menambah uang saku bahkan untuk membiayai sekolahnya. Mulailah dirinya berdagang batik sambil juga bekerja sebagai mandor sekaligus surveyor dan penerjemah di PT Nada konstruksi yang bergerak di bidang proyek proyek konstruksi.
Setelah menamatkan SMAN 2 Solo tahun 1988, Vetnaypun mengambil kuliah jurusan Moneter Perbankan pada Fakultas Ilmu Ekonomi Universitas Surabaya. Ceritera Vetnay yang berdagang batikpun terus berlanjut.
Jaman dahulu menurut Vetnay sekolah itu susah. Kiriman dari orang tua sebulan sebanyak 40 ribu tidak bisa mencukupi. Belum lagi proses pengiriman yang susah dan lama. oleh karena itu dirinya harus terus bekerja dan bahkan bekerja lebih keras karena harus memenuhi kebutuhannya sendiri juga kakak dan adiknya yang pada saat itu juga kuliah di Surabaya. Untuk itulah Vetnay terus berdagang batik sambil bekerja serabutan mulai dari menjaga rumah orang kaya saat mereka pergi berlibur sampai menjadi guru privat untuk anak anak SD; sambil dirinya juga mengerjakan karya ilmiah para mahasiswa yang tidak mau mengerjakannya dan mencari gampang.
Setelah wisudah Vetnay bekerja sebagai HRD grup Mitra di kota Malang yang memiliki jaringan usaha berupa pertokoan, pabrik garmen dan show room. Setelah itu tahun 1994 Vetnay hijrah ke Jakarta dan bekerja sebagai trainer karyawan di group Matahari. Mulai tahun 1997 Vetnay Martha Bei menjadi HRD di Panin Bank tahun. Pekerjaan ini ditekuninya sampai tahun 2010, sementra itu dirinya juga menjadi Dosen di STIE Gici Jakarta untuk beberapa mata kuliah yakni Pengantar Manajemen, Manajemen SDM, Bank dan Lembaga Keuangan Lain dan Kewirausahan.
Atas bisikan leluhur dan niat yang besar untuk membangun Sumba yang sangat ia cintai, tahun 2010 Mama Duta memutuskan untuk kembali ke tanah Marapu ini. Tiba di Sumba Mama Duta dan keluarganya harus memulai segala sesuatu dari nol kembali. Namun demikian hal itu tidaklah menjadi halangan bagi mama Duta untuk tetap pada komitmen awalnya membantu membangun Sumba.
Jiwa kewirausahan yang kental dalam dirinya membuat Mama Duta secara mudah melihat peluang yang ada di Sumba Barat Daya ini. Mulailah mama Duta menjadi pengusaha keripik pisang.
Berbekal relasi yang dimilikinya selama melanglangbuana di tanah Jawa usaha kripik pisang ini pun memiliki omset yang bagus karena mendapat banyak pesanan dari pulau Jawa. Selain usaha kripik pisang, Mama Duta juga menjual pakaian. Tentang pakaian ini juga dirinya memperoleh kemudahan karena pengalaman ya di Jawa.
Sejak tahun 2013 dirinya mulai berkonsentrasi pada beternak ayam dan babi. Secara autodidak beliau mempelajari pola beternak yang baik dan sehat serta obat obatan yang diperlukam untuk beternak. Dari penelusurannya, dirinya menemuka produk Viterna yang tidak hanya menyediakan makanan tambahan dan obat obatan untuk ternak namun juga untuk manusia. Jadilah dirinya mengambil peran sebagai peternak sekaligus distributor produk Viterna ini.
MAJU CALEG UNTUK KEPENTINGAN PETERNAK DI SBD
Vetnay dalam kesehariannya tidak hanya bekerja untuk dirinya sendiri. Beliau juga mendampingi para peternak lainnya untuk menjadi peternak yang sukses. Dirinya bercita cita agar paling kurang para peternak di SBD dapat membiayai hidup dan keluarganya dari beternak itu sendiri.
Vetnay melihat bahwa sesungguhnya peluang bagi para peternak untuk menjadi mandiri dan sejahtera sangat besar. Hal ini tentu disebabkan oleh tingkat konsumsi daging di Sumba Barat Daya yang cukup tinggi. Sementara itu secara nasional juga Indonesia selalu mengalami defisit daging setiap tahunnya.
Namun demikan kenyataan menunjukan bahwa kehidupan para peternak di Sumba Barat Daya masih jauh dari kata sejahtera. Hal ini disebabkan oleh sumber daya manusia peternak yang masih terbatas sehingga belum mampu melihat ternak sebagai sebuah bisnis. Peternak Sumba Barat Daya masih memelihara ternak secara tradisional dan hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
Dirinyapun mendampingi keluarga peternak, terutama yang menjadi pelanggan Viterna. Dalam urusan pendampingan dan pemberdayaan para peternak ini Mama Duta tidak mendapat sokongan dari pihak manapun, termasuk dari pemerintah. Dia bergerak atas biaya sendiri. Tidak heran kalau jangkauan dampingannya masih terbatas.
Setelah belasan tahun berkonsentrasi dalam urusan peternakan dan pemberdayaan para peternak secara mandiri Vetnay menyadari bahwa perlu kekuatan lain yang lebih besar untuk membantu lebih banyak peternak menjadi mandiri. Oleh karena itu dirinyapun memutuskan untuk mencoba menjadi bagian dari sistem pengambil kebijakan daerah demi kepentingan para peternak di Sumba Barat Daya.
Menjadi caleg dan kemudian menjadi anggota DPRD SBD semata mata dilakukannya untuk mencapai cita citanya yakni bergerak dalam sistem demi kesejahteraan para peternak di SBD.
MEMILIH PBB
Memutuskan untuk menjadi caleg dan kemudian memilih Partai Bulan Bintang menjadi pintu sekaligus kendaraannya bukanlah tanpa pertimbangan. Awalnya Mama Duta bergaul akrab dengan para pengurus PBB, bahkan sebagian dari pengurus PBB SBD masih merupakan keluarganya.
Dari pergaulan yang akrab dan mendalam tersebut dirinya melihat bahwa PBB yang umumnya dipandang sebagai partai berlabel agama tersebut, ternyata merupakan partai yang sangat terbuka. Partai Bulan Bintang bahkan menjadi salah satu partai yang cukup pluralis, di mana sebagian pengurus DPD maupun DPC PBB berasal dari kaum non Muslim. Selain itu banyak sekali anggota DPRD dari PBB yang beragama bukan Islam.
Dari kenyataan ini dirinya melihat bahwa PBB dapat menjadi pintu masuk yang baik untuk berjuang demi kesejahteraan para peternak. Dengan cita cita Ingin bergerak lewat sistem untuk mendukung rakyat Sumba Barat Daya yang sebagian besar petani yang hidup dari bercocok tanam dan beternak sehingga beternak dapat jadi sandaran perekonomian masyarakat, dirinya memutuskan untuk membangun SBD dari jalur PBB.
Namun siapa menduga bahwa perempuan yang terlihat sangat kuat akrab dengan ternak ini sebelumnya merupkan seorang bankir di Jakarta? Lebih lagi beliau juga sempat menjadi dosen di STIE Gici Jakarta untuk mata kuliah Pengantar manajemen, manajemen SDM, Bank dan lembaga keuangan lain serta mata kuliah kewirausahan.
Luar biasa bukan? Wartantt.com mengajak anda untuk melihat lebih dekat siapa sebenarnya perempuan luar biasa ini?
Lahir sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, Qrupanya telaah membntuk Vetnay atau Mama Duta menjadi seorang perempuan yang kuat dan bertanggungjawab. Pasalnya pada masa itu anak yang lebih tua harus berkorban dalam banyak hal untuk kepentingan adik adiknya.
Setelah tamat dari SDM Waikabubak II tahun 1982 dan SMP Kristen waikabubak tahun 1985 ibu dari Duta Lazarus dan Vetorius Imanuel Christian ini langsung hijra dari Sumba dan mengikuti tantenya yang tinggal di Solo. Oleh karena itu dirinyapun melanjutkan studi di SMAN 2 Solo.
Bukanal Vetnay kalau dia hanya sekedar sekolah dan mengikuti tantenya saja. Kiriman uang sebesar 40 ribu dari orang tua setiap bulannya tidak dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan sekolahnya. Jiwa pekerja keras dan enterpreuner yang tanpa sengaja tertanam dalam dirinya akibat didikan keras dari ayahanda dan ibundany membuat Vetnay remaja mencari pekerjaan serabutan untuk menambah uang saku bahkan untuk membiayai sekolahnya. Mulailah dirinya berdagang batik sambil juga bekerja sebagai mandor sekaligus surveyor dan penerjemah di PT Nada konstruksi yang bergerak di bidang proyek proyek konstruksi.
Setelah menamatkan SMAN 2 Solo tahun 1988, Vetnaypun mengambil kuliah jurusan Moneter Perbankan pada Fakultas Ilmu Ekonomi Universitas Surabaya. Ceritera Vetnay yang berdagang batikpun terus berlanjut.
Jaman dahulu menurut Vetnay sekolah itu susah. Kiriman dari orang tua sebulan sebanyak 40 ribu tidak bisa mencukupi. Belum lagi proses pengiriman yang susah dan lama. oleh karena itu dirinya harus terus bekerja dan bahkan bekerja lebih keras karena harus memenuhi kebutuhannya sendiri juga kakak dan adiknya yang pada saat itu juga kuliah di Surabaya. Untuk itulah Vetnay terus berdagang batik sambil bekerja serabutan mulai dari menjaga rumah orang kaya saat mereka pergi berlibur sampai menjadi guru privat untuk anak anak SD; sambil dirinya juga mengerjakan karya ilmiah para mahasiswa yang tidak mau mengerjakannya dan mencari gampang.
Setelah wisudah Vetnay bekerja sebagai HRD grup Mitra di kota Malang yang memiliki jaringan usaha berupa pertokoan, pabrik garmen dan show room. Setelah itu tahun 1994 Vetnay hijrah ke Jakarta dan bekerja sebagai trainer karyawan di group Matahari. Mulai tahun 1997 Vetnay Martha Bei menjadi HRD di Panin Bank tahun. Pekerjaan ini ditekuninya sampai tahun 2010, sementra itu dirinya juga menjadi Dosen di STIE Gici Jakarta untuk beberapa mata kuliah yakni Pengantar Manajemen, Manajemen SDM, Bank dan Lembaga Keuangan Lain dan Kewirausahan.
Atas bisikan leluhur dan niat yang besar untuk membangun Sumba yang sangat ia cintai, tahun 2010 Mama Duta memutuskan untuk kembali ke tanah Marapu ini. Tiba di Sumba Mama Duta dan keluarganya harus memulai segala sesuatu dari nol kembali. Namun demikian hal itu tidaklah menjadi halangan bagi mama Duta untuk tetap pada komitmen awalnya membantu membangun Sumba.
Jiwa kewirausahan yang kental dalam dirinya membuat Mama Duta secara mudah melihat peluang yang ada di Sumba Barat Daya ini. Mulailah mama Duta menjadi pengusaha keripik pisang.
Berbekal relasi yang dimilikinya selama melanglangbuana di tanah Jawa usaha kripik pisang ini pun memiliki omset yang bagus karena mendapat banyak pesanan dari pulau Jawa. Selain usaha kripik pisang, Mama Duta juga menjual pakaian. Tentang pakaian ini juga dirinya memperoleh kemudahan karena pengalaman ya di Jawa.
Sejak tahun 2013 dirinya mulai berkonsentrasi pada beternak ayam dan babi. Secara autodidak beliau mempelajari pola beternak yang baik dan sehat serta obat obatan yang diperlukam untuk beternak. Dari penelusurannya, dirinya menemuka produk Viterna yang tidak hanya menyediakan makanan tambahan dan obat obatan untuk ternak namun juga untuk manusia. Jadilah dirinya mengambil peran sebagai peternak sekaligus distributor produk Viterna ini.
MAJU CALEG UNTUK KEPENTINGAN PETERNAK DI SBD
Vetnay dalam kesehariannya tidak hanya bekerja untuk dirinya sendiri. Beliau juga mendampingi para peternak lainnya untuk menjadi peternak yang sukses. Dirinya bercita cita agar paling kurang para peternak di SBD dapat membiayai hidup dan keluarganya dari beternak itu sendiri.
Vetnay melihat bahwa sesungguhnya peluang bagi para peternak untuk menjadi mandiri dan sejahtera sangat besar. Hal ini tentu disebabkan oleh tingkat konsumsi daging di Sumba Barat Daya yang cukup tinggi. Sementara itu secara nasional juga Indonesia selalu mengalami defisit daging setiap tahunnya.
Namun demikan kenyataan menunjukan bahwa kehidupan para peternak di Sumba Barat Daya masih jauh dari kata sejahtera. Hal ini disebabkan oleh sumber daya manusia peternak yang masih terbatas sehingga belum mampu melihat ternak sebagai sebuah bisnis. Peternak Sumba Barat Daya masih memelihara ternak secara tradisional dan hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
Dirinyapun mendampingi keluarga peternak, terutama yang menjadi pelanggan Viterna. Dalam urusan pendampingan dan pemberdayaan para peternak ini Mama Duta tidak mendapat sokongan dari pihak manapun, termasuk dari pemerintah. Dia bergerak atas biaya sendiri. Tidak heran kalau jangkauan dampingannya masih terbatas.
Setelah belasan tahun berkonsentrasi dalam urusan peternakan dan pemberdayaan para peternak secara mandiri Vetnay menyadari bahwa perlu kekuatan lain yang lebih besar untuk membantu lebih banyak peternak menjadi mandiri. Oleh karena itu dirinyapun memutuskan untuk mencoba menjadi bagian dari sistem pengambil kebijakan daerah demi kepentingan para peternak di Sumba Barat Daya.
Menjadi caleg dan kemudian menjadi anggota DPRD SBD semata mata dilakukannya untuk mencapai cita citanya yakni bergerak dalam sistem demi kesejahteraan para peternak di SBD.
MEMILIH PBB
Memutuskan untuk menjadi caleg dan kemudian memilih Partai Bulan Bintang menjadi pintu sekaligus kendaraannya bukanlah tanpa pertimbangan. Awalnya Mama Duta bergaul akrab dengan para pengurus PBB, bahkan sebagian dari pengurus PBB SBD masih merupakan keluarganya.
Dari pergaulan yang akrab dan mendalam tersebut dirinya melihat bahwa PBB yang umumnya dipandang sebagai partai berlabel agama tersebut, ternyata merupakan partai yang sangat terbuka. Partai Bulan Bintang bahkan menjadi salah satu partai yang cukup pluralis, di mana sebagian pengurus DPD maupun DPC PBB berasal dari kaum non Muslim. Selain itu banyak sekali anggota DPRD dari PBB yang beragama bukan Islam.
Dari kenyataan ini dirinya melihat bahwa PBB dapat menjadi pintu masuk yang baik untuk berjuang demi kesejahteraan para peternak. Dengan cita cita Ingin bergerak lewat sistem untuk mendukung rakyat Sumba Barat Daya yang sebagian besar petani yang hidup dari bercocok tanam dan beternak sehingga beternak dapat jadi sandaran perekonomian masyarakat, dirinya memutuskan untuk membangun SBD dari jalur PBB.
KOMENTAR